SIKAP POLITIK: Kekerasan masih menjadi senjata utama pemerintahan SBY-Boediono dalam menjawab tuntutan rakyat.
>> Sabtu, 25 Agustus 2012
Pusat Perjuangan 
Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional
(PEMBEBASAN)
Alamat: Jalan Tebet Timur III J No. 1B Jakarta Selatan
email: kn.pembebasan@gmail.com
webblog PUSAT: www.pembebasan-pusat.blogspot.com
Telp/ Fax: 021- 
83790348.
Contact person: 
085647735174 (Mutiara Ika)/ 085696708285 (Ino)
SIKAP POLITIK
Atas arogansi aparat 
yang menewaskan warga di Blok Tiaka Kab. Morowali
Kekerasan masih menjadi senjata utama pemerintahan 
SBY-Boediono dalam menjawab tuntutan rakyat.
Kolaborasi antara perusahaan-perusahaan profit dengan 
institusi negara (eksekutif, aparat, pemerintah, dll) berlangsung begitu
 harmonis dalam memberikan pengamanan ekstra untuk kelangsungan 
eksploitasi kekayaan alam. Arogansi aparat keamanan di Blok Tiaka Kab. 
Morowali menunjukkan bahwa perusahaan yang sedang mengeksploitasi sumber
 daya alam (berikut manusianya) menggunakan intitusi kekerasan negara 
untuk mengamankan perusahaan dari pergolakan rakyat yang lambat laun 
menyadari bahwa mereka (perusahaan-perusahaan tersebut—koorporasi dan 
negara) merupakan sumber dari kesengsaraan mereka. Kekerasan militer 
terhadap rakyatnya sudah terlalu sering terjadi. Insiden di Kab. 
Morowali merupakan rangkaian panjang kejahatan aparat kemanan yang akan 
terus ada.
Pemerintahan yang mekanistik dan represif sampai saat 
ini masih terwariskan dengan baik sejak orba tumbang. Negara makin 
menjadi kolaborator yang kepentingannya sangat sesuai dengan keputusan 
modal/investasi. Sedangkan, penguasa sendiri yang mengklaim kekuasaannya
 demi kepentingan bangsa makin tak bisa dibedakan dengan pemilik 
perusahaan itu sendiri.
Pergerakan ratusan warga yang dimulai pada 20 Agustus 
2011 bertujuan untuk menuntut pemenuhan hak-hak rakyat sejak perusahaan 
PT Medco mengolah dana Commodity 
Development (CD), Pemberdayaan Tenaga Kerja Lokal dan Dana 
Pendidikan. Perusahaan yang telah menjanjikan beberapa fasilitas umum 
tersebut (termasuk penyediaan listrik) tidak pernah merealisasikannya. 
Sementara, Pihak PT. Pertamina (selaku operator) dan PT. Medco E&P 
Tomori Sulawesi (selaku kontraktor) pun tidak pernah menemui warga yang 
sedang menuntut demi kesejahteraannya. Padahal, kerjasama eksploitasi 
antara PT. Pertamina dan PT. Medco (anak perusahaan PT. Medco Energi 
International Tbk) di lapangan minyak Tiaka lepas pantai Teluk Tolo, 
Sulawesi Tengah tersebut telah memproduksi 3,8 juta barel minyak mentah 
sejak beroperasi bulan Juli 2005 lalu.
Rakyat/manusia, yang saat ini telah berhasil 
diorganisasikan secara sosial dalam hubungan produksi kapitalis, semakin
 rendah daya tawarnya jika mereka (seluruh pekerja yang menopang 
hidupnya kapitalisme) tidak memberikan perlawanan untuk menghancurkan 
lajunya proses produksi penindasan tersebut. Maka, pengorganisiran 
perlawanan seluruh pekerja menjadi keharusan untuk menjawab persoalan 
bagaimana menghentikan dominasi kekuasaan modal dan negara yang 
merugikan rakyat banyak. Dalam hal ini, Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN) sangat
 memberikan apresisi positif terhadap perlawanan gerakan rakyat di Kab. Morowali dengan memberikan dukungan penuh secara 
politik. Dan kami meyakini bahwa, perjuangan rakyat di Kab. Morowali 
yang sedang menuntut PT. Medco, harus terus-menerus menggugat apa yang 
menjadi dasar dari penindasan rakyat tersebut, termasuk juga menuntut 
(secara politik) tanggung jawab kekuasaan negara atas kesejahteraan dan 
tindak kekerasan yang terjadi. Selain itu, solidaritas antar gerakan 
rakyat dalam makna meluaskan pengaruh perlawanan terhadap kekuatan modal
 dan negara yang menindas, akan menjadi penting sebagai penyatuan 
kekuatan secara politik untuk mengambil-alih kekuasaan negara di tangan 
rakyat.
Kebutuhan prinsip kemandirian politik di tengah-tengah 
situasi bahwa: sejak runtuhnya feodalisme, elite politik kita telah 
kehilangan kapasitas untuk melawan kekuatan penjajah modal sehingga 
membuat kepentingan kapitalis dalam negeri (elit politik) terhadap 
‘nasionalisme’ sangat minim, apalagi jaka nasionalismenya berwujud 
menjadi program Nasionalisasi Industri, Pembangunan (Industrialisasi) 
Nasional yang tangguh & benar-benar bebas dari dominasi mekanisme 
(aturan main) ekonomi kapitalis-neoliberal, penghapusan utang, dll. Oleh
 karena itu, tidak mungkin pula menyandarkan amanat perubahan kepada 
elite dan partai politik yang saat ini ada. Maka, rakyat haruslah 
memilih perlawanan politiknya sendiri menjadi alternatif dan mandiri, 
termasuk juga mandiri dari kekuatan-kekuatan politik lama.
- Penuhi tuntutan warga Mamosaloto, Morowali, Sulteng.
 - Tangkap dan penjarakan pelaku penembakan beserta perwira-perwiranya.
 - Gulingkan rezim represif SBY-Boediono.
 - Gerakan harus mengkonsolidasikan diri, membuat ajang-ajang politik untuk menuntut pertanggung jawaban PT. Medco dan negara kepada warga Mamosaloto, Morowali, Sulteng.
 
Salam juang !
Tegakkan Demokrasi Sejati
Bangun Persatuan, Berani dan Militan;
Berjuang untuk Pembebasan Nasional !
Jakarta, 24 Agustus 2011
Kolektif Nasional
Pusat Perjuangan 
Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional
(KolNas PEMBEBASAN)
Ketua Umum
Mutiara Ika Pratiwi
Sekjend
Sutrisno Bandu 


0 komentar:
Posting Komentar