Apa Yang Harus Dikerjakan?
>> Minggu, 26 Februari 2012
V.I. Lenin (1902)
Dogmatisme dan "Kebebasan Mengkritik"
A. APAKAH “KEBEBASAN MENGKRITIK “ ITU ?
“Kebebasan mengkritik” memang pada waktu sekarang merupakan semboyan
yang paling menjadi mode dan semboyan, yang paling sering digunakan
dalam perdebatan-perdebatan antara kaum sosialis dengan kaum demokrat
semua negeri. Sepintas kilas, sukar dibayangkan adanya sesuatu yang
lebih aneh daripada penunjukan-penunjukan khidmat dari salah satu pihak
yang berdebat mengenai kebebasan mengkritik. Apakah dalam
partai-partai yang maju ada terdengar suara-suara menentang hukum
konstitusional kebanyakan negeri Eropa yang menjamin kebebasan ilmu dan
penelitian ilmiah ? “Nampaknya ada sesuatu yang tidak beres di
sini!”—demikianlah akan komentar orang luaran yang belum menangkap
sepenuhnya hakekat perbedaan-perbedaan pendapat di antara orang-orang
yang berdebat itu, tetapi telah berulang-kali mendengar semboyan yang
menjadimode ini di setiap persimpangan jalan. “Semboyan ini, rupanya,
salah satu semboyan dari kata-kata yang sudah lazim yang, seperti nama
julukan, menjadi sah karena kebiasaan dan hampir menjadi nama”.
Sebenarnya, bukanlah rahasia bahwa dalam sosial-demokrasi
internasional [*] dewasa ini terbentuk dua aliran. Perjuangan di antara
kedua aliran ini kadang-kadang menyala berkobar-kobar, dan
kadang-kadang mereda dan membara di bawah abu “resolusi-resolusi
gencatan senjata” yang mengesankan. Berupa apa aliran ‘baru” ini, yang
mengambil sikap “kritis” terhadap Marxisme “usang yang dogmatis”,
dengan cukup tepat telah dinyatakan oleh Bernstein dan ditunjukkan oleh Millerand.
Sosial-demokrasi haruslah berubah dari partai revolusi sosial
menjadi partai demokratis dari reform-reform sosial. Bernstein telah
mengelilingi tuntutan-tuntutan politik ini dengan sederetan argumen dan
pertimbangan “baru” yang disusun dengan cukup terkoordinasi.
Kemungkinan meletakkan sosialisme pada dasar ilmiah dan kemungkinan
membuktikan dari sudut konsepsi materialis tentang sejarah bahwa
sosialisme adalah perlu dan tak terelakkan diingkari; fakta
meningkatnya kemiskinan, proletarisasi dan menajamnya
kontradiksi-kontradiksi kapitalis juga diingkari. Konsepsi “tujuan terakhir”
itu sendiri dinyatakan sebagai tidak beralasan, dan ide tentang
diktatur proletariat ditolak dengan mutlak; pertentangan secara prinsip
antara liberalisme dengan sosialisme diingkari; teori perjuangan klas
ditolak dengan dalih bahwa ia seakan-akan tak dapat diterapkan pada
masyarakat yang betul-betul demokratis, yang diatur menurut kehendak
mayoritas, dsb.
Dengan demikian, tuntutan untuk pembelokan yang tegas dari
sosial-demokrasi revolusioner ke sosial-reformisme borjuis itu
dibarengi dengan pembelokan yang tidak kurng tegasnya ke arah kritik
borjuis terhadap semua ide fundamental Marxisme. Dan, karena kritik
terhadap Marxisme dilancarkan sudah sejk lama, baik dari mimbar politik
maupun dari mimbar universitas, baik dalam banyak brosur maupun dalam
sejumlah karya ilmiah; karena seluruh angkatan muda dari klas-klas
terpelajar secara sistematis telah dididik selama puluhan tahun dalam
kritik ini, maka tidaklah mengherankan kalau aliran “kritis baru” dalm
sosial-demokrasi akan timbul, serba lengkap, seperti Minerva dari kepala
Yupiter [12]. Menurut isinya, aliran ini tidak perlu berkembang dan
mengambil bentuk; ia dipindahkan langsung dari literatur borjuis ke
literatur sosialis.
Seterusnya. Jika kritik teori dan perdambaan politik Bernstein masih
belum jelas bagi seseorang, orang Prancis telah berusaha
mendemonstrasikan ‘metode baru” itu dengan gamblang. Kali ini juga
Perancis telah membenarkan reputasi lamanya sebagai ‘negeri yang dalam
sejarahnya perjaugnan klas, lebih daripada yang di tempat lain manapun
juga, dilakukan sampai akhir yang menentukan” (Engels, dalam kata
pengantarnyapada karya Marx 18 Brumaire [13] ). Kaum sosialis
Perancis mulai bukan dengan berteori melainkan langsung bertindak.
Syarat-syarat politik yang secara demokratis lebih maju di Perancis
telah mengizinkan mereka untuk segera beralih ke “Bernsteinisme dalam
praktek”, dengan segala akibatnya. Millerand telah memberikan contoh
yang bagus sekali mengenai Bersteinisme dalam praktek ini; bukan tanpa
alasan baik Bernstein maupun Vollmar dengan begitu bersemangat
buru-buru membela dan memuji-muji Millerand! Memang, jika
sosial-demokrasi pada hakekatnya hanya merupakn partai reform saja, dan
harus memiliki keberanian mengakui ini dengan terang-terangan, maka
seorang sosialis tidak hanya berhak turut serta dalam kabinet borjuis,
tetapi bahkan harus selalu berusaha keras untuk itu. Jika demokrasi
pada hakekatnya berarti penghancuran kekuasaan klas, maka mengapa pula
seorang menteri sosialis tidak boleh memikat hati seluruh dunia borjuis
dengan pidato-pidato tentang kolaborasi klas? Mengapa pula dia tidak
boleh tetap duduk dlam kabinet bahkan sesudah pembunuhan atas diri kaum
buruh oleh gendarme-gendarme [14] menelanjangi, untuk keseratus dan
keseribu kalinya, watak sesungguhnya kolaborasi demokratis klas-klas itu
? Mengapa pula dia tidak boleh mengambil bagian sendiri dalam memberi
salam kepada tsar, yang bagi kaum sosialis Perancis sekarang tidak
punya mempunyai nama lain daripada pahlawan tiang gantungan, cambuk dan
pembuangan (knoteur, pendeur et deportateur) ? Dan ganjaran bagi
penghinaan yang tak terhingga serta peludahan diri sosialisme di
hadapan seluruh dunia. Ganjaran untuk pembejatan kesedaran sosialis
massa buruh—satu-satunya dasar yang dapat menjamin kemenangan
kita—ganjaran untuk ini ialah rencana-rencana yang muluk-muluk
untuk perbaikan-perbaikan kecil-kecilan, begitu kecil sebetulnya,
sehingga lebih jauh banyak yang telah diperoleh dari
pemerintahan-pemerintah borjuis!
Barang siapa tidak dengan sengaja menutup mata tidak boleh tidak
pasti melihat bahwa aliran “kritis” baru dalam sosialisme tidak bisa
lain daripada oportunisme variasi baru. Dan jika kita menilai
orang tidak menurut pakaian seragam yang berkilauan yang mereka pakai,
tidak menurut nama julukan mentereng yang mereka berikan pada dirinya
sendiri, tetapi menurut perbuatan mereka dan menurut apa yang
benar-benar mereka propagandakan, maka akan jelaslah bahwa “kebebasan
mengkritik” itu berarti kebebasan bagi aliran oportunis dalam
sosial-demokrasi, kebebasan untuk mengubah sosial-demokrasi menjadi
partai reform demokrat, kebebasan untuk memasukkan ide-ide dan
elemen-elemen borjuis ke dalam sosialisme.
“Kebebasan” adalah suatu perkataan agung, tetapi di bawah panji
kebebasan perdagangan orang melakukan perang yang paling bersifat
perampokan; di bawah panji kebebasan kerja, kaum pekerjapekerja
dirampok. Pemakaian istilah “kebebasan mengkritik” masa kini mengandung
kepalsuan yang inheren itu juga. Orang-orang yang benar-benar yakin
bahwa mereka telah memajukan ilmu tidak akan menuntut kebebasan bagi
pandangan-pandangan baru untuk terus berdampingan dengan yang lama,
tetapi menuntut penggantian pandangan-pandangan yang lama oleh yang
baru. Teriakan “Hidup kebebasan mengkritik!”, yang terdengar dewasa
ini, terlalu mengingatkan pada dongengan tentang tong kosong [15].
Kita sedang berjalan dalam rombongan yang kompak di atas jalan yang
curam dan sukar, dengan kuat-kuat berpegangan satu sama lain. Kita
terkepung oleh musuh dari segenap penjuru dan kita harus maju di bawah
tembakan mereka yang hampir terus-menerus. Kita telah menggabungkan
diri dengan sukarela, justu untuk berjuang melawan musuh dan bukan
untuk mundur ke rawayang terletak di sebelah, yang penghuninya dari
sejak semul telah mencerca kita karena telah memisahkan diri dan
membentuk grup tersendiri dan telah memilih jalan berjuang, dan bukan
jalan perdamaian. Dan sekarang sementara orang di antara kita mulai
berteriak: mari kita masuk ke rawa ini! Dan ketika kita mulai memberi
malu mereka, mereka menjawab: alangkah terbelakangnya kalian ini!
Tidakkah kalin malu tidak memberikan kebeasanbagi kami mengajak kalian
untuk menempuh jlan yang lebih baik! Oh, ya, Tuan-Tuan! Tuan-Tuan tidak
hanya bebas untuk pergi kemana saja tuan-tuan kehendaki, ke rawa
sekalipun; kami bahkan berpendapat bahwa rawa itulah tempat kalian yang
sebenarnya, dan kami bersedia memberikan segala bantuan untuk
kepindahan kalian ke situ. Hanya saja lepaskan tangan kami,
jangan berpegang kuat-kuat pada kami, jangan mengotori perkataan
kebebasan yang agung itu, karena kamipun ‘bebas” untuk pergi kemana
saja sesuka hati kami, bebas untuk berjuang tidak hanya melawan rawa
itu, tapi juga melawan mereka yang membelok ke rawa itu!
B. PEMBELA-PEMBELA BARU “KEBEBASAN MENGKRITIK”
Nah, semboyan ini (“kebebasan mengkritik”) akhir-akhir ini saja telah diajukan dengan khidmat dalam Raboceye Dyelo
(No.10), organ Perserikatan Kaum Sosial Demokrat Rusia Di Luar Negeri
[16], bukan sebagai dalil teori melainkan sebagai tuntutan politik,
sebagai jawaban atas pertanyaan: “mungkinkah mempersatukan
organisasi-organisasi sosial-demokrat yang melakukan aktivitas di luar
negeri?”—“supaya persatuan itu bisa kokoh, harus ada kebebasan
mengkritik” (hlm.36).
Dari pernyataan ini timbul dua kesimpulan yang tegas sekali; 1) bahw Raboceye Dyelo telah melindungi aliran oportunis dalam sosial-demokrasi internasional umumnya; dan 2) bahwa Raboceye Dyelo menuntut kebebasan bagi oportunisme dalam sosial-demokrasi Rusia. Marilh kita tinjau kesimpulan-kesimpulan ini.
Raboceye Dyelo “terutama” tidak senang dengan “kecenderungan” Iskra dan Zarya [17] “meramalkan perpecahan antara Gunung dan Gironde dalam sosial-demokrasi internasional"[**].
“Bagi kita pada umumnya”, tulis B. Kricevski, redaktur Raboceye Dyelo, “omongan tentang Gunung dan Gironde
ini dalam barisan sosial-demokrasi merupakan analogi sejarah yang
dangkal, suatu hal yang ganjil berasal dari pena seorang Marxis. Gunung
dan Gironde tidaklah merupakan temperamen atau aliran intelektual yang
berlainan, sebgaimana mungkin pendapat para ahli sejarah-ideologis,
melainkan klas-klas atau lapisan-lapisan yang berbeda—borjuasi sedang,
di satu pihak, dan borjuasi kecil serta proletariat di pihak lain. Akan
tetapi dalam gerakan sosialis modern tidak ada konflik
kepentingan-kepentingan klas; gerakan sosialis dalam keseluruhannya, segala
bentuknya yang bermacam-macam itu” (kursif dari B. Kr.), “termasuk
kaum Bernsteinis yang paling karatan, berdiri di atas dasar
kepentingan-kepentingan klas proletariat dan perjuangan klasnya untuk
pembebasan politik dan ekonomi” (hlm. 32-33).
Suatu pernyataan yang berani! Apakah B. Kricevski belum mendengar
kenyataan, yang sudah lama terkenal, bahwa justru turut sertanya secara
luas lapisan “akademikus” dalam gerakan
sosialis dalam tahun-tahun belakangan ini yang telah menjamin
tersebarnya Bernsteinisme dengan begitu cepat? Dan yang paling
penting—berdasarkan apa pendapat penulis kita itu bahwa “kaum
Bernsteinis yang paling karatan” pun berdiri atas dasar perjuangan klas
untuk pembebasan politik dan ekonomi kaum proletariat? Tak seorangpun
tahu. Pembelaaan yang gigih atas kaum Bernstein yang paling karatanini
tidaklah didukung oleh argumen atau pertimbangan apapun juga. Rupanya,
penulis mengira bahwa jika dia mengulangi apa yang dibicarakan oleh
kaum Bernstein yang paling karatan tentang diri mereka sendiri, maka
pernyataannya itu tidak memerlukan lagi bukti lagi. Tetapi dapatkah
orang membayangkan sesuatu yang lebih “dangkal” daripada pendapat
seluruh aliran ini yang berdasarkan tidak lain hanya apa yang
dibicarakan oleh wakil-wakil aliran itu tentang diri mereka sendiri?
Dapatkah orang membayangkan sesuatu yang lebih dangkal daripada
“khotbah” selanjutnya tentang kedua tipe atau jalan yang berlainan dan
bahkan sama sekali bertentangan dari perkembangan partai ? (Raboceye Dyelo,
hlm. 34-35). Kaum sosial-demokrat Jerman, tuan tahu, mengakui
kebebasan penuh mengkritik, tetapi orang Perancis tidak, dan justru
contoh merekalah yang memperlihatkan segala “kejahatan
ketidaktoleranan”.
Terhadap itu kita jawab justru contoh B. Kricevski itulah yang
menunjukkan bahwa nama kaum Marxis kadang-kadang dipakai oleh
orang-orang yang memandang sejarah benar-benar “menurut Ilowaiski
[20]). Untuk menerangkan persatuan Partai Sosialis Jerman dan
berkeping-kepingnya Partai Sosialis Perancis sama sekali tidak perlu
mencari-cari ciri-ciri khas sejarah kedua negeri ini, membandingkan
keadaan-keadaan setengah absolutisme militer di satu negeri dengan
parlementerisme republiken di negeri lainnya, atau menganalisa
akibat-akibat Komune Paris dan akibat Undang-undang Anti-Sosialis [21];
membandingkan kehidupan ekonomi itu, atau mengingat bahwa “pertumbuhan
yang tiada bertolak dalam sejarah sosialisme, tidak hanya menentang
teori-teori yang keliru (Muhlberger, Duhring [***], kaum Katheder
Sosialis [23], tetapi juga menentang taktik-taktik yang keliru
(Lassalle), dsb, dsb. Kesemuanya ini tak berguna ! Orang-orang Prancis
bertengkar di antara mereka sendii karena tidak toleran; orang-orang
Jerman bersatu karena mereka anak-anak baik.
Dan perhatikan, melalui wawasan mendalam yang tiada bandingannya ini
‘disangkal” fakta yang sepenuhnya membantah pembelaan terhadap kaum
Bernsteinis. Apakah kaum Bernsteinis itu betul berdiri
di atas dasar perjuangan klas proletariat, soal ini dapat dijawab
secara definitif dan pasti hanyalah oleh pengalaman sejarah. Karena
itu, dalam hal ini contoh Perancis mempunyai arti yang paling penting,
karena Perancis merupakan satu-satunya negeri dimana kaum Bersnsteinis
mencoba berdiri bebas, berdiri di atas kaki
mereka sendiri, dengan mendapat persetujuan yang hangat dari
rekan-rekan mereka bangsa Jerman (dan sebagian juga dari kaum kaum
oportunis Rusia; bandingkan Raboceye Dyelo No. 2-3, hlm. 83-84). Menyebut “ketidaktoleranan”
orang-orang Perancis, terlepas dari arti “sejarahnya” (dalam arti
Nozdryov [24]), ternyata hanyalah usaha untuk menyembunyikan
fakta-fakta yang sangat tidak menyenangkan dengan kata-kata galak.
Kita sekali-kali belum bersedia pula menghadiahkan orang-orang
Jerman kepada B. Kricevski dan kepada banyak pembela ‘kebebasan
mengkritik” lainnya. Jika “kaum Bernsteinis yang paling karatan” masih
dibiarkan berada dalam barisan-barisan Partai Jerman, ini hanyalah
karena mereka tunduk baik kepada resolusi
Hanover [25], yang dengan tegas menolak ‘amandemen-amandemen”
Bernstein, maupun kepada resolusi Lubeck [26], yang (kendatipun segala
kediplomatisan) mengandung peringatan langsung kepada Bernstein. Bisa
diperdebatkan, dari sudut kepentingan-kepentingan Partai Jerman, tepat
tidaknya diplomasi itu dan apakah dalam hal ini perdamaian yang jelek
lebih baik daripada pertengkaran yang baik; pendeknya, penilaian bisa
berbeda mengenai tepat tidaknya satu atau lain cara menolak Bernsteinisme, tetapi tidak dapat tidak orang melihat fakta bahwa Partai Jerman telah dua kali menolak
Bernsteinisme. Karena itu, mengira bahwa contoh orang Jerman
membenarkan tesis: “kaum Bernsteinis yang paling karatan berdiri di
atas dasar perjuangan klas proletariat untuk pembebasan politik dan
ekonominya”, berarti sama sekali tidak mengerti apa yang sedang
berlangsung di hadapan mata semua orang [****]
Tambahan pula, seperti apa yang sudah kita nyatakan Raboceye Dyelo
menuntut “kebebasan mengkritik” kepada sosial-demokrasi Rusia dan
membela Bernsteinisme. Rupanya ia sampai pada kesimpulan bahwa kita
berlaku tidak adil terhadap “kritikus-kritikus” kita dan kaum
Bernsteinis. Kritikus-kritikus dan kaum Bernsteinis yang mana ? Siapa
yang tidak adil ? Di mana dan kapan? Bagaimana ketidakadilan itu ?
Mengenai ini Raboceye Dyelo bungkam, tidak menyebut satu kali
pun seorang kritikus atau seorang Bernsteinis Rusia ! Bagi kita hanya
tinggal satu dari dua dugaan yang mungkin: Atau, bahwa pihak yang
diperlakukan tidak adil itu tidak lain dan tidak bukan Raboceye Dyelo
itu sendiri (dan ini dibenarkan oleh kenyataan bahwa dalam kedua
artikel dalam No. 10 hanya disebutkan ketidakadilan-ketidakadilan yang
dialami Raboceye Dyelo dari Zarya dan Iskra). Jika demikian halnya, bagaimana orang menerangkan keanehan ini yaitu bahwa Raboceye Dyelo,
yang selalu gigih memisahkan diri dari segala solidaritas dengan
Bernsteinisme, tidak dapat membela diri, tanpa mengucapkan kata-kata
baik demi “kaum Bernsteinis yang paling karatan” dan kebebasan
mengkritik ? Atau ada orang-orang ketiga yang
telah diperlakukan tidak adil. Jika begini halnya, apa sebabnya
gerangan maka tidak menyebut mereka itu ?
Karena itu kita lihat bahwa Raboceye Dyelo terus main
umpet-umpetan yang sudah ia mainkan (sebagaimana akan kita tunujukkan
berikut ini) sejak mulai penerbitannya. Dan kemudian perhatikanlah
penerapan sungguh-sungguh yang pertama kali
ini dari “kebebasan mengkritik” yang dipuji-puji itu. Sebetulnya
pentrapan itu segera menjadi bukan hanya ketiadaan segala kritik,
melainkan juga ketiadaan pendapat sendiri pada umumnya. Justru Raboceye Dyelo
sendiri yang bungkam mengenai Bernsteinisme Rusia seolah-olah ia itu
penyakit rahasia (menggunakan ungkapan Starower [28] yang kena)
mengusulkan, guna pengobatan penyakit ini, supaya menjiplak kata demi kata
resep Jerman yang terakhir untuk pengobatan penyakit itu dalam variasi
Jerman. Bukannya kebebasan mengkritik—peniruan yang membudak (lebih
buruk lagi: peniruan seperti monyet !). Isi sosial dan politik yang
sama dari oportunisme internasional modern menampakkan diri dalam satu
atau lain variasi menurut kekhususan-kekhususan nasionalnya. Di satu
negeri grup oportunis sudah sejak lama tampil di bawah panji
tersendiri, di negeri lain kaum oportunis tidak mau tahu akan teori dan
dalam praktek menjalankan politik kaum radikal-sosialis; di negeri
yang ketiga, beberapa anggota partai revolusioner telah lari ke kubu
oportunisme dan berusaha keras mencapai tujuan-tujuan mereka tidak
dengan perjuangan terbuka untuk prinsip-prinsip dan taktik-taktik baru,
ttetapi dengan membejatkan partai mereka secara berangsur-angsur,
tidak kentara dan, jika orang boleh mengatakannya, tidak dapat dihukum.
Di negeri yang keempat, desertir-desertir yang demikian itu
menggunakan cara-cara yang sama dalam kegelapan perbudakan politik dan
dalam saling hubungan yang sungguh-sungguh orisinal antara kegiatan
“legal” dengan kegiatan “ilegal” dsb, dsb. Berbicara tentang kebebasan
mengkritik dan kebebasan Bernsteinisme sebagai syarat untuk
mempersatukan kaum sosial-demokrat Rusia, tetapi tidak memberikan analisa bagaimana Bernsteinisme Rusia menyatakan diri dan hasil-hasil khas apa yang telah dibawanya, ini berarti berbicara dengan maksud tidak berbicara apa-apa.
Marilah kita sendiri mencoba, sekalipun dengan beberapa patah kata,
mengatakan apa yang tidak hendak dikatakan (atau barangkali bahkan
tidak dimengerti) oleh Raboceye Dyelo.
C. KRITIK DI RUSIA
Kekhususan utama Rusia dalam hubungan dengan hal yang sedang kita tinjau ialah bahwa awal mula
gerakan buruh yang spontan, di satu pihak, dan pembelokan pendapat
umum progressif ke arah Marxisme di pihak lain, ditandai dengan
kombinasi elemen-elemen yang jelas beraneka-ragam di bawah panji
bersama untuk perjuangan melawan musuh bersama juga (pandangan dunia
sosial politik yang sudah usang [29]). Kita berbicara tentang bulan madu
“Marxisme legal”. Umumnya, ini adalah gejala yang luar biasa ganjilnya
yang dalam tahun-tahun 80-an atau awal tahun-tahun 90-an tak
seorangpun akan percaya pada kemungkinannya. Di sebuah negeri otokrasi,
dimana pers dikungkung sepenuhnya, dan dalam zaman reaksi politik yang
hebat dimana tunas ketidakpuasan dan protes politik yang
sekecil-kecilnya pun diuber-uber, teori Marxisme revolusioner tiba-tiba
menerobos masuk ke dalam literatur yang tersensor, dan meskipun dibentangkan dalam bahasa Esopus (penyair dongeng Yunani pada abad ke-6 sebelum masehi—Red. IP)
tetapi dimengerti oleh yang ‘berkepentingan”. Pemerintah telah
membiasakan diri memandang hanya teori Narodnaya Wolya-isme
(revolusioner) saja yang berbahaya, dengan tidak, sebagaimana biasanya,
memperhatikan evolusi internnya dan menyambut gembira setiap kritik
yang dilontarkan terhadap teori itu. Tidak sedikit waktu berlalu
(menurut perhitungan Rusia kita) sebelum pemerintah menyadari apa yang
telah terjadi dan tentara sensor serta gendarme yang canggung itu
memergoki musuh baru dan menyergapnya. Sementara itu buku-buku Marxis
diterbitkan satu demi satu, majalah-majalah dan surat-surat kabar
Marxis dikeluarkan hampir semua orang menjadi Marxis, kaum Marxis
disanjung-sanjung, orang bermanis-manis dengan kaum Marxis dan
penerbit-penerbit buku sangat gembira dengan penjualan buku-buku Marxis
yang luar biasa larisnya. Sepenuhnya bisa dimengerti bahwa di antara
orang-orang Marxis baru yang tersekap dalam suasana ini akan terdapat
lebih dari seorang “pengarang yang menjadi besar kepala……"[30]
Kita sekarang dapat dengan tenang membicarakan periode ini sebagai
peristiwa masa silam. Bukanlah rahasia bahwa periode singkat dimana
Marxisme bersemarak pada permukaan literatur kita ditimbulkan oleh
persekutuan antara orang-orang berpandangan ekstrim dengan orang-orang
yang berpandangan sangat moderat. Pada hakekatnya yang tersebut
belakangan adalah kaum demokrat borjuis; dan kesimpulan ini (yang
begitu menyolok dibenarkan oleh perkembangan “kritis” mereka
selanjutnya) muncul pada sementara orang bahkan pada waktu
‘persekutuan” itu masih utuh.[*****]
Kalau demikian halnya, tidaklah tanggung jawab yang paling besar
atas “kekalutan” kemudian terletak justru pada kaum sosial-demokrat
revolusioner yang masuk persekutuan dengan bakal “kritikus-kritikus”
itu ? Pertanyaan ini, bersama-sama dengan jawaban yang mengiyakan,
kadang-kadang terdengar dari orang-orang yang berpandangan terlampau
kaku. Tetapi orang-orang ini salah sama sekali. Hanyalah mereka yang
tidak yakin akan diri sendiri bisa takut mengadakan
persekutuan-persekutuan sementara, sekalipun dengan orang-orang yang
tidak dapat dipercaya; tak ada satu partai politik pun yang dapat
bereksistensi tanpa persekutuan-persekutuan demikian. Dan penggabungan
dengan kaum Marxis legal menurut macamnya adalah persekutuan politik
pertama yang sungguh-sungguh dari kaum sosial-demokrat Rusia. Berkat
persekutuan ini kemenangan yang mengagumkan cepatnya atas Narodisme
dapat dicapai, dan ide-ide Marxisme (sekalipun dalam bentuk yang
divulgerkan) menjadi sangt tersebar luas. Lagipula persekutuan itu
diadakan bukan tanpa “syarat-syarat” sama-sekali. Buktinya: pembakaran
kumpulan tulisan Marxis Bahan-Bahan Tentang Masalah Perkembangan Ekonomi Rusia [31]
oleh sensor dalam tahun 1895. jika sekiranya persetujuan di bidang
literatur dengan kaum Marxis legal dapat diibaratkan persekutuan
politik, maka buku itu dapat diibaratkan perjanjian politik.
Perpecahan sudah barang tentu tidaklah timbul karena “
sekutu-sekutu” itu ternyata kaum sosial-demokrat borjuis. Sebaliknya,
wakil-wakil dari aliran yang tersebut belakangan adalah sekutu-sekutu
sosial-demokrasi yang sewajarnya dan diinginkan karena hal ini
menyangkut tugas-tugas demokratisnya, yang dikedepankan oleh situasi
dewasa ini di Rusia. Tetapi syarat yang diperlukan untuk persekutuan
demikian itu ialah kesempatan penuh bagi kaum sosialis untuk
mengungkapkan kepada klas buruh bahwa kepentingan-kepentingannya
bertentangan secara bermusuhan dengan kepentingan-kepentingan borjuasi.
Akan tetapi Bernsteinisme dan aliran ‘kritis”, kepada siapa mayoritas
kaum Marxis legal berpaling, merampas kesempatan ini dan membejatkan
kesedaran sosialis dengan memvulgarkan Marxisme, dengan mengkhotbahkan
teori peredaan kontradiksi-kontradiksi sosial, dengan menyatakan ide
revolusi sosial dan diktatur proletariat sebagai nonsen, dengan
mengubah gerakan buruh dan perjuangan klas menjadi trade-unionisme yang
sempit dan perjuangan “realistis” untuk reform kecil-kecilan dan
berangsur-angsur. Ini sama sepenuhnya dengan semokrasi borjuis yang
mengingkari hak sosialisme atas kebebasan dan oleh karenanya juga
mengingkari haknya untuk bereksistensi; dalam praktek ini berarti usaha
untuk mengubah gerakan buruh yan baru mulai itu menjadi embel-embel
kaum liberal.
Sewajarnyalah, di bawah keadaan-keadaan demikian itu perpecahan
adalah perlu. Tetapi ciri “khas” Rusia menyatakan diri dalam hal bahwa
perpecahan ini berarti betul-betul penyingkiran kaum sosial-demokrat
dari literatur “legal” yang paling mudah dimengerti dan luas tersebar.
Kaum “bekas Marxis” yang mengibarkan panji “kritik” dan yang hampir
memegang monopoli untuk “menghancurkan” Marxisme, mengkonsolidasikan
diri dalam literatur ini. Teriakan-teriakan: “Lawan keortodoksan” dan
“Hidup kebebasan mengkritik” (sekarang diulang-ulang Raboceye Dyelo),
segera menjadi mode, dan sensor bersama gendarme pun tak dapat
membendung mode ini, ini tampak dari kenyataan diterbitkannya buku
Bernstein yang termasyur (termasyur dalam arti Herostratus [32]) dalam tiga
edisi Rusia dan dari kenyataan bahwa buku-buku Bernstein, Tuan
Prokopowic dan lain-lainnya dianjurkan oleh Zubatov [33] (Iskra No.
10). Di atas pundak kaum sosial-demokratlah sekarang terletak tugas
yang memang sudah sulit dan dan yang dibikin menjadi tak terbayangkan
lebih sulitnya oleh rintangan-rintangan yang semata-mata dari luar,
yaitu tugas berjuang menentang aliran baru itu. Dan aliran ini tidak
membatasi diri pada bidang literatur. Pembelokan ke arah “kritik”
dibarengi kecenderungan ke arah “ekonomisme” di kalangan
pekerja-pekerja praktis sosial-demokrat.
Bagaimana timbul dan tumbuhnya hubungan dan saling ketergantungan
secara kritik legal dengan ekonomisme ilegal, soal yang menarik ini
dapat menjadi pokok sebuah artikel sendiri. Di sini kita cukup
mencatat adanya secara pasti hubungan ini. Kemasyuran yang sudah
selayaknya diperoleh Credo [******] itu justru
karena keterusterangannya dalam merumuskan hubungan ini dan
membocorkan kecenderungan politik fundamental “ekonomisme”: biarkan
kaum buruh melakukan perjuangan ekonomi (akan lebih tepat lagi
mengatakan:perjuangan trade-unionis, karena yang tersebut belakangan
ini juga mencakup politik buruh yang spesifik), dan biarkan kaum
cendekiawan Marxis bersatu padu dengan kaum liberal untuk “perjuangan”
politik. Jadi, pekerja trade-unionis “di kalangan rakyat” berarti
memenuhi paro pertama tugas ini, dan kritik legal berarti memenuhi paro
kedua. Pernyataan ini merupakan senjata yang begitu cemerlang untuk
melawan ekonomisme sehingga, seandainya tidak ada Credo itu, ia patut diciptakan.
Credo itu tidak dikarang-karang tetapi disiarkan tanpa
persetujuan dan barangkali bahkan bertententangan dengan kehenda
penulis-penulisnya. Bagaimanapun juga penulis buku ini, yang ambil
bagian dalam menyeret “program” baru ini ke bawah sinar matahari
[*******], telah mendengar keluhan dan umpatan bahwa salinan dari
ikhtisar pandangan-pandangan pembicara disebarluaskan, diberi nama Credo,
dan bahkan disiarkan dalam pers bersama-sama dengan protesnya ! Kita
singgung episode ini karena episode ini menyingkapkan ciri yang
interesan dari ekonomisme kita: ketakutan pada publisitas. Ini justru
ciri ekonomisme pada umumnya dan bukan ciri para penulis Credo itu saja. Ia diperlihatkan oleh pendukung ekonomisme yang paling terus-terang dan jujur, Rabocaya Misl [36] , dan oleh Raboceye Dyelo (yang marah-marah karena dimuatnya dokumen-dokumen “ekonomis” dalam Vademecum [37]
dan juga oleh Komite Kiev, yang dua tahun lalu tidak mau memberi izin
dimuatnya profession de foi-nya [38] bersama-sama dengan bantahan
[********] tertulis terhadapnya, dan oleh banyak dan banyak lagi wakil
perorangan ekonomisme.
Rasa takut pada kritik yang diperlihatkan oleh pendukung-pendukung kebebasan mengkritik tak dapat dikatakan semata-mata karena kelicikan (meskipun kadang kala, sudah pasti, kelicikan itu ada sangkut paut dengannya: akan tidak bijaksana membiarkan tunas-tunas yang masih lemah dari aliran baru mendapt serangan-serangan dari lawan!). tidak, mayoritas kaum ekonomis sungguh-sungguh tidak menyetujui (dan menurut hakekat ekonomisme itu sendiri mereka pasti tidak menyetujui) segala perdebatan teori, perbedaan pendapat faksi, soal-soal politik yang luas, rencana-rencana untuk mengorganisasi kaum revolusioner, dsb. “Serahkan itu semuanya kepada orang-orang di luar negeri!” kata salah seorang ekonomis yang agak konsekwen kepada saya suatu hari dan dengan itu dia menyatakan pendapat yang sangat tersebar luas (dan tambahan pula pendapat yang trade-unionis tulen): urusan kita ialah gerakan buruh, organisasi-organisasi kaum buruh di sini, di daerah kita, sedang lain-lainnya adalah isapan jempol kaum doktriner, “penilaian terlalu tinggi arti penting ideologi”, sebagaimana dinyatakan oleh para penulis surat yang dimuat dalam Iskra No. 12, senada dengan Raboceye Dyelo No. 10.
Rasa takut pada kritik yang diperlihatkan oleh pendukung-pendukung kebebasan mengkritik tak dapat dikatakan semata-mata karena kelicikan (meskipun kadang kala, sudah pasti, kelicikan itu ada sangkut paut dengannya: akan tidak bijaksana membiarkan tunas-tunas yang masih lemah dari aliran baru mendapt serangan-serangan dari lawan!). tidak, mayoritas kaum ekonomis sungguh-sungguh tidak menyetujui (dan menurut hakekat ekonomisme itu sendiri mereka pasti tidak menyetujui) segala perdebatan teori, perbedaan pendapat faksi, soal-soal politik yang luas, rencana-rencana untuk mengorganisasi kaum revolusioner, dsb. “Serahkan itu semuanya kepada orang-orang di luar negeri!” kata salah seorang ekonomis yang agak konsekwen kepada saya suatu hari dan dengan itu dia menyatakan pendapat yang sangat tersebar luas (dan tambahan pula pendapat yang trade-unionis tulen): urusan kita ialah gerakan buruh, organisasi-organisasi kaum buruh di sini, di daerah kita, sedang lain-lainnya adalah isapan jempol kaum doktriner, “penilaian terlalu tinggi arti penting ideologi”, sebagaimana dinyatakan oleh para penulis surat yang dimuat dalam Iskra No. 12, senada dengan Raboceye Dyelo No. 10.
Sekarang timbul pertanyaan: karena demikian ciri-ciri khas “kritik”
Rusia dan Bernsteinisme Rusia, maka apa seharusnya tugas orang-orang
yang ingin menjadi penentang oportunisme dalam perbuatan dan bukan
dalam kata-kata belaka ? Pertama-tama, mereka seharusnya melakukan
usaha untuk memulai lagi pekerjaan teori yang baru saja dimulai pada
masa Marxisme legal dan yang sekarang telah jatuh lagi pada pundak
aktivis ilegal. Tanpa pekerjaaan demikian itu tidak mungkin ada
perkembangan gerakan yang berhasil baik. Kedua, seharusnya dengan aktif
tampil berjuang melawan “kritik” legal yang sangat merusak pikiran
orang. Ketiga, seharusnya dengan aktif melawan kekalutan dan
keragu-raguan dalam gerakan praktis, menelanjangi dan menolak segala
percobaan yang secara sedar atau tidak sedar memerosotkan program dan
taktik kita.
Bahwasanya Raboceye Dyelo tidak melakukan
satu pun dari ketiga hal ini sudah umum diketahui dan selanjutnya kita
akan membicarakan secar terperinci kenyataan yang sudah terkenal ini
dari berbagai segi. Akan tetapi pada saat ini kita hanya ingin
menunjukkan betapa menyoloknya kontradiksi antara tuntutan akan
“kebebasan mengkritik” dengan ciri khas kritik dalam negeri kita dan
ekonomisme Rusia. Memang, lihatlah naskah resolusi dimana Perserikatan
Sosial-Demokrat Rusia Di Luar Negeri menyetujui pandangan Raboceye Dyelo.
“Untuk kepentingan perkembangan ideologi sosial-demokrasi selanjutnya, kita mengakui kebebasan mengkritik teori sosial-demokratis dalam literatur Partai sebagai mutlak perlu selama kritik ini tidak bertentangan dengan watak klas dan watak revolusioner teori ini” (Dua Kongres, hlm. 10)
“Untuk kepentingan perkembangan ideologi sosial-demokrasi selanjutnya, kita mengakui kebebasan mengkritik teori sosial-demokratis dalam literatur Partai sebagai mutlak perlu selama kritik ini tidak bertentangan dengan watak klas dan watak revolusioner teori ini” (Dua Kongres, hlm. 10)
Dan argumentasinya: resolusi itu “dalam bagian pertamanya
bersesuaian dengan resolusi Kongres Partai di Lubeck tentang
Bernstein…..” Karena kesederhanaan jiwanya kaum “Perserikatan” itu tidak
melihat testimonium paupertatis (surat
keterangan tentang kemiskinan) apa yang mereka berikan kepada diri
mereka sendiri dengan kesukaan meniru-niru ini !……” Tetapi….. dalam
bagiannya yang kedua, resolusi itu membatasi kebebasan mengkritik jauh
lebih banyak daripada yang dilakukan Kongres Partai di Lubeck”.
Jadi, resolusi Perserikatan itu ditujukan terhadap kaum Bersnteinis
Rusia ? Jika tidak, menunjuk kepada Lubeck adalah sepenuhnya nonsen !
Tetapi tidaklah tepat mengnatakan bahwa resolusi itu “membatasi
kebebasan mengkritik”. Dalam menerima resolusi Hanover mereka,
orang-orang Jerman, pasal demi pasal, menolak justru amandemen-amandemen
yang diajukan oleh Bernstein, sedang dalam resolusi Lubeck mereka,
mereka memperingatkan Bernstein sendiri, dengan menyebutkan dia dalam resolusi itu. Tetapi penjiplak-penjiplak kita yang “bebas” itu sepatah kata pun tidak menyebutkan secara khusus satu
manifestasi pun dari “kritik” Rusia dan ekonomisme Rusia; dengan tidak
menyebutkannya, maka penyebutan saja tentang watak klas dan watak
revolusioner teori memberikan kelonggaran yang jauh lebih luas bagi
salah tafsir, terutama apabila Perserikatan itu tidak mau menyamakan
“apa yang dinamakan ekonomisme itu” dengan oportunisme (Dua Kongres,
hlm. 8, Pasal I). Tetapi semua ini sambil lalu. Yang pokok ialah bahwa
sikap kaum oportunis terhadap kaum sosial-demokrat revolusioner di
Jerman dan di Rusia bertentangan sama sekali. Di Jerman, seperti kita
ketahui, kaum sosial-semokrat revolusioner setuju mempertahankan apa
yang ada: program dan taktik lama yang sudah diketahui secara umum dan
telah dijelaskan dalam segala detailnya oleh pengalaman berpuluh-puluh
tahun. “Para kritikus” ingin mengadakan perubahan-perubahan dan karena
para kritikus ini merupakan minoritas kecil, dan karena mereka sangat
takut-takut dalam usaha-usaha revisionisnya, maka orang dapat mengerti
alasan-alasan mayoritas dalam membatasi diri pada penolakan
mentah-mentah terhadap “pembaharuan-pembaharuan”. Tetapi di negeri kita
di Rusia para kritikus dan kaum ekonomis setuju mempertahankan apa yang
ada: “para kritikus” menghendaki supaya kita terus menganggap mereka
sebagai kaum Marxis dan menjamin bagi mereka “kebebasan mengkritik”
yang mereka nikmati sepenuhnya (karena, sebetulnya, mereka tidak pernah
mengakui hubungan kepartaian [*********]
apapun juga, dan lagi pula kita tidak pernah mempunyai badan Partai
yang diakui umum yang dapat “membatasi” kebebasan mengkritik, sekalipun
dengan nasehat); kaum ekonomis menginginkan supaya kaum revolusioner
mengakui “hak penuh gerakan masa kini” (Raboceye Dyelo
No. 10, hlm. 25), yaitu mengakui “keesahan” eksistensi apa yang ada;
mereka menginginkan supaya para “ideologis” tidak berusah “membelokkan”
gerakan dari jalan yang “ditentukan oleh saling pengaruh unsur-unsur
materiil dengan lingkungan materiil” (“Surat” yang dimuat dalam Iskra
No. 12); menginginkan supaya orang mengakui sebagai hal yagn
dikehendaki melakukan perjuangan “yang hanya mungkin dilakukan oleh
kaum buruh di bawah keadaan sekarang”, dan sebagai satu-satunya
perjuangan yang mungkin adalah perjuangan yang “sesungguhnya mereka
lakukan saat pada saat sekarang” (Lampiran Khusus Rabocaya Misl [39]
, hlm. 14). Sebaliknya, kita kaum sosial-demokrat revolusioner tidak
puas dengan pemujaan kepada spontanitas ini, yaitu kepada pemujaan
kepada apa yang ada “pada saat sekarang”; kita menuntut pengubahan
taktik yang berlaku dalam tahun-tahun belakangan ini; kita menyatakan
bahwa “sebelum kita dapat bersatu, dan supaya kita bisa bersatu,
terlebih dahulu perlu menarik garis pemisah yang tegas dan pasti” (dari
pengumuman tentang penerbitan Iskra [40]). Pendek kata orang-orang
Jerman mempertahankan apa yang ada dan menolak perubahan; kita menuntut
perubahan dan menolak pemujaan kepada dan pendamaian dengan apa yang
ada.
Perbedaan-perbedaan “kecil” ini tidak terlihat oleh penjiplak-penjiplak “bebas” resolusi Jerman.
D.ENGELS TENTANG ARTI PENTING PERJUANGAN TEORI
“Dogmatisme, doktrinisme”, “pembatuan Partai—hukuman yang tak
terelakkan atas pencupetan pikiran secara kekerasan”—inilah musuh-musuh
yang terhadapnya pembela-pembela “kebebasan mengkritik” dalam Raboceye Dyelo
secara ksatria mengangkat senjata. Kita gembira sekali bahwa soal ini
telah masuk acara dan kita hanya akan mengusulkan untuk menambahnya satu
pertanyaan lagi:
Siapakah yang menjadi hakim ?
Siapakah yang menjadi hakim ?
Di hadapan kita terletak dua pengumuman penerbit. Yang satu, Program Organ Berkala Perserikatan Sosial-Demokrat Rusia—“Raboceye Dyelo”
(cetakan ulang dari Raboceye Dyelo No. 1). Lainnya pengumuman tentang
dimulainya lagi penerbitan-penerbitan grup Pembebasan Kerja. [41]
Kedua-duanya bertanggal 1899, ketika “krisis Marxisme” sudah lama jadi
pembicaraan. Dan apa yang kita jumpai ? Dalam pengumuman yang pertama
akan sia-sia saja orang mencari sesuatu petunjuk mengenai gejala ini,
atau suatu pernyataan yagn tegas tentang pendirian yang hendak diambil
oleh organ baru tersebut mengenai soal ini. Mengenai pekerjaan teori
dan tugas-tugas mendesak sekarang sepatah kata pun tidak disebut-sebut,
baik dalam program ini maupun dalam lampiran-lampirannya yang diterima
oleh Kongres ke-III Perserikatan tersebut dalam tahun 1901 (Dua Kongres, hlm. 15-18). Selama seluruh masa ini dewan redaksi Raboceye Dyelo
tidak mau tahu tentang soal-soal teori, meskipun kenyataannya
soal-soal ini merisaukan semua orang sosial-demokrat di seluruh dunia.
Sebaliknya, pengumuman lainnya pertama-tama menunjukkan berkurangnya
minat pada teori dalam tahun-tahun belakangan ini, dengan mendesak
menuntut “perhatian yang waspada terhadap segi teori dari gerakan
revolusioner proletariat” dan menyerukan “kritik yang tak kenal ampun
terhadap kecenderungan-kecenderungan Bernsteinis dan
kecenderungan-kecenderungan anti-revolusioner lainnya” dalam gerakan
kita. Nomor-nomor Zarya yang telah terbit menunjukkan bagaimana program ini telah dilaksanakan.
Jadi, kita lihat bahwa kata-kata muluk yang menentang pembatuan
pikiran, dsb, itu menyembunyikan sikap acuh tak acuh terhadap dan
ketidakberdayaan dalam pengembangan pikiran teori. Kasus kaum
sosial-demokrat Rusia dengan menyolok sekali menggambarkan gejala umum
di seluruh Eropa (yang sudah lama dicatat juga oleh kaum Marxis Jerman)
bahwa kebebasan mengkritik yang termasyur itu bukanlah berarti
penggantian satu teori dengan teori lainnya, melainkan bebas dari
segala teori yang integral dan dipikirkan baik-baik; ia berarti
eklektisisme dan ketiadaan prinsip. Mereka yang sedikit saja mengenal
keadaan sebenarnya gerakan kita, tidk bisa melihat bahwa tersebarnya
secara luas Marxisme dibarengi dengan penurunan tertentu taraf teori.
Tidak sedikit orang dengan pendidikan teori yang sangat sedikit dan
bahkan sama sekali tidak mempunyai pendidikan teori masuk gerakan
karena arti praktisnya dan sukses-sukses praktisnya. Kita dapt menilai
dari sini betapa tidak bijaksananya Raboceye Dyelo
ketika, dengan lagak seperti pemenang, mengutip kata-kata Marx:
“Setiap langkah gerakan yang nyata lebih penting daripada selusin
program" [42]. Mengulangi kata-kata ini dalam masa kekacauan teori
adalah sama dengan meneriakkan “Selamat hari lahir !” kepada
iring-iringan pemakaman. Dan lagi kata-kata Marx ini diambil dari
suratnya tentang Program Gotha, dimana Marx dengan tajam mencela
eklektisisme dalam perumusan prinsip-prinsip: jika harus bersatu,
tulis Marx kepada pemimpin-pemimpin partai, maka adakanlah
persetujuan-persetujuan guna memenuhi tujuan-tujuan praktis gerakan,
tetapi jangan memperkenankan adanya tawar-menawar mengenai prinsip,
jangan memberikan “konsesi” dalam soal-soal teori. Inilah pikiran Marx,
tetapi di kalangan kita terdapat orang-orang yang berusah keras—atas
nama Marx—meremahkan arti penting teori !
Tanpa teori revolusioner tak mungkin ada gerakan revolusioner. Tidak
cukup hanya bertahan pada pikiran ini pada waktu pengkotbahan
oportunisme yang sedang mnjadi mode itu berpadu dengan kegila-gilaan
pada bentuk-bentuk aktivitas praktis yang sesempit-sempitnya. Tetapi
bagi kaum sosial-demokrat Rusia arti penting teori itu bertambah besar
karena tiga keadaan lagi yang sering dilupakan, yaitu: pertama, karena
kenyataan bahwa Partai kita baru saja berdiri, wajahnya baru saja
terbentuk dan ia masih jauh daripada meyelesaikan perhitungan dengan
aliran-aliran pikiran revolusioner lain yang mengancam akan membelokkan
gerakan dari jalan yang benar. Sebaliknya, justru masa belakangan ini
saja ditandai dengan kehidupan kembali aliran-aliran revolusioner non
sosial-demokratis (sebagaimana sudah lama Akselrod memperingatkan
memperingatkan kaum ekonomis). Di bawah syarat-syarat demikian ini, apa
yang sepintas kilas tampaknya suatu kesalahan yang “tak penting” bisa
membawa akibat yang sangat menyedihkan, dan hanya orang-orang yang
cupet bisa memandang perdebatan-perdebatan faksi dan pembedaan secara
keras di antara berbagai corak warna sebagai tidak pada waktunya atau
berlebih-lebihan. Hari depan sosial-demokrasi Rusia untuk masa
bertahun-tahunyang akan datang mungkin bergantung pada pengokohan satu
atau lain “corak warna” itu.
Kedua, gerakan sosial-demokratis menurut intisarinya adalah gerakan
internasional. Ini berarti bukan hanya bahwa kita harus memberantas
chauvinisme nasional. Ini berarti juga bahwa gerakan yang sedang mulai
di sebuah negeri yang masih muda dapat berhasil baik hanya jika ia
menerapkan pengalaman negeri-negeri lain. Tetapi untuk menerapkan
pengalaman ini tidaklah cukup hanya mengetahuinya atau semata-mata
menyalin resolusi-resolusi yang terakhir. Untuk ini dibutuhkan
kecakapan memperlakukan pengalaman ini secara kritis dan mengujinya
secara bebas. Setiap orang yang menyadari betapa besar pertumbuhan dan
bercabang-cabangnya gerakan buruh modern akan mengerti betapa banyak
dibutuhkan cadangan kekuatan teori dan pengalaman politik (dan juga
pengalaman revolusioner) untuk melaksanakan tugas ini.
Ketiga, tugas-tugas nasional sosial-demokrasi Rusia adalah
sedemikian rupa, yang belum pernah dihadapi oleh partai sosialis lain
mana pun juga di dunia ini. Nanti kami akan membicarakan
kewajiban-kewajiban politik dan organisasi yang dipikulkan pada kita
oleh tugas membebaskan seluruh rakyat dari penindasan otokrasi.
Sekarang ini kami hanya ingin menunjukkan bahwa peranan pejuang pelopor dapat dilakukan hanya oleh partai yang dibimbing oleh teori yang paling maju.
Sedang guna memperoleh sedikit pengertian yang konkrit tentang apa
arti kalimat ini, hendaklah pembaca mengingat pendahulu-pendahulu
sosial-demokrasi Rusia seperti Herzen, Belinski, Cernisyevski dan
kelompok orang-orang revolusioner cemerlang pada tahun 70-an; hendaklah
pembaca renungkan arti internasional yang diperoleh literatur Rusia
sekarang, hendaklah pembaca…..tetapi cukuplah sekian!
Baiklah kita kutip apa kata Engels dalam tahun 1874 mengenai arti
penting teori dalam gerakan sosial-demokratis. Engels mengakui bukan dua bentuk perjuangan besar sosial-demokrasi (politik dan ekonomi), sebagaimana lazim di kalangan kita, melainkan tiga, dengan menempatkan perjuangan teori setaraf dengan dua perjuangan yang pertama itu.
Anjuran-anjurannya kepada gerakan buruh Jerman yang telah menjadi kuat
dalam praktek dan politik, begitu mengandung pelajaran dilihat dari
sudut masalah-masalah dan perdebatan-perdebatan dewasa ini, sehingga
kami berharap pembaca tak akan menyesali kami karena panjangnya bagian
yang kami kutip dari kata pendahuluannya pada brosur Der deutsche Bauernkrieg [**********] , yang sudah lama menjadi barang unik besar bibliografi.
“Kaum buruh Jerman mempunyai dua keunggulan penting dibanding kaum
buruh Eropa lainnya. Pertama, mereka termasuk rakyat Eropa yang paling
teoritis dan mereka masih mempunyai rasa teori yang sudah hampir lenyap
sama sekali pada apa yang dinamakan klas-klas “terpelajar” di Jerman.
Tanpa filsafat Jerman yang mendahuluinya, terutama filsafat Hegel, maka
sosialisme ilmiah Jerman—satu-satunya sosialisme ilmiah yang pernah
ada—tak akan lahir. Tanpa rasa teori ini di kalangan kaum buruh,
sosialisme ilmiah ini tak akan merasuk ke dalam darah daging mereka
sebagaimana halnya kita lihat sekarang. Betapa tak berhingganya
keunggulan ini dapat dilihat, di satu pihak, dari sikap acuh tak acuh
terhadap segala teori, yang menjadi salah satu sebab pokok mengapa
gerakan buruh Inggris maju begitu perlahan-lahan meskipun bagus sekali
organisasi dari satu-satu serikat buruh; dan di pihak lain, dari
kekalutan dan kegoyangan yangtelah ditimbulkan oleh Proudhonisme, dalam
bentuk aslinya, di kalangan orang-orang Perancis dan Belgia dan, dalam
bentuk yang dikarikaturkan lebih jauh oleh Bakunin, di kalangan
orang-orang Spanyol dan Italia.
Keunggulan kedua ialah bahwa orang-orang Jerman hampir yang paling
belakangan ikut serta dalam gerakan buruh. Sebagaimana sosialisme teori
Jerman tak akan melupakan bahwa ia bersandar pada Saint-Simon, Fourier
dan Owen—tiga ahli pikir yang, kendatipun segala kefantastisan dan
segala utopisme ajaran-ajaran mereka, termasuk ahli pikir terbesar dari
segala zaman dan yang secara zenial meramalkan kebenaran-kebenaran
yang tak terhitung banyaknya, yang ketepatannya sekarang sedang kita
buktikan secara ilmiah—maka demikian juga gerakan praktis kaum buruh
Jerman sekali-kali jangan melupakan bahwa ia telah berkembang di atas
dasar gerakan Inggris dan Perancis, bahwa ia dapat begitu saja
menggunakan pengalaman mereka yang dibeli dengan mahal dan sekarang
dapat menghindari kesalahan-kesalahan mereka yang pada masa itu dalam
banyak hal tak dapat dihindari. Tanpa teladan serikat-serikat buruh
Inggris dan perjuangan-perjuangan politik kaum buruh Perancis, tanpa
dorongan maha besar yang terutama diberikan oleh Komune Paris, dimana
kiranya kita berada sekarang?
Perlu diberikan pengakuan kepada kaum buruh Jerman bahwa mereka
telah menggunakan keuntungan-keuntungan dari posisi mereka dengan
kecakapan yang jarang terdapt. Untuk pertama kalinya sejak adanya
gerakan buruh, perjuangan dilakukan secara berencana dari ketiga
seginya yang dikoordinasi dan dihubungkan satu sama lain: dari segi
teori, politik dan ekonomi-praktis (perlawanan terhadap kaum
kapitalis). Justru dalam serangan yang, boleh dikatakan, dipusatkan ini
terletak kekuatan dan tak terkalahkannya gerakan Jerman.
Karena posisi yang menguntungkan ini, di satu pihak, dan karena
kekhususan-kehususan kepulauan dari gerakan Inggris dan penindasan
gerakan Perancis dengan kekerasan, di pihak lain, maka kaum buruh Jerman
pada saat ini telah ditempatkan di barisan depan perjuangan proletar.
Berapa lama peristiwa-peristiwa akan mengizinkan mereka menempati
kedudukan terhormat ini tidak dapat diramalkan. Tapi baiklah kita
berharap bahwa selama menempati kedudukan tersebut mereka akan memenuhi
kewajiban-kewajiban yang dipikulan kepada mereka oleh kedudukan itu
dengan sepatutnya. Untuk itu dituntut usahayang dilipatduakan dalam
segala bidang perjuangan dan agitasi. Terutama adalah kewajiban para
pemimpin untuk memperoleh pengertian yang senantiasa semkin jelas
tentang semua soal teori, untuk kian lama kian membebaskan diri dari
pengaruh kata-kata tradisional warisan pandangan dunia lama, dan selalu
mengingat bahwa sosialisme, sejak ia menjadi ilmu, menuntut supaya ia
diperlakukan sebagai ilmu, yaitu supaya ia dipelajari. Perlu
menyebarluaskan dengan ketekunan yang terus meningkat di kalangan massa
buruh pengertian yang jernih yang diperoleh demikian itu dan memadukan
dengan semakin kokoh organisasi partai maupun organisasi serikat
buruh…..
"Jika kaum buruh Jerman maju secara demikian, mereka justru tidak
berjalan berbaris di depan gerakan—sama sekali bukan untuk kepentingan
gerakan ini bahwa kaum buruh sesuatu negeri berbaris maju di
depannya—namun demikian akan menduduki tempat terhormat dalam deretan
pejuang; dan mereka alkan siap dengan bersenjata lengkap apabila
ujian-ujian berat yang tak diduga-duga ataupun peristiwa-peristiwa
besar menuntut dari mereka keberanian yang lebih besar, tekad dan
enerji yang lebih besar"[43].
Kata-kata Engels itu ternyata bersifat ramalan. Beberapa tahun
kemudian buruh Jerman mengalami percobaan-percobaan berat yang tak
diduga-duga dalam bentuk Undang-Undang Anti Sosialis. Dan kaum buruh
Jerman benar-benar menghadapinya dengan bersenjata lengkap dan berhasil
keluar dari ujian-ujian ini dengan kemenangan.
Proletariat Rusia pasti akan menghadapi ujian-ujian yang tak
terhingga lebih beratnya, ia pasti akan berjuang melawan raksasa, dan
dibandingkan raksasa ini Undang-Undang Anti Sosialis di negeri
konstitusional itu nampak sebagai orang kate saja. Sekarang sejarah
menghadapkan kita pada tugas terdekat yang merupakan tugas yang paling revolusioner dari semua tugas terdekat
yang dihadapi proletariat negeri manapun juga. Pelaksanaan tugas ini,
yaitu menghancurkan benteng yang terkuat bukan hanya dari rekasi Eropa
melainkan juga (sekarang boleh dikatakan) dari reaksi Asia, akan
menjadikan proletariat Rusia pelopor proletariat revolusioner
internasioanl. Dan kita berhak untuk mengharapkan memperoleh gelar
terhormat ini yagn telah didapat oleh pendahulu-pendahulu kita, kaum
revolusioner tahun-tahun 70-an, jika kita berhasil menjiwai gerakan
kita yang seribu kali lebih luas dan lebih mendalam dengan tekad tulus
ikhlas dan enerji yang sama.
Catatan:
[*] Sambil lalu, dalam sejarah sosialisme modern,
barangkali ini merupakan gejala satu-satunya dan yang menurut sifat
khasnya luar biasa menggembirakannya, yaitu bahwa
persengketaan-persengketaan di antara berbagai aliran di dalam
sosialisme untuk pertama kali telah berubah dari persengketaan nasional
menjadi persengketaan internasional. Dulu, perdebatan-perdebatan
antara kaum Lassalean dengan kaum Eisenacher [7], antara kaum
Guesdis dengan kaum Possibilis[8], antara kaum Fabian[9] dengan kaum
sosial-demokrat, dan antara kaum Narodnaya Wolya-is[10] dengan kaum
sosial-demokrat, tetap merupakan perdebatan-perdebatan nasional
semata-mata, yang mencerminkan kekhususan-kekhususan nasional
semata-mata dan dapat dikatakan berlangsung di bidang yang
berbeda-beda. Pada waktu sekarang ini (sekarang hal ini sudah nampak
jelas) kaum Fabiah Inggris, kaum ministerialis Perancis, kaum
Bernsteinis Jerman dan kaum kritikus Rusia[11]—semuanya itu termasuk
satu keluarga, semua mereka itu sanjung-menyanjung, saling berguru, dan
bersama-sama tampil menentang Marxisme “dogmatis”. Barangkali dalam
pertempuran pertama yang benar-benar internasional melawan oportunisme
sosialis ini, sosial-demokrasi internasional revolusioner akan menjadi
cukup kuat guna mengakhiri reaksi politik yang sudah lama berkuasa di
Eropa ?
[7] Kaum Lassalean dan kaum Eisenacher—dua partai dalam gerakan buruh Jerman dalam tahun-tahun 60-an dan awal-awal tahun 70-an abad ke-19. Kaum Lassalean—pendukung-pendukung
dan pengikut-pengikut Ferdinand Lassalle. Liga Umum Buruh Jerman,
didirikan oleh Lassalle dalam tahun 1863, merupakan inti gerakan.
Dengan mengakui kemungkinan pengubahan kapitalisme menjadi sosialisme
secara damai dengan bantuan perhimpunan-perhimpunan kaum buruh yang
disokong oleh negara kapitalis, kaum Lassallean mengkhotbahkan
perjuangan untuk hak pilih umum dan aktivitas parlementer secara damai
sebagai pengganti perjuangan revolusioner klas buruh. Marx dengan tajam
mengkritik kaum Lassallean dan menunjukkan bahwa mereka “selama
beberapa tahunmerupakan penghalang bagi pengorganisasian proletariat
dan berakhir dengan menjadi tidak lebih daripada suatu alat dalam
tangan polisi”. Marx memberikan penilaian mengenai pandangan-pandangan
teori kaum Lassallean dan taktik-taktik mereka dalam karya-karyanya Kritik Terhadap Program Gotha, Apa yang dinamakan Perpecahan Dalam Internasionale dan dalam surat-menyurat dengan Engels. Kaum Eisenacher—pendukung-pendukung
Marxisme. Berada di bawah pengaruh ideologi K. Marx dan F. Engel. Di
bawah pimpinan Wilhelm Liebknecht dan August Bebel, mereka mendirikan
Partai Buruh Sosial-Demokrat Jerman dalam Kongres di Eisenach pada
tahun 1869. Di antara kedua partai itu terjadi pertarungan yang sengit.
Di bawah pengaruh kebangkitan gerakan buruh dan menghebatnya repressi
pemerintah, pada tahun 1875 dalam Kongres Gotha kedua partai berfusi
menjadi satu Partai Buruh Sosialis Jerman dimana kaum Lassallean
mewakili sayap oportunis.
Lenin mengkarakterisasi kaum Lassallean dan kaum Eisenacher dalam artikelnya “August Bebel” yang ditulis dalam bulan Agustus 1913.
Lenin mengkarakterisasi kaum Lassallean dan kaum Eisenacher dalam artikelnya “August Bebel” yang ditulis dalam bulan Agustus 1913.
[8] Kaum Guesdis dan kaum Possibilis—dua
aliran dalam gerakan sosialis Perancis, yang muncul dalam tahun 1882
sesudah terjadi perpecahan dalam Partai Buruh Perancis. Kaum Guesdis—pendukung-pendukung
Jules Guesde. Mereka mewakili aliran kiri, aliran Marxis, yang
mempertahankan politik revolusioner bebas proletariat. Dalam tahun 1901
kaum Guesdis mendirikan Partai Sosialis Negeri Perancis. Kaum Possibilis—aliran
borjuis kecil, aliran reformis yang berusaha membelokkan proletariat
dari metode-metode perjuangan revolusioner . Kaum Possibilis
mengusulkan dibatasinya aktivitas-aktivitas klas buruh pada apa yang
“mungkin” di bawah kapitalisme. Dalam tahun 1902, bersama-sama dengan
grup reformis lainnya, kaum Possibilis mendirikan Partai Sosialis
Perancis. Partai Sosialis Negeri Perancis dan Partai Sosialis Perancis
berfusi menjadi satu partai pada tahun 1905. Selama perang imperialis
1914-1918 Jules Guesde, bersama dengan semua pimpinan Partai Sosialis
Perancis, mengambil pendirian sosial-sovinis.
[9] Kaum Fabian—anggota-anggota Perkumpulan
Fabian yang reformis dan oportunis. Perkumpulan ini didirikan di
Inggris dalam tahun 1884 oleh sekelompok intelektual borjuis.
Perkumpulan ini menggunakan nama jenderal Romawi Fabius Cunctator
(“Pengulur”), yang termasyur karena taktiknya menunggu dan menghindari
pertempuran-pertempuran menentukan. Perkumpulan Fabian, sebagaimana
dikatakan Lenin, merupakan “pernyataan yang paling selesai dari
oportunisme dan politik buruh liberal”. Kaum Fabian berusaha membelokkan
proletariat dari perjuangan klas dan mengkotbahkan peralihan secara
damai dari kapitalisme ke sosialisme dengan jalan reform-reform kecil.
Selama perang dunia imperialis (1914-1918) kaum Fabian mengambil
pendirian sosial-sovinis.
[10] Kaum Narodnaya Wolya-is--- dari kata
Narodnaya Wolya (Kemerdekaan Rakyat), sebuah perkumpulan rahasia
Narodnik yang didirikan dalam tahun 1879 untuk perjuangan revolusioner
melawan otokrasi tsar. Narodnaya Wolya dihancurkan oleh pemerintah tsar
segera sesudah anggota-anggotanya membunuh Alexander II pada tanggal 1
(13) Maret 1881. Sesudah itu mayoritas kaum Narodnik meninggalkan
perjuangan revolusioner melawan tsarisme, mulai mengkhotbahkan
perdamaian, keakuran dengan otokrasi tsar. Epigoni (penerus-penerus
yang kurang baik daripada pendahulu-pendahulunya—Red. IP)
Narodnaya ini – kaum Narodnik liberal tahun-tahun 80-an dan 90-an abad
ke-19—sesungguhnya menyatakan kepentingan-kepentingan kaum kulak.
Tentang penilaian aktivitas-aktivitas Narodnaya Wolya, lihat Bab I, Sejarah PKUS (B), Kursus Singkat.
Tentang penilaian aktivitas-aktivitas Narodnaya Wolya, lihat Bab I, Sejarah PKUS (B), Kursus Singkat.
[11] Kaum Kritikus Rusia—Struwe, Bulgakov dan lain-lain yang tampil menentang Marxisme revolusioner dalam literatur yang terbit secara legal.
[12] Menurutmitologi Romawi, Yupiter adalah kepala
dewa-dewa, sedang Minerva adalah dewi pelindung kerajinan tangan, ilmu
dan seni, dewi pelindung guru dan dokter. Dikatakan bahwa Minerva
muncul dengan mengenakan topi baja dan baju besi, pedang di tangan,
dari kepala Yupiter. Cara kelahirannya ini telah digunakan secara
populer untukmelukiskan seseorang atau gejala yang sempurna sejak awal
mula.
[13] Karl Marx, 18 Brumaire Dari Louis Bonaparte
[14] Gendarme—anggota polisi politik di Rusia tsar
[15] Dari dongeng Iwan Andreyewic Krilov “Dua Tong”.
Tong yang satu kosong dan bergelontangan di atas gerobak dengan bunyi
yang demikian memekakkan sehingga orang yang lewat semua berusaha
menjauhkan diri dari jalan.
[16] Perserikatan Kum Sosial-Demokrat Rusia di Luar Negeri—didirikan
di Jenewa dalam tahun 1894 atas inisiatif grup Pembebasan Kerja.
Mula-mula grup Pembebasan Kerja ini memimpin Perserikatan dan mengedit
penerbitan-penerbitannya. Elemen-elemen oportunis (“kaum muda”, kaum
“ekonomis”) kemudian berdominasi dalam Perserikatan. Pada bulan November
1898 dalam Kongres Pertama Perserikatan, grup Pembebasan Kerja menolak
mengedit penerbitan-penerbitan Perserikatan. Pemutusan hubungan yang
definitif dengan Perserikatan dan pemisahan diri grup Pembebasan Kerja
terjadi bulan April 1900 dalam Kongres kedua Perserikatan ketika grup
Pembebasan Kerja dan pengikut-pengikutnya meninggalkan kongres dan
mendirikan organisasi yang berdiri sendiri yaitu grup sotsial-Demokrat.
[17] Zarya (Fajar)—majalah ilmu-politik Marxis yang diterbitkan oleh dewan redaksi Iskra di Stuttgart dalam tahun 1901-1902.
Dalam Zarya dimuat artikel-artikel Lenin berikut: “Catatan-Catatan Sambil Lalu”,”Persekutor-Persekutor Zemstwo dan Hannibal-hannibal Liberalisme”, empat bab pertama dari “Masalah Agraria Dan Pengkritik-Pengkritik Marx” (dengan judul “Tuan-Tuan ‘Pengkritik’ Mengenai Masalah Agraria”), “Tinjauan Dalam Negeri” dan “Program Agraria Sosial-Demokrasi Rusia”. Semuanya terbit empat nomor: No. 1 dalam bulan April 1901 (sebenarnya pada tanggal 23 Maret menurut almanak baru), No. 2-3 dalam bulan Desember 1901, dan No. 4 dalam bulan Agustus 1902.
Dalam Zarya dimuat artikel-artikel Lenin berikut: “Catatan-Catatan Sambil Lalu”,”Persekutor-Persekutor Zemstwo dan Hannibal-hannibal Liberalisme”, empat bab pertama dari “Masalah Agraria Dan Pengkritik-Pengkritik Marx” (dengan judul “Tuan-Tuan ‘Pengkritik’ Mengenai Masalah Agraria”), “Tinjauan Dalam Negeri” dan “Program Agraria Sosial-Demokrasi Rusia”. Semuanya terbit empat nomor: No. 1 dalam bulan April 1901 (sebenarnya pada tanggal 23 Maret menurut almanak baru), No. 2-3 dalam bulan Desember 1901, dan No. 4 dalam bulan Agustus 1902.
[**]Perbandingan antara kedua aliran di kalangan
proletariat revolusioner (revolusioner dan oportunis) dengan kedua
aliran di kalangan borjuasi revolusioner dalam abad ke-18 (kaum
Yakobin, terkenal sebagai Gunung, dan kaum Girondis) dibuat dalam tajuk
rencana Iskra No. 2 (Februari 1901). Penulis artikel ini ialah Plekhanov. Baik kaum kadet[18], maupun kaum Bezzaglavtsi[19]
dan kaum Menshevik sampai kini sangat suka berbicara tentang
Yakobinisme dalam soal sosial-demokrasi di Rusia, tetapi mereka lebih
suka tinggal bungkam mengenai, atau….melupakan keadaan bahwa Plekhanov
menggunakan konsepsi ini untuk pertama kali terhadap sayap kanan
sosial-demokrasi. (Catatan penulis pada edisi tahun 1907—Red)
[18] Kaum Kadet (Partai
Konstitusional-Demokrat)—partai borjuis yang terpenting di Rusia,
partai borjuis monarkis-liberal. Partai ini didirikan dalam bulan
Oktober 1905. dengan berkedok demokrasi dan dengan menamakan diri
partai “kemerdekaan rakyat”, kaum Kadet berusaha menarik kaumtani di
pihak mereka. Mereka berusaha keras mepertahankan tsarisme dalam bentuk
monarki konstitusional. Kemudian kaum Kadet menjadi partai borjuasi
imperialis. Setelah kemenangan Revolusi Sosialis Oktober, kaum Kadet
mengorganisasi komplotan dan pemberontakan kontra-revolusioner menentang
Republik Soviet.
[19] Bezzaglavtsi—organisator-organisator dan orang-orang yang turut menerbitkan majalah Bez Zaglawiya (Tanpa
Judul) yang diterbitkan di Petersburg dalam tahun 1906. Mereka itu
ialah S. N. Prokopowic, E. D. Kuskowa, W. Y. Bogucarski, dll. Bezzaglavtsi
secara terbuka mengaku sebagai pengikut-pengikut revisionisme,
mendukung kaum Menshevik dan kaum liberal dan menentang politik bebas
proletariat. Lenin menamakan Bezzaglavtsi Kadet-Kadet Menshevik atau kaum Mensheik Kadet.
[20] Ilowaiski, D.I. (1832-1920)—ahli
sejarah, pengarang banyak buku pelajaran resmi tentang sejarah yang
luas digunakan di sekolah-sekolah dasar dan lanjutan di Rusia sebelum
revolusi. Ilowaiski menafsirkan sejarah sebagai terdiri terutama dari
perbuatan-perbuatan tsar-tsar dan jenderal-jenderal, dan menerangkan
proses sejarah dengan faktor-faktor yang sekunder dan kebetulan.
[21] Undang-Undang Anti Sosialis—diberlakukan
di Jerman dalam tahun 1878. Menurut Undang-Undang ini semua
organisasi partai sosial-demokrat, semua organisasi massa buruh dan
pers dilarang, literatur sosialis disita dan kaum sosial-demokrat
dikejar-kejar. Undang-undang itu dicabut pada tahun 1890 karena tekanan
gerakan massa buruh.
[***] Pada waktu Engels memberikan pukulan-pukulannya
kepada Duhring, cukup banyak wakil kaum sosial-demokrasi Jerman
condong kepada pandangan-pandangan Duhring, dan tuduhan-tuduhan seperti
ketajaman, ketidaktoleranan, polemik-polemik yang tidak bersifat
bersahabat, dsb, bahkan dilontarkan kepada Engels di muka umum dalam
Kongres Partai. Most dan kawan-kawannya (dalam Kongres tahun 1877)
mengajukan saran supaya melarang dimuatnya artikel-artikel Engels dalam
Vorwarts[22] karena artikel-artikel itu tidak menarik
perhatian mayoritas terbesar pembaca, dan dan Walteich menyatakan bahwa
pemuatan artikel-artikel ini telah menimbulkan kerugian besar bagi
Partai, bahwa Duhring juga telah berbuat jasa kepada sosial-demokrasi:
“Kita harus menggunakan setiap orang untuk kepentingan Partai, dan jika
para profesor itu mau berpolemik, berpolemiklah, tetapi Vorwarts
seklai-kali bukanlah tempat melakukan polemik-polemik demikian itu” (Vorwarts
No. 65, 6 Juni 1877). Sebagaimana orang tahu, ini juga contoh pembelaan
terhadap “kebebasan mengkritik” dan para kritikus legal kita serta
kaum oportunis yang ilegal, yang begitu suka menyebut-nyebut contoh
orang-orang Jerman, patut merenungkan contoh ini!
[22] Vorwarts (Maju)—surat kabar harian,
organ sentral Partai Sosial-Demokrat Jerman. Ia mulai diterbitkan pada
tahun 1876 dengan Wilhelm Liebknecht sebagai redakturnya. Dalam
kolom-kolomnya Friedrich Engels berjuang menentang semua manifetasi
oportunisme. Pada paro kedua 90-an, setelah wafatnya Engels, Vorwarts
mulai secara sistematis memuat artikel-artikel kaum oportunis yang
mendominasi Partai Sosial-Demokrat Jerman dan Internasionale II.
Selama Perang Dunia I Vorwarts mengambil pendirian sosial-sovinisme. Ia terbit di Berlin hingga tahun 1933.
[23] Kaum Katheder-Sosialis (kaum Sosialis Mimbar)—suatu
aliran dalam ekonomi-politik borjuis, yang timbul di Jerman dalam
tahun-tahun 70-an dan 80-an abad ke-19. dari mimbar universitas
wakil-wakil aliran ini dengan kedok sosialisme mengkhotbahkan
reformisme liberal-borjuis. Kaum Katheder Sosialis menyatakan bahwa
negara borjuis berdiri di atas klas-klas, sanggup mendamaikan klas-klas
yang bermusuhan, secara bernagsur-angsur melaksanakan “sosialisme”
tanpa menyentuh kepentingan-kepentingan kaum kapitalis dan, sedapat
mungkin memperhitungkan tuntutan-tuntutan kaum pekerja. Di Rusia
pandagan-pandangan kaum Katheder-Sosialis itu dikotbahkan oleh kaum
“Marxis legal”.
[24] Nozdryov—tokoh dalam buku Gogol Jiwa-Jiwa Mati,
pemilik tanah, pengacau dan bajingan. Gogol menamakan Nozdryov seorang
tokoh “sejarah” karena di mana dia muncul di situ dia meninggalkan
“sejarah” pengacauan.
[25] Resolusi Hannover—resolusi mengenai
“serangan-serangan terhadap pandangan-pandangan dasar dan taktik
partai”, diterima oleh Kongres Partai Sosial-Demokrat Jerman yang
diselenggarakan di Hannover pada tanggal 27 September- 2 Oktober (9-14
Oktober) 1899. diskusi mengenai soal ini dalam Kongres dan diterimanya
sebuah resolusi khusus diharuskan oleh kenyataan bahwa kaum oportunis,
yang dipimpin Bernstein, menganjurkan revisi atas teori Marxis dan
menuntut ditinjaunya kembali politik dan taktik revolusioner
sosial-demokrasi. Resolusi Hannover itu menolak tuntutan kaum
revisionis tetapi di dalamnya tak terdapat kritik atau pemblejetan
terhadap Bernsteinisme. Pendukung-pendukung Bernstein juga memberikan
suara setuju kepada resolusi tersebut.
[26] Resolusi Lubeck—diterima dalam Kongres
Partai Sosial-Demokrat Jerman di Lubeck, 22-28 September 1901. Pokok
persoalan dalam Kongres itu ialah perjuangan melawan revisionisme, yang
pada waktu itu telah mengambil bentuk sebagai sayap kanan Partai
dengan program dan organ persnya sendiri, sozialistiche Monatsbejte
(Bulanan Sosialis). Pemimpin kaum revisionis, Bernstein, yang lama
sebelum Kongres telah menganjurkan revisi terhadap sosialisme ilmiah,
dalam pidatonya di depan Kongres menuntut “kebebasan mengkritik”
Marxisme. Kongres menolak rancangan resolusi yang diajukan oleh
pendukung-pendukung Bernstein dan menerima sebuah resolusi yang
meskipun secara langsung memperingatkan Bernstein, tidak menetapkan
prinsip bahwa pandangan-pandangan Bernsteinis bertentangan dengan
keanggotaan dalam partai klas buruh.
[****] Perlu dicatat bahwa mengenai Bernsteinisme dalam Partai Jerman Raboceye Dyelo selalu
membatasi diri hanya pada menceritkan fakta-fakta dan sam-sekali
“menahan diri tidak”menyatakan pendapatnya sendiri mengenai fakta-fakta
ini. Lihat, misalnya, laporan-laporan tentang Kongres Stuttgart[27]
dalam No. 2-3 hlm. 66, di mana semua perbedaan pendapat disederhanakan
menjadi perbedaan-perbedaan pendapat mengenai “taktik” dan hanya
dikonstatasi saja bahwa mayoritas terbesar tetap setia kepada
taktik-taktik revolusioner yang dulu. Atau ambil No. 4-5 (hlm. 25 dan
selanjutnya) hanya penceritaan pidato-pidato yang diucapkan dalam
Kongres Hanover dengan pemuatan kembali resolusi yang diajukan oleh
Bebel. Penjelasan tentang dan kritik terhadap pandangan-pandangan
Bersnstein ditunda lagi (seperti halnya dalam No.2-3) untuk dibicarakan
dalam “artikel khusus”. Cukup aneh, dalam No. 4-5 (hlm. 33) kita baca:
“……pandangan-pandangan yang dibentangkan oleh Bebel mendapat dukungan
dari mayoritas besar dalam Kongres”, dan beberapa baris dibawahnya: “……
David mempertahankan pandangan-pandangan Bernstein….Pertama-tama dia
mencoba menunjukkan bahwa….. Bernstein dan teman-temannya bagaimanapun
juga”, (sic!) (demikianlah!—Red) “berdiri di atas
dasar perjuangan klas….” Ini ditulis dalam bulan Desember 1899, dan
dalam bulan September 1901 Raboceye Dyelo, rupanya karena sudah
kehilangan kepercayaanakan kebenaran pandangan Bebel, mengulangi
pandangan-pandangan David sebagai pandangannya sendiri!
[27] Kongres StuttgartPartai Sosial-Demokrat
Jerman, yang dilangsungkan pada tanggal 21-26 September (3-8 Oktober)
1898, adalah kongres yang untuk pertama kali mendiskusikan soal
revisionisme dalam gerakan sosial-demokratis Jerman. Dalam Kongres
diumumkan pernyataan Bernstein yang tidak hadir. Dalam pernyataannya
itu dia menguraikan dan membela pandangan-pandangan oportunisnya, yang
dulu sudah dibentangkan dalam sejumlah artikel. Di kalangan lawan-lawan
Bernstein dalam Kongres tidak terdapat kesatuan pendirian. Satu
golongan (Bebel, Kautsky dan lain-lainnya) menganjurkan perjuangan
ideologi menentang Bernstein dan kritik terhadap
kesalahan-kesalahannya, tetapi tidak setuju mengambil tindakan-tindakan
organissi terhadapnya. Satu golongan lagi, minoritas yang dipimpin
oleh Rosa Luxemburg, lebih tegas menentang Bernsteinisme.
[28] Starower—nama samaran A. N. Potresov, anggota dewan redaksi Iskra; kemudian menjadi seorang Menshevik.
[29] Pandangan dunia sosial-politik yang sudah usang—maksudnya Narodisme.
[30] Pengarang Yang Menjadi Besar Kepala—judul salah satu dari cerita-cerita awal Maxim Gorki.
[*****] Yang dimaksud di sini ialah artikel K. Tulin (Lenin—Red) yang ditulis untuk menentang Struwe (Lihat Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4. Jilid I, hlm. 315-484—Red).
Artikel itu disusun dari sebuah risalah yang berjudul “Refeksi
Marxisme Dalam Literatur Borjuis”. (Catatan penulis pada edisi tahun
1907—Red)
[31] Yang Lenin maksudkan ialah Kumpulan Bahan-Bahan yang Mengkarakterisasi Perkembangan Ekonomi Kita, yang
dicetak secara legal dalam jumlah 2000 eksemplar pada bulan April
1895. kumpulan itu berisi artikel Lenin (dengan nama samaran K. Tulin)
“Isi Ekonomi Narodisme Dan Kritik Terhadapnya Dalam Buku Tuan Struwe
(Pencerminan Marxisme Dalam Literatur Borjuis)’ yang ditujukan untuk
menentang kaum “Marxis legal” (lihat W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid I, hlm. 315-484)
[32] Herostratus adalah seorang Yunani di Asia
Kecil. Untuk memperoleh nam untuk diri sendiri, ia membakar Kuil
Armetis, sebuah gedung artistik Yunani kuno yang termasyur, pada tahun
356 sebelum Masehi.
[33] Zubatov-- kepala polisi rahasia
Moskow, juga penggerak “sosialisme polisi” di Rusia. Zubatov mendirikan
organisasi-organisasi buruh gadungan di bawah perlindungan gendarme dan
polisi, dalam usaha untuk membelokkan kaum buruh dari gerakan
revolusioner.
[******] Credo—lambang keyakinan, program, uraian tentang pandangan dunia.—Red.
[*******] Yang dimaksud ialah Protes Tujuh Belas Orang [34] terhadap Credo. Penulis buku ini ambil bagian dalam menyusun protes ini (akhir tahun 1899). Protes dan Credo itu disiarkan di luar negeri dalam musim semi tahun 1900. (Lihat Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 149-163—Red) Sekarang ketahuan dari artikel yang ditulis oleh Nyonya Kuskowa (saya rasa dalam Biloye[35]) bahwa dialah penulis Credo itu,
dan bahwa Tuan Prokopowic telah memainkan peranan yang paling menonjol
di kalangan kaum “ekonomis” di luar negeri pada waktu itu. (Catatan
penulis pada edisi tahun 1907.—Red)
[34]”Protes Kaum Sosial-Demokrat Rusia” ditulis oleh Lenin dalam tahun 1899 di pembuangan. Ia ditujukan untuk menentang Credo—manifesto
dari sekelompok orang “ekonomis” (S. N. Prokopowic, E. D. Kuskowa dan
lain-lainnya yang kemudian menjadi orang-orang Kadet). Sesudah
menerima satu kopi Credo melalui saudara perempuannya, A. I.
Yelizarowa, Lenin menulis protes keras yang bersifat pemblejetan.
Protes tersebut didiskusikan dan dengan suara bulat disetujui oleh
rapat dari 17 orang buangan politik Marxis, yang diselenggarakan Lenin
di desa Yermakovskoye, Distrik Minusinsk. Orang-orang buangan di
distrik Turukhansk dan di Orlowo (Propinsi Wyatka) belakangan
menyetujui protes tersebut.
Lenin mengirimkan sebuah kopi protes itu kepada grup Pembebasan Kerja di luar negeri, di mana pada awal tahun 1900 dimuat G. W. Plekhanov dalam tulisannya Vademecum (Pedoman) Bagi Dewan Redaksi Raboceye Dyelo.
Lenin mengirimkan sebuah kopi protes itu kepada grup Pembebasan Kerja di luar negeri, di mana pada awal tahun 1900 dimuat G. W. Plekhanov dalam tulisannya Vademecum (Pedoman) Bagi Dewan Redaksi Raboceye Dyelo.
[35] Biloye (Masa Lampau)—majalah bulanan
mengenai masalah-masalah sejarah yang diterbitkan di Petersburg pada
tahun 1906-1907. pada tahun 1908 namanya diganti menjadi Minuvsyiye Godi (Tahun-Tahun Lampau),
dan kemudian majalah itu dilarang oleh pemerintah tsar. Penerbitan
bulanan itu dilanjutkan lagi di Petrogard dalam bulan Juli 1917 dan
terus berjalan sampai tahun 1926.
[36] Rabocaya Misl (Pikiran Buruh)—surat
kabar kaum “ekonomis” yang terbit dari bulan oktober 1897 sampi
Desember 1902. Semuanya terbit 16 Nomor: No. 3- No. 11 dan no. 16 di
Berlin, dan nomor-nomor lainnya di Petersburg. Di edit oleh K. M.
Takhtarov dan lain-lainnya. Lenin mengkritik pandangan-pandangan yang
dibentangkan oleh Rabocaya Misl sebagai variasi Rusia dari oportunisme
internasional dalam sejumlah tulisannya, terutama dalam
artikel-artikelnya dalam Iskra dan dalam Apa Yang Harus Dikerjakan ?
[37] Vademacum Bagi Dewan Redaksi Raboceye Dyelo—judul
kumpulan bahan-bahan dan dokumen-dokumen yang disusun dan diberi kata
pengantar oleh G. W. Plekhanov dan diterbitkan oleh grup Pembebasan
Kerja di Jenewa dalam tahun 1900. ia memblejeti pandangan-pandangan
oportunis Perserikatan Kaum Sosial-Demokrat Rusia di Luar Negeri dan
dewan redaksi organnya, majalah Raboceye Dyelo.
[38] Profession de foi—berarti suatu
kepercayaan atau program yang membentangkan pandangan dunia tertentu.
Di sini yang dimaksud surat sebaran yang menguraikan
pandangan-pandangan oportunis Komite Kiev yang dikeluarkan pada akhir
tahun 1899. mengenai banyak hal surat surat sebaran ini identik dengan Credo kaum “ekonomis” yang terkenal itu. Dokumen ini dikritik oleh Lenin dalam artikelnya “Tentang Profession de foi” (W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 263-273).
[********] Sejauh pengetahuan kita, susunan Comite Kiev telah berubah sejak itu.
[*********] Tidak adanya hubungan kepartaian yang
terbuka dan tradisi Partai itu saja sudah merupakan perbedaan yang
begitu penting antara Rusia dan Jerman sehingga semestinya
memperingatkan semua orang sosialis yang bijaksana terhadap penjiplakan
secara membuta. Dan berikut ini adalah contoh sampai seberapa jauh
berlakunya “kebebasan mengkritik” di Rusia. Tuan Bulgakov, kritikus
Rusia, mencela kritikus Austria, Hertz, dengan mengatakan: “Walaupun
bebas kesimpulan-kesimpulannya, namun Hertz dalam hal ini (mengenai
koperasi-koperasi) rupanya tetap terlampau terikat pada
pendapat-pendapat Partainya, walaupun tidak sependapat mengenai hal-hal
detailnya, dia tidak berani meninggalkan prinsip umum” (Kapitalisme Dan Agraria,
Jilid II, hlm. 287). Warga negara suatu negara yang diperbudak di
bidang politik, dimana 999 dari 1000 orang penduduk dirusak sampai ke
tulang sumsum mereka oleh pembudakan politik dan ketidakmengertian sama
sekali tentang kehormatan Partai serta hubungan kepartaian, dengan
angkuh mencela seorang warga negara suatu negara konstitusional karena
terlampau “terikat pada pendapat Partai”! Organisasi-organisasi ilegal
kita tiada lain kecuali menyusun resolusi-resolusi tentang kebebasan
mengkritik……
[39] Lampiran Khusus “Rabocaya Misl”—brosur
yang diterbitkan oleh dewan redaksi surat kabar “ekonomis” Rabocaya
Misl dalam bulan September 1899. brosur itu, dan terutama artikel
‘Kenyataan-kenyataan Kita” yang dimuat dengan bertanda-tangan R. M.
dengan blak-blakan memaparkan pandangan-pandangan oportunis kaum
“ekonomis”. Lenin mengkritik brosur ini dalam artikelnya “Aliran Mundur
Dalam Sosial Demokrasi Rusia” (W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 234-262 dan Jilid 5, hlm. 333-340, 368, 378).
[40] W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 329.
[41] Grup Pembebasan Kerja—grup Marxis Rusia
yang pertama, diorganisasi oleh G. W. Plekhanov di Jenewa dalam tahun
1883. dalam Kongres ke-II PBSDR pada bulan Agustus 1904, grup ini
menyatakan bubar. Grup ini telah berbuat banyak untuk menyebarkan
Marxisme di Rusia. Ia menerjemahkan karya-karya Marxis seperti; Manifesto Partai Komunis oleh Marx dan Engels, Kerja Upahan dan Kapital oleh Marx, dan Perkembangan Sosialisme Dari Utopi Menjadi Ilmu
oleh Engels, menerbitkannya di luar negeri dan secara ilegal
menyebarkannya di Rusia. Plekhanov beserta grupnya memberi pukulan
serius pada Narodisme. Tetapi grup itu membuat beberapa kesalahan
serius yang merupakan proyeksi bakal pandangan-pandangan Menshevik dari
Plekhanov dan anggota-anggota lain grup itu.
[42] Karl Marx dan Friedrich Engels, Pilihan Karya, edisi Inggris, BPBA, Moskow, 1951, Jilid II, hlm. 15.
[**********] Dritter Abdruck. Leipzig, 1875. Verlag der Genossenschafts-buchdruckerei. (Perang Tani Di Jerman, edisi ke-3, Leipzig, 1875. Penerbit Kooperatif.—Red)
[43] Lenin mengutip dari Karya Engels Kata Pendahuluan Perang Tani Di Jerman (Karl Marx dan Friedrich Engels, Pilihan Karya, edisi Inggris, Moskow, 1951, Jilid I, hlm. 590-591)
II
Spontanitas Massa dan Kesadaran Kaum Sosial Demokrat
Sudah kita katakan bahwa gerakan kita, yang jauh lebih luas dan mendalam daripada gerakan pada tahun-tahun 70-an, harus dijiwai oleh tekad tulus ikhlas dan energi yang sama seperti yang menjiwai gerakan pada waktu itu. Memang, sampai kini kiranya tak seorang pun meragukan bahwa kekuatan gerakan dewasa ini terletak pada kebangkitan massa (terutama proletariat industri) dan bahwa kelemahannya terletak pada ketidak cukupan kesadaran dan inisiatif di kalangan para pemimpin revolusioner.Akan tetapi di waktu akhir-akhir ini telah didapat suatu penemuan yang sangat mengagumkan, yang mengancam akan meruntuhkan semua pandangan yang berlaku selama ini mengenai soal tersebut. Penemuan ini didapat oleh Raboceye Dyelo, yang dalam berpolemik dengan Iskra dan Zarya tidak membatasan diri pada keberatan-keberatan mengenai bagian-bagian tersendiri-sendiri, tetapi mencoba membawa “perbedaan-perbedaan pendapat umum” ke akar yang lebih mendalam –ke ”penilaian yang berbeda mengenai arti relatif unsur spontan dan unsur ‘berencana’ secara sadar”. Tesis tuduhan Raboceye Dyelo berbunyi : “peremehan arti penting unsur obyektif atau unsur spontan perkembangan" [*1]. Mengenai ini kami mengatakan : jika polemik dengan Iskra dan Zarya tidak membawa hasil lain apapun kecuali mendorong Raboceye Dyelo sampai pada ide tentang “perbedaan-perbedaan pendapat umum”, maka hasil ini saja akan memberikan banyak kepuasan kepada kita, begitu penting tesis ini dan begitu terang ia menyoroti seluruh inti sari perbedaan-perbedaan pendapat di bidang teori dan politik dewasa ini yang ada di kalangan kaum sosial-demokrat Rusia.
Itulah sebabnya masalah hubungan antara kesadaran dengan spontanitas mempunyai arti penting umum yang maha besar, dan itulah sebabnya masalah ini harus dibicarakan secara panjang lebar.
A. PERMULAAN KEBANGKITAN YANG SPONTAN
Dalam bab di muka sudah kita tunjukkan betapa umumnya
kegairahan pemuda terpelajar Rusia pada teori Marxisme dalam
pertengahan tahun-tahun 90-an. Sekitar waktu itu juga
pemogokan-pemogokan buruh yang terjadi sesudah perang industri yang
terkenal di Petersburg pada tahun 1896 bersifat merata juga.
Menjalarnya pemogokan-pemogokan buruh ini ke seluruh Rusia menunjukan
dengan jelasnya betapa dalam kebangkitan kembali gerakan rakyat, dan
jika kita hendak berbicara tentang “unsur spontan” itu maka, sudah
barang tentu, gerakan inilah yang pertama-tama harus dianggap sebagai
spontan. Tetapi kan spontanitas yang satu berbeda dengan yang lain.
Pemogokan-pemogokan terjadi di Rusia baik dalam tahun-tahun 70-an
maupun 60-an (dan bahkan dalam paro pertama abad ke 19) yang dibarengi
dengan penghancuran mesin-mesin “secara spontan”, dan sebagainya.
Dibandingkan dengan “kerusuhan-kerusuhan” ini maka pemogokan-pemogokan
pada tahun-tahun 90-an bahkan boleh disebut “sadar’, sedemikian besar
langkah maju yang telah dibuat oleh gerakan buruh pada waktu itu. Ini
menunjukan kepada kita bahwa “unsur spontan” pada hakekatnya tidak
kurang dan tidak lebih merupakan kesadaran dam bentuk embrio. Kerusuhan-kerusuhan
yang primitifpun sudah mngungkapkan kebangkitan kesadaran sampai batas
tertentu: kaum buruh kehilangan kepercayaan mereka yang sudah lama
sekali pada kelanggengan sistem yang menindas mereka, mereka
mulai….saya tak akan mengatakan mengerti, tetapi mulai merasakan
perlunya perlawanan kolektif dan tegasnya mencampakkan kepatuhan budak
kepada sep-sep mereka. Tetapi ini bagaimanapun juga lebih banyak
merupakan manifestasi rasa putus asa dan balas dendam daripada perjuangan. Pemogokan-pemogokan
pada tahun-tahun 90-an itu memperlihatkan kepada kita kilasan-kilasan
kesadaran yang jauh lebih besar; tuntutan-tuntutan tertentu diajukan,
diperhitungkan sebelumnya saat yang menguntungkan; kejadian-kejadian
dan contoh-contoh yang terkenal ditempat-tempat lain didiskusikan, dan
sebagainya. Kalau kerusuhan-kerusuhan semata-mata pemberontakan kaum
tertindas, maka pemogokan-pemogokan yang sistematis sudah merupakan
sudah merupakan merupakan embrio perjuangan klas, tetapi hanya embrio
saja. Dilihat dari pemogokan-pemogokan ini hanyalah perjuangan
trade-unionis, tetapi belum merupakan perjuangan sosial-demokratis.
Pemogokan-pemogokan ini menandakan bangkitnya anatagonisme antara kaum
buruh dengan kaum majikan, tetapi pada kaum buruh tidak ada dan tidak
mungkin ada kesadaran mengenai pertentangan-pertentangan kepentingan
yang tak terdamaikan dengan seluruh sistem politik dan sosial modern,
yaitu kesadaran mereka belum merupakan kesadaran sosial-demokratis.
Dalam arti ini, pemogokan-pemogokan pada tahun-tahun 90-an, kendatipun
kemajuannya yang besar jika dibandingkan dengan “kerusuhan-kerusuhan”
itu, tetap merupakan gerakan spontan belaka.Sudah kita katakan bahwa pada kaum buruh tidak mungkin ada kesadaran sosial demokratis. Kesadaran sosial-demokratis itu hanya dapat dimasukkan dari luar. Sejarah semua negeri menunjukkan bahwa klas buruh, dengan usahanya sendiri semata-mata, hanya dapat mengembangkan kesadaran trade-unionis saja, yaitu keyakinan akan perlunya menggabungkan diri dalam perserikatan-perserikatan, melancarkan perjuangan melawan kaum majikan, dan berusaha keras memaksa pemerintah mengeluarkan undang-undang yang diperlukan kaum buruh, dan sebagainya. [*2] Tetapi ajaran sosialisme lahir dari teori-teori filsafat, sejarah dan ekonomi yang diciptakan oleh wakil-wakil terpelajar klas-klas bermilik, kaum intelektual. Menurut kedudukan sosial mereka, pendiri-pendiri sosialisme ilmiah modern, Marx dan Engels sendiri termasuk intelejensia borjuis. Persis begitu pula di Rusia ajaran-ajaran teori sosial-demokrasi timbul terlepas sama sekali dari pertumbuhan spontan gerakan buruh, ia timbul sebagai hasil yang wajar dan tak terelakan dari perkembangan pikiran dikalangan intelejensia sosialis revolusioner. Pada waktu yang sedang kita bicarakan ini, yaitu pada pertengahan tahun-tahun 90-an, ajaran ini tidak hanya merupakan program yang dirumuskan secara sempurna dari grup Pembebasan Kerja, tetapi juga telah menarik ke pihaknya matoritas pemuda revolusioner di Rusia.
Dengan demikian terdapat baik kebangkitan spontan massa buruh, keinsafan untuk hidup secara sadar dan berjuangan secara sadar, maupun pemuda revolusioner yang bersenjatakan teori sosial-demokratis, yang berusaha keras untuk berhubungan dengan kaum buruh. Dalam hubungan ini teristimewa penting menyebut kenyataan yang sering dilupakan (dan relatif sedikit diketahui) bahwa kaum sosial-demokrat yang pertama pada periode itu dengan bersemangat melakukan agitasi ekonomi (dan dengan sepenuhnya memperhatikan dalam hal ini petunjuk-petunjuk yang betul-betul berguna yang termuat dalam brosur Tentang Agitasi yang ketika itu masih berupa naskah), mereka bukan hanya tidak memandang agitasi ekonomi sebagai satu-satunya tugas mereka, tetapi sebaliknya, sejak dari awal mula mereka juga mengajukan tugas-tugas sejarah yang paling luas dari sosial-demokrasi Rusia pada umumnya, dan tugas dan menggulingkan otokrasi pada khususnya. Misalnya, sudah pada akhir tahun 1895 grup sosial-demokrat Petersburg, yang mendirikan Liga Perjuangan Untuk Pembebasan Klas Buruh [44], mempersiapkan nomor pertama surat kabar yang dinamakan Raboceye Dyelo . Nomor yang sudah siap sepenuhnya untuk cetak ini disita oleh gendarme yang pada tanggal 8 malam menjelang tanggal 9 Desember 1895 mengerebek rumah salah seorang anggota grup tersebut, yaitu Anatoli Alekseyewic [*3], maka itu Raboceye Dyelo yang orisinil itu ditakdirkan tidak melihat dunia. Tajuk rencana surat kabar ini (yang barang kali kira-kira tigapuluh tahun kemudian salah satu Ruskaya Starina [45] akan membongkarnya dari arsip Jawatan Kepolisian) melukiskan tugas-tugas sejarah klas buruh Rusia dan menempatkan pencapaian kemerdekaan politik dideretan paling depan tugas-tugas ini. Selanjutnya terdapat artikel”apakah yang Dipikirkan Oleh Menteri-menteri Kita?" [*4] yang membahas pembubaran komite-komite PBH oleh kepolisian, dan beberapa surat tidak hanya dari Petersburg tetapi juga dari tempat-tempat lain di Rusia (misalnya, sepucuk surat tentang serangan berdarah terhadap kaum buruh di Provinsi Yaroslav). Dengan demikian, jika kami tidak salah, “usaha pertama”, kaum sosial demokrat Rusia pada tahun-tahun 90-an ini, bukanlah surat kabar yang bersifat lokal yang sempit, lebih-lebih bukan surat kabar yang bersifat “ekonomi”, melainkan surat kabar yang bertujuan menyatukan perjuangan pemogokan dengan gerakan revolusioner melawan otoktrasi, dan menarik semua orang yang ditindas oleh obskurantisme [46] reaksioner supaya mendukung soaial-demokrasi. Tak seorangpun yang sedikit saja mengenal keadaan gerakan pada waktu itu bisa menyangsikan bahwa surat kabar yang demikian itu pasti akan mendapat simpati penuh dikalangan kaum buruh di ibukota dan intelegensia revolusioner dan oplahnya pasti akan besar sekali. Kegagalan usaha itu hanyalah menunjukkan bahwa kaum sosial-demokrat pada masa itu tidak sanggup memenuhi tuntutan-tuntutan mendesak pada saat itu karena mereka kurang pengalaman revolusioner dan latihan praktis. Demikian juga harus dikatakan mengenai S. Petersburgski Raboci Listok [47] dan terutama mengenai Rabocaya Gazeta dan mengenai Manifesto Partai Buruh Sosial-Demokrat Rusia yang didirikan dalam musim semi tahun 1898.Sudah barang tentu tidak terlintas dalam kepala kami untuk menyalahkan para aktivis pada kala itu karena ketidaksiapan ini. Tetapi untuk menggunakan pengalaman gerakan itu dan untuk menarik pelajaran praktis dari pengalaman itu, kita harus memahami sedalam-dalamnya sebab-sebab dan arti penting kekurangan ini atau kekurangan itu. Karena itu sangatlah penting menunjukkan bahwa sebagian (mungkin bahkan mayoritas) dari kamusosial-demokrat, yang melakukankegiatan pada tahun-tahun 1895-1898, sepenuhnya tepatmenganggap mungkin bahkan pada waktu itu, pada awal mula gerakan "spontan" itu, untuk tampil dengan program yang sangat luas dan taktik militan [*5].
Ketidaksiapan pada mayoritas kaum revolusioner, yang merupakan gejala yang sepenuhnya wajar, tak dapat menimbulkan kekuatiran-kekuatiran khusus apapun. Karena tugas-tugas sudah ditetapkan dengan tepat, karena ada enerzi untuk usaha-usaha yang berulangulang guna melaksanakan tugas-tugas ini, maka kegagalan-kegagalan sementara bukan bencana yang begitu besar. Pengalaman revolusioner dan kecakapan berorganisasi adalah hal-hal yang dapat diperoleh asalkan ada hasrat untuk memperolehnya, asalkan kekurangan-kekurangan itu disadari --yang dalam usaha revolusioner merupakan lebih dari separo pengkoreksian kekurangan-kekurangan itu!
Tetapi bencana yang tidak begitu besar itu menjadi bencana yang nyata ketika kesadaran ini mulai menjadi kabur (dan kesadaran ini sangat hidup di kalangan aktivis-aktivis dari grup tersebut diatas), ketika muncul orang-orang -- dan bahkan organ-organ sosial-demokrat -- yang bersedia memandang kekurangan-kekurangan ini sebagai kebajikan, yang bahkan mencoba memberi dasar teori bagi pembungkukkan dan pemujaan kepada spontanitas. Sudahlah tiba waktunya untuk menyimpulkan aliran ini, yang inti sarinya secara sangat tidak tepat dan terlalu sempit melukiskan sebagi konsepsi "ekonomisme".
B. PEMUJAAN KEPADA SPONTANITAS. RABOCAYA MISL
Sebelum membicarakan manifestasi pemujaan ini dalam literatur, kami
ingin menyebutkan kenyataan khas yang berikut (yang sampai kepada kita
sumber tersebut diatas), yang sedikit menyoroti bagaimana dua aliran
yang bakal bentrokan dalam sosial demokrat Rusia timbul dan tumbuh di
kalangan kawan-kawan yang bekerja di Peterburg. Pada awal tahun 1897,
sebelum pembuangan mereka, A.A Waneyev dan beberapa orang kawannya
mengunjungi sutu rapat khusus [48], dimana berkumpul anggota-anggota
"tua" dan "muda" Liga Perjuangan Untuk Pembebasan Klas Buruh.
Pembicaraan berpusat terutama disekitar organisasi dan khususnya
sekitar "anggaran dasar untuk dana buruh", yang dalam bentuknya yang
difinitif dimuat dalam Listok Rabotnika [49] No.9-10, hal 46.
Perbedaan pendapat yang tajam segera tersingkap antara anggota-anggota
tua (kaum "Desembris", sebagaimana kaum sosial-demokrat Petersburg
secara bergurau menamakan mereka) dengan beberapa anggota "muda" (yang
kemudian dengan aktif ambil bagian dalam Rabocaya Mils), dan
segera berkobarlah diskusi yang hangat. Anggota-anggota "muda"
mempertahankan prinsip-prinsip pokok anggaran dasar dalam bentuk
sebagaimana telah disiarkan. Anggota-anggota "tua" mengatakan bahwa
yang dibutuhkan pertama-tama sama sekali bukanlah ini, melainkan
pengkonsolidasian Liga Perjuangan menjadi sebuah organisasi kaum
revolusioner, dan berbagai dana buruh, lingkaran propaganda pemuda
pelajar dan lain-lain, harus tunduk kepada organisasi itu. Tak usah
dikatakan lagi kiranya bahwa orang-orang yang berdebat itu jauh darai
membayangkan bahwa perbedaan pendapat ini adalah permulaan dari
perpisahan; sebaliknya mereka menganggapnya sebagai bersifat berdiri
sendiri dan kebetulan. Tetapi kenyataan ini menunjukan bahwa di Rusia
"ekonomisme" juga timbul dan meluas bukan sama sekali tanpa perjuangan
menentang kaum sosial-demokrat "tua" (ini sering dilupakan oleh kaum
ekonomis yang sekarang). Dan jika, pada pokoknya, perjuangan ini tidak
meninggalkan bekas-bekas "dokumenter", ini semata-mata karena
susunan keanggotaan lingkaran-lingkaran yang bekerja waktu itu mengalami
perubahan yang begitu sering sehingga tak ada kontinuitas dan karena
itu perbedaan-perbedaan pendapat itu tidak tercatat dalam dokumen
apapun.Terbitnya Rabocaya Misl menyingkap ekonomisme, tetapi juga tidak sekaligus. Kita harus membayangkan sendiri secara konkrit syarat-syarat bekerja dan sifat pendek umur mayoritas lingkaran-lingkaran Rusia (dan hanya mereka yang telah mengalaminya dapat membayangkan secara konkrit), agar dapat mengerti betapa banyak hal yang bersifat kebetulan terdapat dalam sukses-sukses dan kegagalan-kegagalan aliran baru itu di berbagai kota, dan betapa lama baik pendukung-pendukung maupun lawan-lawan aliran "baru" ini tidak dapat mengambil keputusan --memang mereka tidak mempunyai kesempattan sama sekali untuk memutuskan-- mengenai apakah ini benar-benar suatu aliran yang khas atau hanya suatu pengungkapan ketidaksiapan perorangan-perorangan tertentu. Misalnya, nomor-nomor pertama stensilan dari Rabocaya Misl bahkan sama sekali tidak diketahui mayoritas besar kaum sosial-demokrat, dan jika sekarang kita dapat mengutuf tajuk rencana nomor pertamanya, ini hanyalah karena tajuk rencana itu dimuat kembali dalam artikel W.I. [50] (Listok Rabotnika No. 9-10, hlm.47 dan berikutnya) yang sudah tentu tidak lupa menyanjung-nyanjung dengan bersemangat --bersemangat tanpa akal-- surat kabar baru itu yang begitu berbeda dari surat-surat kabar dan rencana surat-surat kabar yang kami sebutkan diatas [*6]. Dan tajuk rencana ini patut dibicarakan karena ia begitu menonjol mengungkapkan seluruh jiwa Rabocaya Misl dan ekonomisme pada umumnya.
Sesudah menyatakan bahwa tangan "simanset biru"[51] tak akan dapat menahan perkembangan gerakan buruh, tajuk rencana itu seterusnya mengatakan: "……. Daya hidup gerakan buruh sedemikian karena kaum buruh itu sendiri akhirnya memegang nasib mereka dalam tangan mereka sendiri dengan merebutnya dari tangan para pemimpin", dan tesis dasar ini dikembangkan lebih lanjut secara terperinci. Sebetulnya pemimpin-pemimpin (yaitu sosial demokrat, organisator-organisator Liga Perjuangan) itu, boleh dikatakan direnggut oleh polisi dari tangan kaum buruh [*7]; tetapi digambarkan seolah-seolah kaum buruh melakukan perjuangan melawan para pemimpin dan membebaskan diri dari penindasan mereka. Bukannya menyerukan maju ke arah konsolidasi organisasi revolusioner dan kearah perluasan aktivitas politik, malah mengeluarkan seruan mundur ke perjuangan trade-unionis semata-mata. Dinyatakan bahwa "dasar ekonomi dari gerakan dibarengkan oleh usaha untuk selama-lamanya tidak melupakan cita-cita politik", dan bahwa semboyan gerakan buruh ialah "berjuang untuk perbaikan keadaan ekonomi" (!) atau lebih baik lagi, "Buruh untuk Buruh". Dinyatakan bahwa dana pemogokan "lebih berharga bagi gerakan daripada seratus organisasi lain" (bandingkan pernyataan ini yang dikeluarkan dalam bulan Oktober 1897 dengan perdebatan anatar kaum "Desembris" dengan anggota-anggota muda pada awal tahun 1897), dan sebagainya. Semboyan-semboyan seperti: kita harus memusatkan perhatian bukan pada "sari" kaum buruh melainkan pada buruh "rata-rata", pada massa buruh; "politik selalu mengikuti ekonomi dengan patuh"[*8] dan sebagainya dan sebagainya menjadi mode dan mempunyai pengaruh yang sangat kuat atas massa pemuda yang tertarik pada gerakan tetapi yang dalam kebanyakan hal hanya tahu Marxisme sepotong-sepotong, Marxisme yang diuraikan secara legal.
Ini merupakan penindihan sepenuhnya kesadaran oleh spontanitas --spontanitas kaum "sosial-demokrat" yang mengulang-ulangi "ide-ide" Tuan W.W, spontanitas buruh-buruh yang terpesona oleh argumen-argumen bahwa tambahan satu kopek untuk setiap rubel lebih berharga daripada segala sosialisme dan segala politik dan bahwa mereka harus melancarkan "perjuangan dengan mengetahui bahwa mereka berjuang bukan untuk sesuatu generasi yang akan datang melainkan untuk diri mereka sendiri dan anak-anak mereka" (tajuk rencana Rabocaya Misl No.1). Kata-kata seperti itu selalu menjadi senjata yang paling disukai kaum borjuis Eropa Barat yang karena membenci sosialisme berusaha keras (seperti "Sosial-Politiker" Jerman Hirsch) untuk memindahkan trade-unionis Inggris ke tanah air mereka dan mengkhotbahkan kepada kaum buruh bahwa perjuangan serikat buruh semata-mata [*9] adalah justru perjuangan untuk diri mereka sendiri dan anak-anak mereka, dan bukan untuk sesuatu generasi yang akan datang dan sesuatu sosialisme yang akan datang. Dan sekarang "W.W. dari sosial-demokrasi Rusia" telah mulai mengulang-ulangi kata-kata burjuis. Disini penting menyebutkan tiga keadaan yang akan berguna bagi kita dalam menganalisa lebih lanjut perbedaan-perbedaan pendapat dewasa ini [*10].
Pertama-tama, penindihan kesadaran oleh spontanitas, yang telah kita sebutkan diatas , juga terjadi secara spontan. Ini tampaknya seperti persilatan lidah tetapi, sayang ini adalah kebenaran yang pahit. Ia terjadi bukan sebagai perjuangan secara terbuka antara dua pendirian yang sama sekali berlawanan, dimana yang satu menang atas yang lain, tetapi ia terjadi karena semakin banyak jumlah "orang tua" -orang revolusioner yang "direnggut" oleh gendarme dan karena semakin banyak jumlah orang "muda" "W.W. dari sosial-demokrasi Rusia" muncul diatas panggung. Setiap orang yang --tak akan saya katakan telah mengambil bagian dalam gerakan Rusia dewasa ini,tetapi sekurang-kurangnya telah menghirup udaranya --tahu betul bahwa memang demikianlah halnya. Dan jika kami sekalipun demikian teristimewa mendesak supaya pembaca menjadi jelas sepenuhnya mengenai kenyataanyang sudah umum diketahui ini, dan jika kami demi kejelasan, begitulah, mengutip bahan-bahan mengenai Raboceye Dyelo terbitan pertama dan mengenai perdebatan antara kaum "tua" dengan kaum "muda" pada awal tahun 1897-- ini adalah karena orang-orang berspekulasi dengan ketidaktahuan rakyat umum (atau para pemuda yang masih remaja sekali) mengenai kenyataan ini dan membangga-banggakan "demokratisme" mereka. Kami akan kembali lagi kepada hal ini nanti.
Kedua, dalam manifestasi yang pertama di bidang sastra dari ekonomisme, kita sudah dapat melihat gejala yang sangat istimewa dan yang sangat khas untuk memahami semua perbedaan pendapat dikalangan kaum sosial-demokrat dewasa ini, bahwa pengikut-pengikut "gerakan buruh semata-mata", para pemuja hubungan yang paling erat dan paling "organik" ( istilah yang dipakai Raboceye Dyelo) dengan perjuangan proletar, lawan-lawan dari segala intelegensia non buruh (walaupun itu intelegensia sosialis) terpaksa, guna mempertahankan pendirian mereka, menggunakan argumen-argumen "kaum trade-unionis semata-mata" yang borjuis. Ini menunjukkan bahwa sejak awal mula Rabocaya Misl mulai --secara sadar-- melaksanakan program Credo. Ini menunjukkan (sesuatu yang sama sekali tak dapat dimengerti oleh Raboceye Dyelo) bahwa segala pemujaan kepada spontanitas gerakan buruh, segala peremehan peranan "unsur sadar", peranan sosial-demokrasi, terlepas sama sekali apakah orang-orang yang meremehkan itu suka atau tidak, berarti memperkuat pengaruh ideologi burjuis di kalangan kaum buruh. Semua yang berbicara tentang "penilaian terlalu tinggi arti penting ideologi" [*11], tentang membesar-besarkan peranan unsur sadar [*12], dan sebagainya membayangkan bahwa gerakan buruh murni dengan sendirinya dapat dan akan menghasilkan ideologi yang bebas bagi dirinya sendiri, asal saja kaum buruh "merebut nasib mereka dari tangan para pemimpin". Tetapi ini adalah kesalahan besar. Untuk melengkapi apa yang telah disebutkan diatas, kita akan mengutip lagi kata-kata yang tepat dan penting sekali yang diucapkan K. Kautsky tentang rancangan program baru Partai Sosial-Demokrat Austria [*13]:
"banyak kritikus revisionis kita berpendapat bahwa Marx menyatakan bahwa perkembangan ekonomi dan perjuangan klas tidak hanya menciptakan syarat-syarat untuk produksi sosialis, tetapi juga, dan secara langsung, melahirkan kesadaran (kursif dari K.K) tentang keharusan produksi sosialis. Dan para kritikus ini menegaskan bahwa Inggris , negeri yang paling berkembang secara kapitalis, lebih jauh daripada negeri lain manapun dari kesadaran ini. Berdasarkan rancangan itu, orang bisa mengira bahwa pandangan yang katanya Marxisme-ortodoks ini, yang dengan cara yang ditunjukkan diatas sudah terbantah , disetujui juga oleh komisi yang menyusun program Austria itu. Dalam rancangan program itu tercantum: 'semakin berkembang kapitalisme semakin bertambah besar jumlah proletariat, proletariat akan semakin dipaksa dan memperoleh kemampuan untuk melancarkan perjuangan melawan kapitalisme, Proletariat menjadi sadar akan kemungkinan dan keharusan sosialisme. Dalam hubungan ini kesadaran sosialis tampak sebagai hasil yang semestinya dan langsung dari perjuangan klas proletariat. Tetapi sama sekali tidak benar. Tentu saja sosialisme, sebagai ajaran, bersumber pada hubungan-hubungan ekonomi modern sebagaimana perjuangan klas proletariat dan sebagaimana yang tersebut belakangan, timbul dari perjuangan menentang kemiskinan dan kesengsaraan massa yang diciptakan oleh kapitalisme, tetapi sosialisme dan perjuangan kelas timbul berdampingan satu dengan yang lainnya dan bukannya yang satu timbul dari yang lain: masing-masing dibawah syarat-syarat yang berbeda. Kesadaran sosialis modern dapat timbul hanya atas dasar pengetahuan ilmiah yang mendalam. Memang, ilmu ekonomi modern merupakan suatu syarat bagi produksi sosialis sama halnya seperti, misalnya, teknologi modern, dan proletarian tak dapat menciptakan yang satu atau yang lainnya, bagaimanapun juga ia menginginkannya: kedua-duanya timbul dari proses sosial modern. Pembawa ilmu bukanlah proletariat, melainkan intelegensia borjuis (kursif dari K.K): dalam otak anggota-anggota perorangan dari lapisan inilah lahir sosialisme modern, dan merekalah yang menyampaikannya kepada orang-orang proletas yang menonjol perkembangan inteleknya, yang selanjutnya memasukkannnya kedalam perjuangan klas proletariat dimana syarat-syarat mengijinkannya. Jadi, kesadaran sosialis adalah sesuatu yang dimasukkan ke dalam perjuangan klas proletariat dari luar (von Aussen Hineingentragenes) dan bukan sesuatu yang timbul dari dalamnya secara spontan (Urwuchsig). Karena itu program Hainfeld yang lama tepat sepenuhnya menyatakan bahwa tugas sosial-demokrasi ialah meresapkan proletariat (secara hurufiah: menjenuhkan proletariat) dengan kesadaran akan kedudukannya dan kesadaran akan tugasnya. Ini tak akan perlu jika kesadaran itu timbul dengan sendirinya dari perjuangan klas. Rancangan yang baru itu menjiplak dalil dalil ini dari propram yang lama, dan membubuhkannya pada dalil tersebut diatas. Tetapi ini sama sekali memutuskan jalannya pikiran…."
Karena tak mungkin ada ideologi bebas yang dikembangkan oleh massa buruh sendiri dalam proses gerakan mereka [*14], maka persoalannya hanyalah demikian : ideologi borjuis atau sosialis. Disini tak ada jalan tengah (karena umat manusia belum menciptakan ideologi "ketiga" manapun, dan lagi pada umumnya dalam masyarakat yang dikoyak-koyak oleh kontradiksi-kontradiksi klas sekali-kali tak akan ada ideologi non-klas atau diatas klas). Karena itu, setiap peremehan ideologi sosialis dan setiap penjauhan diri dari padanya berarti memperkuat ideologi borjuis.Orang berbicara tentang spontanitas, tetapi perkembangan spontan gerakan buruh menuju justru ke arah ketundukannya kepada ideologi borjuis, berjalan justru menurut program Credo, karena gerakan buruh yang spontan adalah trade-unionis, adalah Nur-Gewerkschaftlerei, sedang trade-uninis berarti pembudakan kaum buruh secara ideologi oleh borjuis. Karena itu tugas kita, tugas sosial-demokrasi, ialah memerangi spontanitas, membelokkan gerakan buruh dari aspirasi trade-unionisme yang spontan untuk berlindung dibawah sayap borjuis ini, dan menariknya ke bawah sayap sosial-demokrasi revolusioner. Karena itu kata-kata para penulis surat "ekonomi" dalam Iskra No. 12, yang menyatakan bahwa usaha-usaha yang bagaimanapun dari ideologis yang paling bersemangat tidak akan bisa membelokkan gerakan buruh dari jalan yang ditentukkan oleh saling pengaruh antara unsur-unsur materiil dengan lingkungan materiil, sepenuhnya sama dengan meninggakan sosialisme, dan sekiranya penulis-penulis surat ini sanggup mempertimbangkan apa yang mereka katakan itu dengan tiada takut, dengan konsekwen sepenuhnya, seperti yang mestinya dilakukan oleh setiap orang yang memasuki arena aktivitas kesusasteraan dan aktivitas sosial, maka bagi mereka tidak lain tinggal "mendekapkan tangan yang menganggur di dada yang kosong " dan…. Dan menyerahkan medan aktivitas kepada tuan-tuan sebangsa Tuan Struwe dan Tuan Prokopowic yang menyeret gerakan buruh "menurut garis perlawanan sekecil-kecilnya", yaitu menurut garis trade-unionisme borjuis, atau kepada tuan-tuan sebangsa Tuan Zubatov yang menyeretnya menurut garis "ideologi" kepadrian dan gendarme.
Ingatlah contoh Jerman. Apa jasa bersejarah Lassalle kepada gerakan buruh Jerman? Jasanya ialah bahwa dia membelokkan gerakan itu dari jalan trade-unionisme dan koperasi yang dikhotbahkan orang-orang progresis, jalan yang telah ditempuhnya secara spontan (dengan bantuan yang bersimpati dari Schulze-Delitzsch dan orang-orang sebangsa dia). Untuk memenuhi tugas ini diperlukan sesuatu yang sama sekali berlainan dengan omongan tentang peremehan unsur spontan, tentang taktik-sebagai proses, tentang saling pengaruh antara unsur-unsur dengan lingkungan dan sebagainya. Untuk itu diperlukan perjuangan mati-matian melawan spontanitas, dan hanya sesudah perjuangan demikian itu, yang dilancarkan selama bertahun-tahun, barulah dapat, misalnya, mengubah penduduk buruh Berlin dari sebagi sandaran partai progresis menjadi satu benteng terbaik sosial-demokrasi. Dan perjuangan ini sekarangpun sekali-kali belum selesai (sebagimana mungkin nampak bagi mereka yang mempelajari sejarah gerakan Jerman menurut Prokopowic, dan mempelajari filsafat gerakan Jerman menurut Struwe). Sekarangpun klas buruh Jerman, boleh dikatakan, terpecah-belah dalam beberapa ideologi: sebagian kaum buruh terorganisasi dalam serikat-serikat buruh Katolik dan monarkis, sebagian lagi terorganisasi dalam serikat-serikat Buruh Hirsch-Duncker [53], yang didirikan oleh pemuja-pemuja borjuis dari trade-unionisme Inggris, sedang sebagian lagi terorganisasi dalam serikat-serikat buruh sosial-demokratis. Bagian yang terakhir ini tak berhingga lebih banyak daripada semua lainnya, tetapi ideologi sosial-demokratis dapat mencapai keunggulan ini, dan akan dapat mempertahankannya, hanya melalui perjuangan gigih menentang semua ideologi lainnya.
Tetapi mengapa --pembaca akan bertanya-- gerakan yang spontan, gerakan menurut garis perlawanan sekecil-kecilnya, menuju justru ke dominasi ideologi borjuis? Karena alasan yang sederhana yaitu bahwa ideologi borjuis jauh lebih tua menurut asal-usulnya daripada ideologi sosialis; karena ia dikembangkan secara lebih menyeluruh dan karena ia mempunyai sarana penyebaran yang tak berhingga lebih banyaknya [*15]. Dan semakin muda gerakan sosialis itu disuatu negeri, maka semakin keraslah ia harus berjuang menentang segala usaha memperkuat ideologi non-sosialis, dan semakin keraslah kaum buruh harus diperingatkan terhadap penasehat-penasehat jelek yang berteriak-teriak menentang "penilaian terlampau tinggi unsur sedar", dan sebagainya. Penulis-penulis ekonomi itu, seirama denga Raboceye Dyelo, mengecam ketidaktoleran yang khas bagi masa kanak-kanak gerakan itu. Atas ini kita jawab: ya, gerakan kita memang masih dalam masa kanak-kananya, dan agar bisa lebih cepat dewasa, ia harus menjangkiti dengan ketidaktoleranan terhadap orang-orang yang menghambat pertumbuhannnya dengan pemujaan mereka kepada spontanitas. Tak ada yang lebih menggelikan dan lebih merugikan daripada berlagak sebagi "orang tua" yang sudah lama mengalami segala episode perjuangan yang menentukan.
Ketiga, Rabocaya Misl nomor pertama menunjukkan bahwa istilah "ekonomisme" ( yang, tentu saja, tidak kita usulkan supaya dilepaskan sebab bagaimanapun juga sebutan ini sudah berakar) tidak cukup mencerminkan hakekat aliran baru itu. Rabocaya Misl tidak menolak sama sekali perjuangan politik: dalam anggaran dasar untuk dana buruh yang dimuat dalam Rabocaya Misl No.1, ada disebut-sebut tentang perjuangan melawan pemerintah. Hanya saja Rabocaya Misl berpendapat bahwa "politik selalu mengikuti ekonomi dengan patuh" (dan Raboceye Dyelo membuat variasi dari tesis ini ketika, dalam programnya, ia mengatakan bahwa "di Rusia lebih dari negeri lain manapun, perjuangan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari perjuangan politik). Jika dengan politik itu dimaksudkan politik sosial-demokratis, maka dalil-dalil yang diajukan Rabocaya Misl dan Raboceye Dyelo itu salah sama sekali. Perjuangan ekonomi kaum buruh sering sekali berkaitan (meskipun bukan tak terpisahkan) dengan politik borjuis, politik kepaderian, dan lain-lain, sebagaimana sudah kita lihat. Dalil-dalil Raboceye Dyelo itu benar jika dengan politik itu dimaksudkan politik trade-unionis, yaitu hasrat umum semua buruh guna memperoleh dari pemerintah tindakan-tindakan tertentu untuk meringankan kesengsaraan yang menjadi ciri keadaan mereka, tetapi yang tidak melenyapkan keadaan itu, yaitu tindakan-tindakan yang tidak menghapuskan penundukkan kerja kepada kapital. Hasrat ini memang umum bagi trade-unionis Inggris yang bersikap memusuhi sosialisme, bagi kaum buruh Katolik, bagi kaum buruh "Zubatov" , dan sebagainya. Ada bermacam-macam politik. Jadi, kita lihat bahwa Rabocaya Misl lebih memuja spontanitasnya, memuja ketiadaannya akan kesadaran daripada pengingkari perjuangan politik. Walaupun mengakui sepenuhnya perjuangan politik (lebih tepat dikatakan keinginan-keinginan dan tuntutan-tuntutan politik kaum buruh), yang tumbuh secara spontan dari gerakan buruh itu sendiri, Rabocaya Misl sama sekali menolak menyusun secara bebas politik sosial-demokratis yang khas yang sesuai dengan tugas-tugas umum sosialisme dan dengan syarat-syarat dewasa ini di Rusia. Selanjutnya kita akan menunjukkan Raboceye Dyelo juga membuat kesalahan yang sama.
C. GRUP PEMBEBASAN DIRI DAN RABOCEYE DYELO [54]
Kita dengan begitu panjang lebar telah membicarakan tajuk rencana Rabocaya Misl
nomor pertama yang tidak banyak diketahui dan sekarang hampir dilupakan
orang, karena tajuk rencana ini paling awal dan paling menyolok
menyatakan aliran pikiran yang umum yang kemudian muncul sebagi
aliran-aliran kecil yang tak terhitung banyaknya. W.I sepenuhnya benar
ketika, dalam memuji nomor pertama dan tajuk rencana Rabocaya Misl, dia
mengatakan bahwa tajuk rencana tersebut ditulis secara "tajam dan
dengan bergelora"(Listok Rabotnika No. 9-10 hal.49). Setiap
orang yang percaya pada pendapatnya, yang berpendapat bahwa dia
memberikan sesuatu yang baru, menulis "dengan gelora" dan dengan cara
yang begitu rupa sehingga pandangan-pandangannya itu tampak menonjol.
Hanyalah orang-orang yang biasa berdiri diatas dua perahu yang tidak
mempunyai "gelora" sedikitpun, hanya orang-orang yang demikianlah yang
bisa kemarin memuji-muji gelora Rabocaya Misl, hari ini menyerang "gelora polemik" lawan-lawan Rabocaya Misl.Kita tidak akan membicayakan Lampiran Khusus Rabocaya Misl (nanti kita akan berkesempatan, mengenai berbagai hal, menyinggung tulisan ini, yang menyatakan ide-iede kaum ekonomis dengan konsekwen) tetapi hanya dengan singkat akan membicarakan Seruan Grup Pembebasan Diri Buruh ( Maret 1899, dimuat lagi dalam Nakanunye [55] London, No.7 Juli 1899). Penulis-penulis seruan ini tepat sekali mengatakan bahwa "kaum buruh Rusia baru saja bangun, baru saja melihat sekelilingnya, dan secara naluri mencekau alat perjuangan yang pertama dijumpai". Tetapi di sini penulis-penulis itu menarik kesimpulan salah yang sama seperti yang di tarik Rabocaya Misl dengan melupakan bahwa kenalurian adalah kesadaran (spontanitas) yang harus dibantu oleh kaum sosialis, bahwa alat perjuangan "yang pertama dijumpai", dalam masyarakat modern, akan selalu berupa alat perjuangan trade-unionis, dan ideologi "yang pertama dijumpai" akan berupa ideologi (trade-unionis) borjuis. Begitu juga, penulis-penulis ini tidak menolak politik, mereka hanya (hanya!) mengatakan, dengan mengulangi kata-kata yang diucapkan Tuan W.W, bahwa politik adalah bangunan atas, dan oleh karenanya, "agitasi politik harus menjadi bangunan-atas dari agitasi untuk kepentingan perjuangan ekonomi; ia harus tumbuh di atas dasar perjuangan ekonomi ini dan berjalan dibelakangnya".
Adapun Raboceye Dyelo, ia memulai aktivitasnya langsung dengan "membela" kaum ekonomis. Ia betul-betul berbohong dalam nomor pertamanya itu juga ( No. 1, hal 141-142) ketiga ia menyatakan bahwa ia "tidak tahu kawan-kawan muda mana yang dimaksud oleh Akselrod" dalam brosurnya yang terkenal, [*16] dimana ia memperingatkan kaum ekonomis, tetapi Raboceye Dyelo dalam polemik sengit dengan Akselrod dan Plekhanov mengenai kebohongan itu, terpaksa mengakui bahwa ia "dengan menyatakan kebingungan ingin membela semua sosial-demokrat yang lebih muda di luar negeri dari tuduhan yang tidak adil" (Akselrod menuduh kaum ekonomis berpandangan cupet). Sebetulnya tuduhan ini adil sepenuhnya, dan Raboceye Dyelo tahu betul bahwa tuduhan ini antara lain menimpa juga W.I. seorang anggota dewan redaksinya. Sepintas lalu baiklah saya sebutkan bahwa dalam polemik tersebut Akselrod sepenuhnya benar dan Raboceye Dyelo sama sekali salah dalam menafsirkan brosur saya Tugas-Tugas Kaum Sosial-Demokrat Rusia [*17] . Brosur itu ditulis dalam tahun 1897, sebelum Rabocaya Misl terbit, ketika saya berpendapat, dan berhak berpendapat, bahwa haluan semula Liga Perjuangan Petersburg, yang saya lukiskan diatas, adalah haluan yang berdominasi. Dan haluan itu adalah benar-benar haluan yang berdominasi, setidak-tidaknya sampai pertengahan tahun 1898. Karena itu Raboceye Dyelo tidak berhak sedikitpun dalam usahanya membantah adanya dan bahaya ekonomisme, menunjuk kepada brosur yang menyatakan pandangan-pandangan yang didesak oleh pandangan-pandangan "ekonomis" di Petersburg dalam tahun 1897-1898 [*18]
Tetapi Raboceye Dyelo tidak hanya "membela" kaum ekonomis --ia sendiri senantiasa tergelincir kedalam kesalahan-kesalahan mereka yang fundamental. Sumber kekacauan ini terletak dalam pengertian yang bercabang mengenai tesis dalam program Raboceye Dyelo berikut: "kita anggap gejala yang paling penting dari kehidupan Rusia, gejala yang terutama akan menentukan tugas-tugas" "dan watak aktivitas kesusasteraan Perserikatan, ialah gerakan massa buruh (kursif dari Raboceye Dyelo) yang telah timbul dalam tahun-tahun belakangan ini". Bahwasanya gerakan massa merupakan gejala yang paling penting, ini tak dapat dipertengkarkan lagi. Tetapi seluruh persoalannya ialah bagaimana memahami "penentuan tugas" oleh gerakan massa ini. Ini bisa diinterpretasi dengan dua cara: atau dalam arti pemujaan kepada spontanitas gerakan ini, artinya menurunkan peranan sosial-demokrasi menjadi pembudakan belaka kepada gerakan buruh sebagaimana adanya (interpretasi Rabocaya Misl, Grup Pembebasan Diri dan kaum ekonomis lainnya); atau dalam arti bahwa gerakan massa mengajukan kepada kita tugas-tugas baru di bidang teori, politik dan organisasi, yang jauh lebih rumit daripada tugas-tugas yang dapat memuaskan kita dalam periode sebelum timbulnya gerakan massa. Raboceye Dyelo telah dan masih cenderung justru ke interpretasi yang pertama, karena ia tidak mengatakan apapun yang tegas tentang sesuatu tugas baru, melainkan terus-menerus memperbincangkan seolah-olah "gerakan massa" ini justru membebaskan kitadari keharusan menyadari dengan jelas dan menyelesaikan tugas-tugas yang diajukannya kepada kita. Cukup ditunjukkan bahwa Raboceye Dyelo mengangap tidak mungkin menentukan penggulingan otokrasi sebagai tugas pertama gerakan massa buruh, dan bahwa ia memerosotkan tugas ini (demi kepentingan gerakan massa) menjadi tugas perjuangan untuk tuntutan-tuntutan politik yang terdekat (Jawaban, hal. 25) .
Akan kami lewati artikel B. Kricevski, redaktur Raboceye Dyelo, yang berjudul "Perjuangan Ekonomi dan Politik Dalam Gerakan Rusia", yang dimuat dalam surat kabar itu No.7, yang mengulangi kesalahan-kesalahan [*19] itu juga, dan langsung beralih Raboceye Dyelo No.10. Tentu saja, kita tidak akan menguraikan secara terperinci berbagai kebertan yang diajukan B. Kreicevski dan Martinov terhadap Zarya dan Iskra.Yang menarik perhatian kita disini semata-mata pendirian prinsipiil yang dibentangkan oleh Raboceye Dyelo No.10. Misalnya, kita tidak akan mengupas keanehan --bahwa Raboceye Dyelo melihat suatu 'kontradiksi yang diametral" antara dalil:
"Sosial-demokrasi tidak mengikat tangannya, tidak membatasi aktivitas-aktivitasnya pada sesuatu rencana atau metode perjuangan politik yang telah dipertimbangkan sebelumnya; ia mengakui semua alat perjuangan selama alat-alat perjuangan itu sesuai dengan kekuatan yang ada pada partai", dan seterusnya (Iskra. No.1) [56]
dengan dalil :
"Tanpa organisasi yang kuat, yang berpengalam dalam perjuangan politik dalam segala keadaan dan dalam segala periode, maka tak mungkin berbicara tentang rencana aktivitas yang sistematis yang diterangi dengan prinsip-prinsip yang teguh dan yang dilaksanakan dengan gigih, yang merupakan satu-satunya yang patut dinamakan taktik" (Iskra No.4) [57]
Mencampuradukkan pengakuan, dalam prinsip, atas segala alat perjuangan, atas segala rencana dan metode, selama hal-hal ini bermanfaat --dengan tuntutan supaya pada saat politik tertentu kita berpedoman pada rencana yang dilaksanakan dengan teguh, jika kita hendak mempersoalkan taktik, ini berarti sama dengan mencampuradukkan pengakuan ilmu kedokteran atas berbagai cara pengobatan dengan tuntutan berpegang teguh pada satu cara pengobatan tertentu untuk penyakit tertentu. Akan tetapi soalnya ialah bahwa Raboceye Dyelo, walaupun ia sendiri mengidap penyakit yang telah kita namakan memuja-muja spontanitas, tidak mau mengakui "cara pengobatan" apapun untuk penyakit itu. Karena itu, ia telah membuat penemuan yang istimewa bahwa "taktik- sebagai rencana berkontradiksi dengan jiwa pokok Marxisme" (No. 10, hal.18), bahwa taktik adalah "proses pertumbuhan tugas-tugas Partai yang tumbuh bersama dengan Partai" (hal.11, kursif dari Raboceye Dyelo). Ucapan yang terakhir ini mempunyai segala kemungkinan untuk menjadi peribahasa yang terkenal, suatu monumen yang abadi bagi "aliran" Raboceye Dyelo. Atas pertanyaan : kemana? Suatu organ pimpinan menjawab: gerakan adalah proses perubahan jarak antara titik pangkal dan titik-titik berikutnya gerakan itu. Tetapi kedalaman yang tiada tolok taranya ini bukan hanya suatu keanehan (jika demikian halnya, tak akan ada gunanya dibicarakan secara khusus), melainkan juga merupakan program seluruh aliran, yaitu program itu juga yang dinyatakan oleh R.M (dalam Lampiran Khusus Rabocaya Misl) dengan kata-kata: perjuangan yang dikehendaki ialah perjuangan yang mungkin dan perjuangan yang mungkin adalah perjuangan yang berlaku pada saat tertentu. Inilah justru aliran opurtunisme yang terbatas, yang seecara pasif menyesuaikan diri dengan spontanitas.
"Taktik- sebagai rencana berkontradiksi dengan jiwa pokok Marxisme!" Sungguh, ini adalah fitnahan terhadap Marxisme; ini berarti mengubahnya menjadi karikatur Marxisme yang dihadapkan kepada kita oleh kaum Narodnik dalam perang mereka melawan kita. Ini berarti meremehkan inisiatif dan enerzi aktivis-aktivis yang sadar, padahal Marxisme, sebaliknya, memberikan dorongan raksasa kepada inisiatif dan enerzi sosial-demokrat, membukakan baginya perspektif-perspektif yang seluas-luasnya dan (jika orang boleh menyatakan begitu) menyediakan untuknya kekuatan perkasa berjuta-juta orang dari klas buruh yang "secara spontan" bangkit berjuang! Seluruh sejarah sosial-demokrasi internasional penuh dengan rencana-rencana yang diajukan kadang-kadang oleh satu pimpinan politik, kadang-kadang oleh pimpinan politik lainnya; ada yang membenarkan pandangan jauh dan ketepatan pandangan politik dan organisasi dari pimpinan politik yang satu dan ada yang memperlihatkan kecupetan serta satu titik balik yang paling penting dalam sejarahnya --terbentuknya Kerajaan, pembukaan Reichstag dan pemberian hak pilih umum -- Liebknecht mempunyai satu rencana untuk politik dan pekerjaan sosial demokratis pada umumnya dan Schwetzer mempunyai rencana lain. Ketika Undang-Undang Anti Sosialis menyerang kaum Sosialis Jerman, Most dan Hasselmann mempunyai satu rencana, mereka siap seketika itu juga menyerukan dilakukannya kekerasan dan teror; Hochberg, Schraman dan (sebagian) Bernstein mempunyai rencana lain, mereka mulai mengkhotbahkan kepada kaum sosial-demokrat bahwa mereka sendirilah dengan kekasaran dan kerevolusioneran yang keterlaluan yang telah memprovokasi pengundangan Undang-Undang itu, dan sekarang harus bertingkah laku yang patut menjadi teladan untuk memperoleh maaf; rencana yang ketiga ialah yang diajukan oleh mereka yang mempersiapkan dan melaksanakan penerbitan organ ilegal. Tentu saja mudah, dalam menoleh kembali, bertahun-tahun sesudah perjuangan mengenai masalah pemilihan jalan terakhir dan sesudah sejarah menjatuhkan putusannya yang terakhir mengenai ketepatan jalan yaang telah terpilih, mengucapkan pepatah yang mendalam tentang pertumbuhan tugas-tugas Partai yang tumbuh bersama dengan partai. Tetapi pada saat kekalutan [*20], ketika "kritikus-kritikus" dan kaum ekonomis Rusia memerosotkan sosial demokrat ke tingkat trade-unionisme, dan ketika kaum teroris semakin kuat mengkhotbahkan diterimanya "taktik-sebagai-rencana" yang mengulangi lagi kesalahan-kesalahan lama, pada saat demikian itu, bila membatasi diri pada kedalaman-kedalaman itu, berarti memberi kepada diri sendiri "surat keterangan tentang kemiskinan". Pada saat banyak orang sosial-demokrat Rusia di hinggapi justru kelangkaan inisitif dan enerzi, dihinggapi kelangkaan "ruang lingkup propaganda politik, agitasi politik dan organisasi politik" [*21], kelangkaan "rencana" untuk mengorganisasi pekerjaan revolusioner secara lebih luas, bila pada saat yang demikian mengatakan: "taktik-sebagai rencana berkontradiksi dengan jiwa pokok Marxisme" berarti tidak hanya memvulgarkan Marxisme di bidang teori, tetapi juga menyeret Partai mundur dalam praktek.
Raboceye Dyelo seterusnya menggurui kita :
"Tugas orang revolusioner sosial-demokrat hanyalah mempercepat perkembangan objektif dengan pekerjaannya yang secara sadar, tetapi bukan meniadakannya atau menggantinya dengan rencana-rencana subyektif. Iskra tahu semua ini dalam teori. Tetapi arti penting mahabesar yang secara tepat diberikan Marxisme kepada pekerjaan revolusioner yang sadar menyebabkan Iskra dalam praktek, karena padangannya yang dokriner tentang taktik, meremehkan arti penting unsur obyektif atau spontan perkembangan" (hal.18).
Satu contoh lagi tentang kekalutan teori yang luar biasa yang sudah sepatutnya bagi Tuan W.W dan kelompoknya. Kita akan bertanya kepada ahli filsafat kita: dalam hal apa dapat tercermin "peremehan" perkembangan obyektif dari pihak penyusun rencana-rencana yang subyektif? Jelas, dalam hal bahwa ia mengabaikan kenyataan bahwa perkembangan obyektif ini menciptakan atau memperkuat, menghancurkan atau melemahkan klas-klas, lapisan-lapisan, golongan-golongan tertentu, bangsa-bangsa, kelompok-kelompok bangsa tertentu, dsb, dengan begitu menjadi syarat bagi pengelompokan kekuatan-kekuatan politik internasional tertentu, bagi penentuan pendirian partai-partai revolusioner, dan sebagainya. Tetapi jika demikian, maka kesalahan penyusun rencana-rencana itu bukanlah dalam hal meremehkan unsur spontan melainkan sebaliknya, dalam hal meremehkan unsur sadar, karena dia tidak mempunyai cukup "kesadaran" untuk memahami secara tepat perkembangan obyektif. Karena itu omongan tentang "penilaian arti "relatif" (krsif dari Raboceye Dyelo) spontanitas dan kesadaran itu saja sudah menyingkapkan ketiadaan "kesadaran" sama sekali . Jika "unsur-unsur spontan perkembangan" tertentu dapat ditangkap oleh kesadaran manusia pada umumnya, maka penilaian yang tidak tepat mengenai unsur-unsur spontan itu akan sama saja dengan "meremehkan unsur sadar". Tetapi jika unsur-unsur spontan itu tidak dapat ditangkap oleh kesadaran, maka kita tak dapat mengetahuinya, dan tidak dapat membicarakannya. Jadi apakah yang dipercakapkan oleh B. Kreicevski itu? Jika dia berpendapat bahwa "rencana-rencana subyektif" Iskra itu salah (dan dia justru menyatakan rencana-rencana subyektif itu salah), maka dia semestinya menunjukkan kenyataan-kenyataan obyektif apa yang diabaikan dalam rencana-rencana ini, dan kemudian menuduh Iskra tidak mempunyai cukup kesadaran karena mengabaikannya dan menuduh Iskra, menggunakan kata-kata dia sendiri, "meremehkan secara sadar". Tetapi jika dia, walaupun tidak puas dengan rencana-rencana subyektif, tidak mempunyai argumen lain kecuali kutipan "meremehkan unsur spontan" (!!), maka dia dengan itu hanya membuktikan bahwa : 1) secara teori dia memahami Marxisme ala orang-orang sebangsa Kareyev dan Mikhailovski yang sudah cukup di cemooohkan oleh Beltov [58], dan 2) dalam praktek, dia sepenuhnya puas dengan "unsur-unsur spontan perkembangan" yang telah membawa kaum Marxis legal kita ke Bernsteinisme dan membawa kaum sosial-demokrat kita ke ekonomisme, dan bahwa dia "sangat marah" kepada orang-orang yang telah bertekad bulat bagaimanapun juga akan membelokkan sosial-demokrasi Rusia dari jalan perkembangan "spontan".
Dan kemudian menyusullah hal-hal yang sungguh lucu. "Persis seperti manusia-manusia akan berbiak dengan cara kuno, kendatipun segala sukses ilmu pengetahuan alam, demikian pulalah kelahiran sistem masyarakat baru, dimasa depan juga., terutama sebagai akibat ledakan-ledakan spontan, kendatipun segala sukses ilmu-ilmu sosial dan pertambahan jumlah pejuang yang sadar" (hal.19). Persis seperti kata arif bijaksana kuno yang berbunyi: "Setiap orang tolol dapat melahirkan anak", kata arif bijaksana kaum "sosialis modern" (a la Narcissus Tuporilov [59]) juga berbunyi: setiap orang tolol dapat ikut serta dalam kelahiran spontan sistem masyarakat baru. Kita juga berpendapat demikia. Untuk keikutsertaan semacam itu cukuplah menyerah kepada ekonomisme ketika ekonomisme berkuasa, dan menyerah kepada terorisme ketika terorisme merajalela. Misalnya, dalam musim semi tahun ini, ketika begitu penting memperingatkan orang supaya jangan tergila-gila akan terorisme, Raboceye Dyelo bengong dihadapan masalah yang "baru" baginya itu. Dan sekarang, enam bulan sesudah itu, ketika masalah tersebut telah menjadi kurang aktual, ia sekaligus menyodorkan kepada kita pertanyaan : "kita berpendapat bahwa tidak mungkin dan tidak seharusnya tugas sosial-demokrasi menghalang-halangi kebangkitan semangat teroris"(Raboceye Dyelo, No.10, hal 23)., juga resolusi Kongres: "Kongres menganggap teror yang sistematis dan ofensif sebagai tak tepat pada waktunya (Dua Kongres, Hal.18). Betapa terang dan sambung-menyambung! Jangan menghalang-halangi, tetapi menyatakan sebagai tak tepat pada waktunya, dan menyatakannya dengan begitu rupa sehingga teror yang sistematis dan defensif tidak termasuk dalam ruang lingkup "resolusi" itu. Haruslah diakui bahwa resolusi semacam itu sangat aman dan sepenuhnya terjamin terhadap kesalahan, seperti orang yang berbicara tetapi tidak mengatakan apa-apa itu terjamin terhadap kesalahan! Dan apa yang dibutuhkan untuk menyusun resolusi semacam itu hanyalah: kecakapan untuk mengekor di belakang gerakan. Ketika Iskra mentertawakan Raboceye Dyelo karena menyatakan soal teror sebagi suatu soal baru, maka ia dengan marah menuduh Iskra "luar biasa kurang ajarnya karena memaksakan pada organisasi Partai pemecahan soal-soal taktik yang diusulkan oleh sekelompok penulis emigran lebih dari lima belas tahun yang lalu" (hal.24). Memang, alangkah kurang ajarnya dan alangkah dibesar-besarkannya unsur sadar --mula-mula secara teori memecahkan masalah-masalah, kemudian meyakinkan organisasi, Partai dan Massa akan ketepatan pemecahan itu! [*22]. Akan lebih baik jika sekadar mengulang-ulang sesuatu yang telah hafal dan tanpa "memaksakan" sesuatu pada siapapun juga, tunduk pada setiap "pembelokan" baik ke jurusan ekonomisme ataupun ke jurusan terorisme. Raboceye Dyelo bahkan menggeneralisasi petuah besar dari kebijaksanaan duniawi ini dan menuduh Iskra serta Zarya "mempertentangkan program mereka dengan gerakan seperti roh yang melayang-layang diatas kekacauan yang tak berbentuk", (hal.29). Tetapi apa lagi fungsi sosial-demokrasi jika bukan sebagai "roh", yang tidak hanya melayang-layang diatas gerakan spontan, tetapi juga meningkatkan gerkan ini ke tingkat "programnya"? Tentulah, bukan pula fungsinya mengekor di belakang gerakan: paling banter, ini tidak akan ada gunanya bagi gerakan: paling buruk ia akan sangat, sangat merugikan. Tetapi Raboceye Dyelo tidak hanya mengikuti "taktik-sebagai-proses" ini, bahkan mengangkatnya menjadi suatu prinsip, sehingga lebih tepatlah menamakan haluan Raboceye Dyelo bukan oportunisme, melainkan ekorisme (dari kata ekor). Dan haruslah diakui bahwa orang-orang yang telah bertekad untuk selalu membuntut dibelakang gerakan dan menjadi ekornya, selama-lamanya dan mutlak tidak bisa "meremehkan unsur spontan perkembangan".
* * *
Demikianlah, kita sudah menjadi yakin bahwa kesalahan pokok "aliran baru" dalam sosial demokrasi Rusia berupa pemujaan kepada spontanitas, dan ketidakmengertian bahwa spontanitas massa menuntut kesadaran besar-besaran dari kita kaum sosial-demokrat. Semakin besar kebangkitan spontanitas dari massa, semakin meluaslah gerakan, maka semakin cepat lagi dengan tiada bandingnya bertambah besarnya tuntutan akan kesadaran yang besar-besaran dalam pekerjaan teori, politik dan organisasi dari sosial-demokrasi.
Kebangkitan spontan massa di Rusia telah (dan terus) berlangsung dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga pemuda sosial-demokrat ternyata belum dipersiapkan untuk menunaikan tugas-tugas raksasa ini. Ketidaksiapan ini merupakan kemalangan kita bersama, kemalangan semua orang sosial-demokrat-Rusia. Kebangkitan massa meluas dan berlangsung dengan tak putus-putusnya dan sambung-bersambung; ia bukan hanya tidak berhenti di tempat-tempat di mana ia telah mulai, tetapi melanda tempat-tempat baru dan lapisan-lapisan baru penduduk (di bawah pengaruh gerakan buruh telah hidup kembali gejolak di kalangan pemuda-pelajar, kaum intelektual pada umumnya dan bahkan dikalangan kaum tani). Akan tetapi kaum revolusioner ketinggalan di belakang kebangkitan ini baik dalam "teori-teori" mereka maupun dalam aktivitas mereka; mereka gagal mendirikan organisasi yang tak putus-putusnya dan yang sambung-bersambung, yang sanggup memimpin seluruh gerakan.
Dalam Bab I telah kami buktikan bahwa Raboceye Dyelo meremehkan tugas-tugas teori kita dan bahwa ia "secara spontan" mengulang-ulangi semboyan yang sedang menjadi mode "kebebasan mengkritik"; bahwa mereka yang mengulang-ulangi semboyan ini tidak mempunyai cukup "kesadaran" untuk memahami pertentangan yang diametral antara pendirian para "kritikus" oportunis dengan pendirian kkaum revolusioner di Jerman dan di Rusia.
Dalam bab-bab yang berikut akan kita bahas bagaimana pemujaan kepada spontanitas ini mendapatkan perwujudannya di bidang tugas-tugas politik dan pekerjaan organisasi dari sosial-demokrasi.
Catatan:
[*1] Raboceye Dyelo no.10, September 1901, hlm. 17-18 Kursif dari Raboceye Dyelo.
[*2]Trade-unionis tidak menutup pintu sama sekali
terhadap politik sebagaimana kadang-kadang diduga orang. Trade-unionis
selalu melakukan agitasi dan perjuangan politik tertentu (tetapi bukan
agitasi dan perjuangan politik sosial-demokratis). Dalam bab
berikutnya kita akan membicarakan perbedaan antara politik
trade-unionis dengan politik sosial-demokratis.
[44] Liga Perjuangan Untuk Pembebasan Klas Buruh
Petersburg dibentuk oleh W. I. Lenin dalam musim rontok tahun 1895 dan
mempersatukan semua lingkaran buruh Marxis di Petersburg. Ia dipimpin
oleh suatu Grup Sentral di bawah pimpinan Lenin. Liga Perjuangan itu
adalah organisasi pertama di Rusia yang mengkombinasi sosialisme dengan
gerakan buruh dan beralih dari mempropagandakan Marxisme di kalangan
selingkaran kecil kaum buruh yang maju ke agitasi politik di kalangan
massa luas klas buruh.
"Arti penting Liga Perjuangan Untuk Pembebasan Klas Buruh Petersburg terletak dalam kenyataan bahwa ia, sebagaimana kata Lenin, merupakan embrio pertama yang sesungguhnya dari partai revolusioner yang didukung oleh gerakan buruh".
"Arti penting Liga Perjuangan Untuk Pembebasan Klas Buruh Petersburg terletak dalam kenyataan bahwa ia, sebagaimana kata Lenin, merupakan embrio pertama yang sesungguhnya dari partai revolusioner yang didukung oleh gerakan buruh".
[*3] A.A wanayev meninggal di Siberia Timur pada
tahun 1899 karena penyakit TBC yang diidafnya selama dikurung
tersendiri dalam penjara sebelum perang. Karena itu kita berpendapat
keterangan diatas boleh disiarkan, yang kita jamin kebenarannya karena
ia berasal dari orang-orang yang secra langsung dan dekatnya mengenal
A.A. Wanayev.
[45] Ruskaya Starina-- majalah bulanan tentang sejarah, terbit di Petersburg dari tahun 1870 sampai 1918.
[*4] Lihat Kumpulan karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 2, hal.71-76—red.
[46] Obskurantisme-- sikap yang bermusuhan terhadap pencerahan dan kemajuan, semangat yang menghambat kemajuan.
[47] S. Petesburgski Raboci Listok (Lembaran Buruh Petersburg)--
surat kabar ilegal, organ Liga Perjuangan Untuk Pembebasan Klas Buruh
Petersburg. Terbit dua nomor: No. 1 dalam bulan Februari (bertanggal
Januari) 1897 (distensil di Rusia sebanyak 300-400 eksemplar); dan No. 2
dalam bulan September 1897 di Jenewa.
[*5] "Ketika bersikap negatif terhadap aktivitas-aktivitas sosial demokrat pada akhir tahun-tahun 90-an, Iskra mengabaikan
tidak adanya syarat-syarat pada waktu itu untuk pekerjaan lain kecuali
perjuangan untuk -tuntutan-tuntutan kecil". Demikian kaum ekonomis
menerangkan dalam surat mereka yaitu Surat Kepada Organ-Organ Sosial-Demokrat Rusia (Iskra No.12). Kenyataan-kenyataan yang dikutip diatas membuktikan bahwa pernyataan tentang "tidak adanya syarat-syarat" bertentangan sama sekali dengan kebenaran.
Tidak hanya pada akhir, tetapi bahkan pada pertengahan tahun-tahun
90-an, semua syarat untuk pekerjaan lain sudah ada selain perjuangan
untuk tuntutan-tuntutan kecil, semua syarat sudah ada --kecuali latihan
yang cukup bagi para pemimpin. Bukannya terus terang mengakui tidak
cukupnya latihan pada pihak kita, para ideologis, para pemimpin --kaum
"ekonomis" hendak melempaskan semua kesalahan pada "tidak adanya
syarat-syarat", pada pengaruh lingkungan materiil yang menentukan
jalan, yang dari jalan ini tak seorang idiologis pun akan mungkin
membelokkan gerakan. Apa ini kalau bukan membungkuk-bungkuk kepada
spontanitas, kalau bukan kegila-gilaan para ideologis akan kekurangan
kekurangan mereka sendiri?
[48] Rapat khusus yang dimaksudkan Lenin
diadakan di Petersburg antara tanggal 14 dan 17 Februari (26 Februari
dan 1 Maret) 1897. rapat ini dihadiri oleh W. I. Lenin, A. A. Waneyev,
G. M. Krzyizyanovski dan anggota-anggota lainnya dari Liga Perjuangan
Untuk Pembebasan Klas Buruh Petersburg, yaitu "veteran-veteran" yang
telah dikeluarkan dari penjara selama tiga hari sebelum dikirim ke
pembuangan Siberia dan "orang-orang muda" yang memimpin Liga Perjuangan
sesudah Lenin ditangkap.
[49] Listok Rabotnika (Lembaran Pekerja)--
diterbitkan di Jenewa oleh Perserikatan Kaum Sosial-Demokrat Rusia Di
Luar Negeri dari tahun 1896-1899. Terbit sepuluh nomor. No. 1 sampai
No. 8 diedit oleh grup Pembebasan Kerja. Karena mayoritas anggota
Perserikatan memebelok ke "ekonomisme", maka grup Pembebasan Kerja
menolak untuk terus mengedit penerbitan-penerbitannya. No. 9- No. 10
diterbitkan oleh dewan redaksi baru yang dibentuk oleh Perserikatan.
[50] Artikel W.I.-- yang dimaksud ialah artikel W. P. Iwansyin.
[*6]Sambil lalu perlu dinyatakan bahwa pujian-pujian kepada Rabocaya Misldalam
bulan November 1898, pada waktu ekonomisme, terutama diluar negeri,
telah terbentuk sepenuhnya, berasal dari W.I itu juga yang tak lama
kemudian menjadi salah seorang redaktur dari Raboceye Dyelo. Namun Raboceye Dyelo tetap tidak mengakui adanya dua aliran dalam sosial-demokrasi Rusia dan terus tidak mengakuinya hingga kini!
[51] Gendarme-gendarme tsar mengenakan baju seragam bermanset biru.
[*7]Bahwasanya kiasan ini benar, dapat dilihat
dari kenyataan khas yang berikut. Ketika, sesudah penangkapan atas diri
kaum "Desembris", tersiar berita dikalangan kaum buruh di Jalan
Schusselburg bahwa penangkapan itu terjadi atas bantuan seorang
provokator N.N. Mikhailov (seorang dokter gigi) yang dekat dengan salah
satu dari grup-grup yang berhubungan dengan kaum Desembris, kaum buruh
menjadi begitu marah sehingga mengambil keputusan membunuh Mikhailov.
[*8]Kutipan-kutipan ini diambil dari tajuk rencana dalam nomor pertama Rabocaya Misl
itu juga. Dari sini orang dapat menilai taraf teori yang dimiliki oleh
"W.W. dari sosial-demokrasi Rusia"[52], yang terus mengulang-ulangi
pemvulgaran secara kasar "meterialisme ekonomi" pada waktu dalam
literatur terjadi perang kaum Marxis menentang Tuan W.W yang
sebenarnya, yang sudah lama dijuluki "ahli urusan reaksioner", karena
mempunyai pandangan-pandangan yang serupa mengenai hubungan antara politik dengan ekonomi!
[52] W. W. --nama samaran W. P.
Worontstov, salah seorang ideologis dari Narodisme liberal dalam
tahun-tahun 80-an dan 90-an abad ke-19. Kata-kata Lenin "W. W. dari
sosial-demokrasi Rusia" merupakan sindiran untuk kaum "ekonomis" yang
mewakili aliran oportunis dalam sosial demokrasi Rusia.
[*9] Orang-orang Jerman bahkan mempunyai kata
khusus : "Nur-Gewerkschafter", yang artinya pembela perjuangan "serikat
buruh semata-mata"
[*10] Kita tekankan kata kata dewasa ini untuk
dialamatkan kepada mereka yang mungkin secara munafik mengangkat bahu
seraya berkata: sungguh mudah sekarang mencaci-maki Rabocaya Mils, tetapi kan hanya sesuatu yang sudah usang! Mutato nomine de te fabula narratur (ubahlah namanya maka kisah itu mengenai dirimu.--Red), demikianlah jawaban kita kepada kaum munafik dewasa ini yang semacam itu yang ketundukannya sama-sekali kepada ide-ide Rabocaya Misl akan dibuktikan berikut ini.
[*11] Surat kaum "ekonomis" dalam Iskra No.12.
[*12] Raboceye Dyelo No.10
[*13] Neue Zeit (Zaman Baru. --red)
1901-1902, XX, I, No.3 hlm 79. Rancangan komisi yang dibicarakan K.
Kautsky itu diterima oleh Kongres Wina (pada akhir tahun lalu) dalam
bentuk yang sedikit diubah.
[*14] Ini sudah barang tentu tidaklah berarti
bahwa kaum buruh tidak ambil bagian dalam menciptakan ideologi demikian
itu. Tetapi mereka ambil bagian itu bukan sebagai kaum buruh,
melainkan sebagai ahli-ahli teori sosialisme, sebagai orang-orang
sebangsa Proudhon dan sebangsa Waitling; dengan kata lain, mereka ambil
bagian hanya apabila dan sejauh mereka mampu. Sedikit atau banyak,
menguasai pengetahuan pada zaman mereka dan mendorong maju pengetahuan.
Dan agar kaum buruh dapat melakukan ini lebih sering, maka
perlu dilakukan segala usaha guna meningkatkan taraf kesadaran kaum
buruh pada umumnya; kaum buruh jangan membatasi diri pada bingkai "literatur untuk kaum buruh" yang dipersempit secara dibuat-buat, tetapi harus belajar menguasai semakin banyak literatur umum.
Bahkan akan lebih tepat jika dikatakan bukannya "membatasi diri"
tetapi dibatasi, karena kaum buruh sendiri membaca dan ingin membaca
semua yang ditulis untuk intelegensia dan hanya beberapa orang
intelektual (yang jelek) yang berpendapat bahwa "bagi kaum buruh"
cukuplah diceritai tentang keadaan-keadaan pabrik dan diulang-ulang
saya yang sudah lama diketahui.
[53] Serikat-Serikat Buruh Hirsch-Duncker--
didirikan oleh borjuis-borjuis liberal Hirsch dan Duncker dalam tahun
1868 di Jerman. Hirsch dan Duncker mengkhotbahkan "kerukunan
kepentingan-kepentingan klas", menyelewengkan buruh dari perjuangan
klas revolusioner melawan borjuasi, membatasi tugas-tugas gerakan
serikat buruh pada bingkai tugas-tugas di bidang dana saling bantu dan
organisasi pendidikan-kebudayaan.
[*15] Sering dikatakan: Klas buruh secara spontan
condong kepada sosialisme. Itu sepenuhnya benar dalam arti bahwa
teori sosialis menentukan sebab-sebab kesengsaraan klas buruh dengan
lebih mendalam dan lebih tepat daripada teori lain manapun juga, dan
karena itu kaum buruh dapat mencernakannya dengan begitu mudah akan
tetapi asal saja teori ini sendiri tidak menyerah kepada spontanitas,
asalkan ia membuat spontanitas tunduk padanya. Biasanya ini diterima
sebagi benar, tetapi justru inilah yang dilupakan atau diputarbalikkan
oleh Raboceye Dyelo. Klas buruh secar spontan condong kepada
sosialisme, tetapi sungguhpun demikian ideologi burjuis yang lebih
tersebar luas ( dan terus-menerus dihidupkan kembali dalam
bentuk-bentuk yang sangat beraneka warna) secara spontan lebih-lebih
lagi mendesakkan diri pada klas buruh.
[54] Grup Pembebasan Diri Buruh— satu
grup kecil orang-orang “ekonomis yang dibentuk di Petersburg dalam
musim rontok tahun 1898. Grup ini yang bereksistensi hanya beberapa
bulan saja, mengeluarkan sebuah manifesto yang memaparkan
tujuan-tujuannya (dimuat dalam Nakanunye, majalah yang terbit di London), susunan anggaran dasar dan beberapa surat sebaran untuk disebarkan di kalangan buruh.
[55] Nakanunye (Menyongsong)-- majalah
dari aliran Narodnik yang terbit dalam bahasa Rusia di London dari
bulan Januari 1899 samapai Februari 1902. terbit 37 nomor. Nakanunye menghimpun di sekitarnya wakil-wakil berbagai partai borjuis kecil.
[*16] Tentang Masalah Tugas-Tugas dan Taktik kaum Sosial Demokrat Rusia Dewasa ini, Jenewa 1898. Dua pucuk surat yang ditulis kepada Rabocaya Gazeta dalam tahun 1897.
[*17] Lihat Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4 Jilid 2, hal.299-326 --Red.
[*18] Dalam membela kebohongannya yang pertama ("kita tak tahu kawan-kawan muda mana yang dimaksud oleh P. B. Akselrod") Raboceye Dyelo menambah dengan kebohongan yang kedua, ketika dalam jawabannya ia menulis: "Sejak tinjauan tentang Tugas-Tugas
diterbitkan, dikalangan orang-orang sosial-demokrat Rusia tertentu
telah timbul atau kecendrungan-kecendrungan ke arah keberatsebelahan
ekonomi, yang merupakan langkah mundul dari keadaan gerakan kita
sebagaimana dilukiskan dalam Tugas-Tugas (hal.9). Inilah yang dikatakan Jawaban itu, yang dimuat dalam tahun 1900. Tetapi Raboceye Dyelo nomor pertama (yang memuat tinjauan itu) terbit dalam bulan April 1899. Apakah ekonomisme itu baru timbul dalam tahun 1899? Tidak, dalam tahun 1899 terdengar protes pertama kaum sosial demokrat Rusia terhadap ekonomisme (protes terhadap Credo). Ekonomisme timbul dalam tahun 1897, sebagaimana Raboceye Dyelo tahu betul, karena sudah pada bulan November 1898, W.I. Memuji Rabocaya Misl (lihat Listok Rabotnika No.9-10)
[*19] "Teori tingkat-tingkat" atau teori
"lika-liku yang takut takut-takut" dalam perjuangan politik dinyatakan,
misalnya dalam artikel ini demikian: "Akan tetapi
tuntutan-tuntutan-tuntutan politik, yang menurut wataknya adalah umum
bagi seluruh Rusia, harus mula-mula" (ini ditulis dalam bulan Agustus
1900!) " sesuai dengan pengalaman yang diperoleh lapisan
tertentu"(sic!). "kaum buruh dari perjuangan ekonomi. Hanya (!) atas
dasar pengalaman inilah agitasi politik dapat dan harus dimulai", dan
seterusnya.(hal.11). Pada halaman 4 sipenulis ketika menyanggah apa
yang dianggapnya sebagai tuduhan yang sama sekali tidak beralasan yaitu
tuduhan sebagai bid'ah ekonomis, dengan mengharukan berseru :
"Sosial-demokrat mana sih yang tidak tahu bahwa menurut ajaran Marx dan
Engels kepentingan-kepentingan ekonomi dari berbagai klas memainkan
peranan yang menentukan dalam sejarah dan, karenanya, bahwa
terutama perjuangan proletariat untuk kepentingan-kepentingan ekonominya
harus mempunyai arti penting nomor satu bagi perkembangan klasya dan
perjuangannya untuk pembebasan ?"(Kursif dari kami). Kata
"karenanya"sama sekali tidak pada tempatnya. Dari kenyataan bahwa
kepentingan-kepentingan ekonomi memainkan peranan yang menentukan sekali-kali tidak seharusnya
ditarik kesimpulan bahwa perjuangan ekonomi (yaitu, perjuangan serikat
buruh) mempunyai arti penting nomor satu, karena
kepentingan-kpentingan yang paling pokok, yang "menentukan" dari
klas-klas dapat dipenuhi hanya dengan perubahan-perubahan politik yang
radikal pada umumnya; terutama kepentingan-kpentingan ekonomi yang
pokok dari proletariat dapat dipenuhi hanya dengan revolusi politik
yang akan mengganti diktatur borjuasi dengan diktatur proletariat. B.
Kreicevski mengulangi argumen-argumen "W.W. dari sosial-demokrasi
Rusia" (yaitu, politik mengikuti ekonomi dan lain-lain) dan
argumen-argumen kaum Bernsteinis dari sosial-demokrasi Jerman
(misalnya, justru dengan argumen semacam ini. Woltmann mencoba
membuktikan bahwa kaum buruh pertama-tama harus memperoleh "kekuatan
ekonomi" sebelum memikirkan revolusi politik).
[56] W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Moskow, 1946, Jilid 4, hlm. 345-346.
[57] Ibid, Jilid 5, hlm. 6.
[*20] "Ein Jahr der Verwirrung" ("Tahun
Kekalutan") adalah judul yang diberikan oleh Mehring pada bab dalam
bukunya Sejarah Sosial-Demokrasi Jerman dimana ia melukiskan
keragu-raguan dan ketiadaan kebulatan tekad yang mula-mula
dipertunjukan oleh kaum sosialis dalam memilih "taktik-sebagai-rencana"
yang sesuai dengan syarat-syarat baru.
[*21] dari tajuk rencana Iskra No. 1 (Lihat Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hal.344 -Red)
[58] Dengan nama samaran N. Beltov, G. W. Plekhanov menerbitkan bukunya yang terkenal Tentang Perkembangan Pandangan Monistik Mengenai Sejarah, yang terbit secara legal di Petersburg dalam tahun 1895.
[59] Yang dimaksud ialah sajak satiris "Lagu Pujian Sosialis Rusia Supra-Modern" oleh Y. O. Martov, yang dimuat dalam Zarya
No. , April 1901, dengan bertanda tangan "Narcissus Tuporilov". Sajak
ini memperolok-olok kaum "ekonomis" dan penyesuaian diri mereka dengan
gerakan spontan.
[*22] Jangan dilupakan pula bahwa dalam memecahkan "secara teori" masalah teror, grup Pembebasan Kerja menggeneralisasi pengalaman gerakan revolusioner yang terdahulu.
III
Politik Trade-Unionis dan Politik Sosial Demokrat
Kami akan mulai lagi dengan memuji Raboceye Dyelo. "Literatur Pemblejetan Dan Perjuangan Proletar" adalah judul yang diberikan oleh Martinov kepada artikelnya dalam Raboceye DyeloNo.10 tentang perbedaan pendapat dengan Iskra. Dia merumuskan hakekat perbedaan pendapat ini sebagai berikut : "Kita tak dapat membatasi diri hanya pada memblejeti sistem yang merintangi jalan perkembangannnya" (partai buruh). "Kita harus pula memberi reaksi terhadap kepentingan-kepentingan terdekat dan sehari-hari proletariat" (hal.63). "….Iskra…… sebenarnya adalah sebuah organ dari oposisi revolusioner yang memblejeti sistem di negeri kita, terutama sistem politik……….. Akan tetapi kita bekerja dan akan bekerja untuk usaha buruh dalam hubungan organis yang erat dengan perjuangan proletar" (hal.63). Orang mau tidak mau harus berterima kasih kepada Martinov atas perumusan ini. Perumusan ini sangat menarik perhatian umum karena pada hakekatnya ia meliputi bukan hanya perbedaan pendapat kami dengan Raboceye Dyelo, melainkan juga perbedaan pendapat umumnya antara kami dengan kaum “ekonomis" mengenai perjuangan politik. Telah kami tunjukkan bahwa kaum "ekonomis" itu tidak menolak "politik" sama sekali, tetapi bahwa mereka hanya senantiasa menyimpang dari konsepsi politik sosial-demokratis ke konsepsi politik trade-unionis. Martinov menyimpang persis begitu juga, dan karena itu kami setuju mengambil justru pendangan-pandangannya sebagi contoh kesalahan ekonomis mengenai soal ini. Kami akan berusaha membuktikan bahwa baik penulis-penulis Lampiran khusus Rabocaya Misl, penulis-penulis manifes yang dikeluarkan oleh Grup Pembebasan Diri, maupun penulis-penulis surat ekonomis yang dimuat dalam Iskra No.12, tak akan mempunyai hak apapun untuk menggugat pilihan ini.
A. AGITASI POLITIK DAN PEMBATASANNYA OLEH KAUM EKONOMIS
Setiap orang tahu bahwa pengembangan secara luas dan
pengkonsolidasian perjuangan ekonomi [*1] kaum buruh Rusia berlangsung
berbarengan dengan pencitaan 'literatur" pemblejetan keadaan ekonomi
(keadaaan di pabrik dan lapangan pekerjaan). "Surat-surat sebaran" ini
terutama ditujukan untuk memblejeti keadaan pabrik, dan di kalangan
kaum buruh segera bangkit gairah yang sejati akan
pemblejetan-pemblejetan itu. Segera sesudah kaum buruh melihat bahwa
lingkaran-lingkaran kaum sosial-demokrat ingin dan dapat memberikan
kepada mereka surat sebaran macam baru yang menceritakan seluruh
kebenaran tentang hidup mereka yang melarat, tentang kerja mereka yang
terlalu berat, tentang ketiadaan hak mereka, maka mulailah, boleh
dikatakan, membanjir surat-surat mereka dari pabrik-pabrik dan
kilang-kilang. ""Literatur pemblejetan" ini menimbulkan sensasi yang
hebat tidak hanya di pabrik dimana keadaannya diblejeti dalam surat
sebaran tertentu, tetapi juga disemua pabrik dimana tersiar kabar
tentang fakta-fakta yang terblejeti. Dan karena kesengsaraan serta
kemiskinan kaum buruh diberbagai perusahaan dan berbagai lapang
pekerjaan hampir saja sama saja, maka "kebenaran tentang kehidupan
buruh " menggerakkan semuanya.Bahkan
di kalangan kaum buruh yang paling terbelakangpun timbul gairah yang
sejati untuk "dipublikasi" --suatu gairah yang mulia akan bentuk embrio
perang melawan seluruh sistem sosial dewasa ini yang didasarkan atass
perampokkan dan penindasan. Dan dalam kebanyakan hal "suart-surat
sebaran" ini sesungguhnya merupakan sutu pernyataan perang, karena
pemblejetan-pemblejetan itu sangat membantu membangkitkan kaum buruh dan
menimbulkan di kalangan mereka tuntutan-tuntutan bersama untuk
melenyapkan keburukkan-keburukkan yang paling menyolok dan
membangkitkan pada mereka kesediaan menyokong tuntutan-tuntutan ini
dengan pemogokkan-pemogokkan. Akhirnya, tuan-tuan pabrik sendiri
terpaksa mengakui arti surat-surat sebaran ini sebagai suatu pernyataan
perang sehingga sering sekali mereka tidak mau menunggu-nunggu lagi
samapi perang itu sendiri pecah. Sebagaimana biasa, dengan
diterbitkannya pemblejetan-pemblejetan ini saja sudah menjadikannya
berdaya guna, memperoleh arti pengaruh moril yang perkasa. Bukan satu
kali saja bahwa, penerbitan suatu surat sebaran itu saja ternyata
cukup untuk menjamin dipenuhinya semua atau sebagian tuntutan. Pendek
kata, pemblejetan-pemblejetan ekonomi (pabrik) telah dan tetap merupakan
pengungkit penting perjuangan ekonomi. Dan pemblejetan-pemblejetan ini
akan terus mempunyai arti demikian ini selama kapitalisme masih ada,
yang menyebabkan kaum buruh harus membela diri. Di negeri-negeri Eropa
yang paling maju pun sekarang masih dapat kita saksikan bagaimana
pemblejetan keburukan-keburukan di suatu “perusahaan” yang terpencil
atau suatu cabang industri rumah tangga yang sudah dilupakan orang,
merupakan titik pangkal untuk menggugah kesadaran klas, untuk mengawali
perjuangan serikat buruh dan untuk menyebar luaskan sosialisme. [*2] Mayoritas mutlak kaum sosial-demokrat Rusia di waktu belakangan ini hampir sama sekali mencurahkan perhatian mereka pada pekerjaan mengorbankan pemblejetan mengenai keadaan pabrik. Cukuplah mengingat Rabocaya Misl untuk melihat sampai seberapa jauh pencurahan perhatian ini. Pencurahan perhatian itu sampai sebegitu jauh sehingga dilupakan bahwa pencurahan ini sendiri, pada hakekatnya belum merupakan aktivitas sosial-demokratis, melainkan hanya aktivitas trade-unionis. Pada hakekatnya, pemblejetan-pemblejetan ini hanya mencakup hubungan-hubungan antara kaum buruh di lapangan pekerjaan tertentu dengan majikan-majikan mereka, dan apa yang dicapai oleh pemblejetan-pemblejetan itu ialah bahwa para penjual tenaga kerja belajar menjual “barang dagangan” mereka secara lebih menguntungkan dan berjuang melawan para pembeli berdasarkan transaksi dagang semata-mata. Pemblejetan-pemblejetan ini dapat menjadi (jika digunakan sebagaimana mestinya oleh organisasi kaum revolusioner) permulaan dan bagian komponen aktivitas sosial-demokratis, tetapi pemblejetan itu juga dapat menuju (dan dibawah syarat pemujaan kepada spontanitas pasti) menuju ke perjuangan “serikat buruh semata-mata” dan ke gerakan buruh non sosial-demokratis. Sosial-demokrasi memimpin perjuangan klas buruh tidak hanya untuk syarat-syarat yang lebih baik bagi penjualan tenaga kerja, tetapi juga untuk melenyapkan sistem masyarakat yang memaksa kaum tak bermilik menjual diri kepada si kaya. Sosial-demokrasi mewakili klas buruh bukan dalam hubungan klas buruh dengan hanya suatu grup pengusaha tertentu, melainkan dalam hubungan klas buruh dengan semua klas dari masyarakat modern, dengan negara sebagai suatu kekuatan politik yang terorganisasi. Dari sini jelaslah bahwa kaum sosial-demokrat bukan hanya tidak boleh membatasi diri pada perjuangan ekonomi, tetapi juga tidak boleh membiarkan perorganisasian pemblejetan di bidang ekonomi menjadi aktivitas mereka yang berdominasi. Kita harus dengan aktif mencengkam pendidikan politik klas buruh dan pengembangan kesadaran politiknya. Sekarang sesudah Zarya dan Iskra melakukan serangan yang pertama atas ekonomisme, “semua setuju” mengenai ini (meskipun ada yang setuju hanya dalam kata-kata, sebagaimana akan segera kita lihat).
Timbul pertanyaan: berupa apakah seharusnya pendidikan politik itu ? Dapatkah dibatasi hanya pada propaganda ide-ide tentang permusuhan klas buruh terhadap otokrasi? Tentu saja tidak. Tidaklah cukup menerangkan kepada kaum buruh bahawa mereka mengalami penindasan politik (sebagaimana tidak cukup hanya menerangkan kepada mereka bahwa kepentingan-kepentingan mereka berlawanan dengan kepentingan-kepentingan kaum majikan). Agitasi harus dilakukan mengenai setiap manifestasi kongkrit dari penindasan ini (sebagaimana kita telah mulai melakukan agitasi mengenai manifestasi kongret penindasan ekonomi). Dan karena penindasan ini menimpa bermacam-macam klas dalam masyarakat, karena ia menampakkan diri dalam lapangan hidup dan aktivitas yang sangat beraneka warna, dilapangan pekerjaan, sipil, perseorangan, keluarga, agama, ilmu, dan sebagainya dan sebagainya, maka tidakkah jelas bahwa kita tidak akan memenuhi tugas kita mengembangkan kesadaran politik kaum buruh jika kita tidak memikul tanggung-jawab pekerjaan mengorganisasi pemblejetan politik mengenai otokrasi dalam semua seginya? Bukankah untuk melakukan agitasi mengenai manifestasi kongkrit penindasan, orang perlu memblejeti manifestasi tersebut (sebagaimana orang perlu memblejeti penyalahgunaan dalam pabrik untuk melakukan agitasi ekonomi)?
Orang akan berpendapat bahwa hal ini cukup jelas. Tetapi justru disinilah ternyata bahwa hanya dalam kata-kata “semua” setuju tentang perlunya mengembangkan kesadaran politik dalam semua seginya. Disini jugalah ternyata bahwa Raboceye Dyelo, misalnya , bukan hanya tidak memikul tugas mengorganisasi (atau memulai mengorganisasi) pemblejetan politik dalam semua seginya, tetapi malah menyeret mundur Iskra yang telah mengusahakan tugas ini. Dengarlah ini: “perjuangan politik klas buruh hanyalah” (justru bukan “hanya”) “bentuk perjuangan ekonomi yang paling berkembang, paling luas dan paling efektif “ (Program Raboceye Dyelo, Raboceye Dyelo No.1, hal.3). “Kaum sosial-demokrat sekarang dihadapkan kepada tugas memberikan, sedapat-dapatnya, watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri” (Martinov, Raboceye Dyelo No.10, hal42). “Perjuangan ekonomi adalah cara yang paling luas dapat digunakan untuk menarik massa ke dalam perjuangan politik yang aktif” (Resolusi Kongres Perserikatan [60]) dan amandemen-amandemennya, Dua Kongres, hal. 11 dan 17). Seperti pembaca lihat, semua dalil ini meresapi Raboceye Dyelo, sejak dari nomor pertamanya sampai pada “Instruksi-Instruksi” terakhir ‘kepada Dewan Redaksi”, dan semuanya terang menyatakan satu pendapat mengenai agitasi dan perjuangan politik. Tinjaulah pendapat ini dari sudut pendapat yang lazim di kalangan semua orang ekonomis, bahwa agitasi politik harus mengikuti agitasi ekonomi. Begitulah pada umumnyn [*3] perjuangan ekonomi merupakan”cara yang paling luas digunakan” untuk menarik massa ke dalam perjuangan politik? Sama sekali tidak benar. Segala macam manifestasi kelaliman polisi dan perkosaan otokrasi, dan sekali-kali bukan hanya manifestasi yang berhubungan dengan perjuangan ekonomi, sedikitpun tidak kurang “dapat digunakan secara luas” sebagai cara untuk “menarik” massa. Orang-orang Zemski Nacalnik [61], pemecutan terhadap petani-petani, korupsi para pegawai, perlakuan polisi terhadap “rakyat biasa” di kota-kota, perjuangan terhadap kaum lapar dan penindasan terhadap aspirasi rakyat untuk penerangan dan pengetahuan, pemerasan pajak, penguberan terhadap sekte-sekte agama, perlakuan yang merendahkan terhadap para serdadu dan perlakuan terhadap para mahasiswa dan intelegensia liberal seolah-olah mereka itu serdadu –mengapa kesemuanya ini dan ribuan manifestasi penindasan lainnya yang serupa itu, yang tidak langsung bersangkutan dengan perjuangan “ekonomi”, merupakan pada umumnya cara dan alasan yang kurang “dapat digunakan secara luas” untuk agitasi politik dan untuk menarik massa ke dalam perjuangan politik? Justru sebaliknya: dari jumlah seluruh kejadian dimana kaum buruh mengalami (mereka sendiri ataupun orang-orang yang dekat dengan mereka) ketiadaan hak, kesewenang-wenangan dan aniaya, pastilah kejadian-kejadian penindasan polisi dalam perjuangan serikat buruh hanyalah merupakan jumlah kecil saja. Mengapa kita harus sebelumnya membatasi ruang lingkup agitasi politik dengan menyatakan hanya satu cara yang “paling luas dapat digunakan”, sedangkan kaum sosial-demokrat, disamping itu, mempunyai cara-cara lain yang pada umumnya tidak kurang “dapat digunakan secara luas”?
Lama, lama telah lalu (setahun yang lalu! ……) Raboceye Dyelo menulis: “Massa mulai mengerti akan tuntutan-tuntutan politik terdekat sesudah satu, atau sekurang-kurangnya, sesudah beberapa kali pemogokan”, “segera sesudah pemerintah mengerahkan polisi dan gendarme” (No.7, hal 15, Agustus 1900). Teori tingkat-tingkat yang opurtunis ini sekarang telah ditolak oleh Perserikatan yang memberikan konsesi kepada kita dengan menyatakan : “Tidak ada perlunya sama sekali melakukan agitasi politik sejak awal mula semata-mata atas dasar ekonomi” (Dua Kongres, Hal.11). Ahli sejarah sosial-demokrasi Rusia yang akan datang dari penegasian oleh Perserikatan terhadap sebagian kesalahannya yang dulu itu saja akan melihat dengan lebih jelas daripada dari segala argumen panjang-panjang sampai seberapa jauh kaum ekonomis kita telah memerosotkan sosialisme! Tetapi Perserikatan sungguh naif membayangkan bahwa penolakan satu pembatasan politik akan dapat mendorong kita menyetujui bentuk pembatasan yang lain! Tidakkah akan lebih logis mengatakan, dalam hal ini juga, bahwa perjuangan ekonomi harus dilakukan seluas-luasnya, bahwa ia harus selalu digunakan untuk agitasi politik, tetapi bahwa “tidak ada perlunya sama sekali” menganggap perjuangan ekonomi sebagai cara paling luas dapat digunakan untuk menarik massa ke dalam perjuangan politik yang aktif?
Perserikatan memberikan arti penting kepada kenyataan bahwa ia mengganti kata-kata “cara yang terbaik” yang termuat dalam resolusi yang bersangkutan dari Kongres ke-IV Perserikatan Buruh Yahudi (Bund) [62] dengan kata-kata “yang paling luas dapat digunakan”. Kami, sungguh merasa sulit untuk mengatakan mana yang lebih baik dari resolusi-resolusi ini; menurut pendapat kami kedua-duanya “lebih jelek”. Baik Perserikatan maupun Bund disini salah (sebagian, barangkali, bahkan dengan tak sadar, karena pengaruh tradisi) memberikan interpretasi ekonomis, interpretasi trade unionis kepada politik. Pada hakekatnya soalnya sama sekali tidak berubah apakah hal ini dilakukan dengan menggunakan kata-kata “yang terbaik” atau kata-kata “yang paling luas dapat digunakan”. Andaikata Perserikatan mengatakan bahwa “agitasi politik atas dasar ekonomi” adalah cara yang paling luas digunakan (dan bukan “yang dapat digunakan”) maka ia benar mengenai suatu periode tertentu dalam perkembangan gerakan sosial demokratis kita. Ia akan benar mengenai kaum ekonomis dan mengenai banyak (jika bukan mayoritas) pekerja praktis pada tahun-tahun 1898-1901, karena pekerja praktis ekonomis ini menggunakan agitasi politik (karena mereka pada umumnya menggunakannya!) hampir semata-mata atas dasar ekonomi. Agitasi politik yang demikian itu diakui dan, sebagaimana telah kita lihat, bahkan dianjurkan oleh Rabocaya Misl dan Grup Pembebasan Diri ! Raboceye Dyelo seharusnya dengan tegas menghukum kenyataan bahwa pekerjaan agitasi ekonomi yang berguna dibarengi dengan pembatasan perjuangan politik yang merugikan, tetapi bukannya berbuat demikian ia bahkan menyatakan cara yang paling luas digunakan (oleh kaum ekonomis) sebagai yang paling luas dapat digunakan! Tidaklah mengeherankan kalau ketika kami menamakan orang-orang ini kaum ekonomis, mereka tak dapat berbuat lain kecuali memuntahkan segala macam cacian pada kita, dan menamakan kami “penipu”, “pengacau”, “duta-duta paus”, dan “pemfitnah”, [*4] mengadukan kepada seluruh dunia bahwa kami sangat menyakiti hati mereka dan menyatakan hampir dengan bersumpah: “sekarang sama sekali tak ada organisasi sosial-demokrat satupun yang melakukan kesalahan ekonomisme" [*5]. Ah, politikus-politikus busuk dan mefitnah ini! Tidakkah mereka dengan sengaja mengarang-ngarang seluruh ekonomisme itu, hanya karena rasa benci mereka terhadap manusia semata-mata, untuk menyakiti hati orang secara mendalam ?
Arti kongkrit real apakah yang diberikan oleh Martinov kepada kata-katanya tentang pengajuan tugas sosial-demokrasi “memberikan watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri”? Perjuangan ekonomi adalah perjuangan kolektif kaum buruh melawan majikan-majikan untuk syarat-syarat yang lebih baik dalam penjualan tenaga kerja, untuk syarat-syarat hidup dan syarat-syarat kerja kaum buruh yang lebih baik. Perjuangan ini mestilah perjuangan lapangan pekerjaan, karena syarat-syarat kerja sangat beraneka ragam di berbagai lapangan pekerjaan, dan oleh karenanya, perjuangan untuk perbaikan syarat-syarat ini tidak dapat tidak dilakukan menurut lapangan pekerjaan (serikat-serikat buruh negeri-negeri barat, gabungan serikat buruh sementara dan surat-surat sebaran di Rusia, dan sebagainya). Oleh karena itu memberi “watak-watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri” berarti berusaha untuk dipenuhinya tuntutan-tuntutan lapangan pekerjaan ini, perbaikan syarat-syarat kerja di lapangan pekerjaan dengan jalan “tindakan-tindakan legislatif dan administrasi” (seperti dinyatakan Martinov pada halaman berikutnya dalam artikel hal 43). Ini adalah justru yang dilakukan dan selalu dilakukan oleh semua serikat buruhnya kaum buruh. Bacalah tulisan-tulisan T. dan Ny. Webb [63], sarjana-sarjana berkaliber berat (dan oportunis yang “tidak tanggung-tanggung), maka orang akan melihat bahwa serikat-serikat buruh Inggris sejak lama sekali telah menyadari dan melaksanakan tugas “memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri”, sejak lama sekali berjuang untuk kebebasan mogok, untuk penghapusan segala macam rintangan hukum terhadap gerakan koperasi dan serikat buruh, untuk undang-undang yang melindungi kaum wanita dan anak-anak, untuk perbaikan syarat-syarat kerja dengan jalan perundang-undangan kesehatan dan pabrik dan lain-lain.
Jadi, dibelakang kata-kata muluk tentang “memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri” yang kedengarannya “bukan main” mendalam dan revolusionernya, pada hakekatnya tersembunyi hasrat tradisional untuk memerosotkanpolitik sosial-demokratis ke tingkat politik trade-unionis! Dengan dalih mengkoreksi keberat-sebelahan Iskra yang, katanya, menempatkan “perevolusioneran dogma lebih tinggi dari pada perevolusioneran kehidupan" [*6], kepada kita disajikan perjuangan untuk reform ekonomi sebagai sesuatu yang baru. Sebenarnya, kata-kata “memberi watak politi kepada perjuang ekonomi itusendiri” berarti tidak lebih daripada perjuangan untuk reform-reform ekonomi. Dan Martinov sendiri semestinya sampai pada kesimpulan yang sederhana ini seandainya dia merenungkan arti kata-kata dia sendiri. “Partai kita”, katanya, seraya menghadapkan meriam-meriamnya yang terberat pada Iskra, ‘bisa dan seharusnya mengajukan tuntutan-tuntutan kongkrit kepada pemerintah supaya melaksanakan tindakan-tindakan legislatif dan administrasi guna menentang penghisapan ekonomi, pengangguran, kelaparan, dan sebagainya” (Raboceye Dyelo No. 10 hal. 42-43). Tuntutan-tuntutan kongkrit untuk tindakan-tindakan --tidakkah ini berarti tuntutan-tuntutan untuk reform-reform sosial? Dan sekali lagi kita bertanya kepada pembaca yang tidak berat sebelah, apakah kita memfitnah orang-orang Raboceye Dyelo-is (maafkan saya atas perkataan yang janggal ini!), dengan menamakan mereka kaum Bernsteinis yang bersembunyi ketika mereka mengajukan tesis tentang perlunya berjuang untuk reform-reform ekonomi sebagai perbedaan pendapat mereka dengan Iskra?
Sosial-demokrasi revolusioner dulu dan sekrangpun selalu memasukkan perjuangan untuk reform-reform sebagai bagian aktivitas-aktivitasnya. Tetapi ia menggunakan agitasi “ekonomi” untuk maksud mengajukan kepada pemerintah bukan hanya tuntutan-tuntutan untuk segala macam tindakan, melainkan juga (dan pertama-tama) tuntutan supaya pemerintah tidak lagi menjadi pemerintah otokratis. Kecuali itu sosial-demokrasi revolusioner menganggap sebagai kewajibannya mengajukan tuntutan ini kepada pemerintah, bukan atas dasar perjuangan ekonomi saja, melainkan juga atas dasar segala manifestasi kehidupan sosial dan politik pada umumnya. Pendek kata, sosial-demokrasi revolusioner menempatkan perjuangan untuk kemerdekaan dan untuk sosialisme, sebagimana bagian tunduk kepada keseluruhan. Akan tetapi Martinov menghidupkan kembali teori tingkat-tingkat dalam bentuk lain, dan berusaha keras untuk menetapakan bagi perjuangan politik suatu jalan perkembangan yang, boleh dikatakan, bersifat ekonomi semata-mata. Dengan tampil kedepan pada saat pasang revolusioner dengan “tugas” yang katanya khusus bagi perjuangan untuk reform, Martinov menyeret Partai mundur dan menguntungkan baik oportunisme “ekonomis” maupun oportunisme liberal.
Seterusnya, sementara dengan malu-malu menyembunyikan perjuangan untuk reform-reform dibelakang tesis yang muluk-muluk tentang “memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri”, Martinov mengajukan, sebagai sesuatu yang khusus, reform-reform ekonomi semata-mata (dan bahkan reform-reform pabrik semata-mata). Mengapa dia berbuat demikian, tak tahulah kami. Barangkali karena keteledoran? Tetapi jika yang dia maksudkan itu bukan hanya reform-reform “pabrik” maka seluruh tesisnya, yang baru saja kami kutip itu, kehilangan arti sama sekali. Barangkali karena dia menganggap bisa dan mungkin bahwa pemerintah memberi “konsesi-konsesi” hanya dibidang ekonomi saja? [*7] Jika demikian, maka ini adalah kekeliruan yang aneh. Konsesi-konsesi juga mungkin dan diberikan dibidang perundang-undangan mengenai pencambukan, surat pas, uang tebusan, sekte-sekte agama, sensor, dan sebaginya dan sebagainya . Konsesi “ekonomi” (atau konsesi palsu) itu bagi pemerintah tentulah yang paling murah dan paling menguntungkan, karena dengan jalan ini pemerintah mengharapkan dapat memperoleh kepercayaan masa buruh. Tetapi justru karena inilah kita kaum sosial demokrat dalam keadaan apapun juga atau bagaimanapun juga mutlak tidak boleh memberi tempat bagi pendapat (atau bagi salah pengertian) bahwa bagi kita reform-reform ekonomi lebih berharga, bahwa kita menganggap reform-reform ekonomi itu sebagai yang teristimewa pentingnya, dan lain-lain. “Tuntutan-tuntutan demikian itu”, kata Martinov mengenai tuntutan-tuntutan kongkrit yang diajukan di atas untuk tindakan legislatif dan administrasi, “ tidak akan merupakan omong kosong belaka karena, dengan menjanjikan hasil-hasil tertentu yang nyata berwujud, tuntuntutan-tuntutan itu bisa disokong aktif oleh massa buruh”….. Kami bukanlah kaum ekonomis, oh bukan! Kami hanya menyembah secara membudak kepada “dapat dirasakannya” hasil-hasil yang konkrit, seperti halnya orang-orang sebangsa Bernstein, Prokopowic, Struwe, R. M. dan tutti quanti! [*8] Kami hanya ingin menjelaskan (bersama-sama dengan Narcissus Tuporilov) bahwa segala yang tidak “menjanjikan hasil-hasil yang nyata berwujud” adalah “omong-kosong” belaka! Kami hanya mencoba menyatakan pendapat seolah-olah massa buruh tak sanggup (dan belum membuktikan kesanggupan mereka, kendatipun ada orang melemparkan filistinismenya sendiri kepada massa buruh) menyokong dengan aktif setiap protes menentang otokrasi, bahkan protes yang sama sekali tidak menjanjikan kepada massa buruh hasil-hasil apa pun yang nyata berwujud!
Ambillah sebagai contoh “tindakan-tindakan” untuk melawan pengangguran dan bahaya kelaparan yang diajukan oleh Martinov sendiri. Selagi Raboceye Dyelo sibuk, ditilik dari apa yang telah dijanjikannya, menyusun dan menggarap program “tuntutan-tuntutan konkrit” (dalam bentuk rancangan undang-undang?) “untuk tindakan-tindakan legislatif dan administrasi” yang “menjanjikan hasil-hasil yang nyata berwujud”, Iskra, yang “selalu menempatkan perevolusioneran dogma lebih tinggi daripada perevolusioneran kehidupan”, mencoba menerangkan hubungan yang tak terpisahkan antara pengangguran dengan seluruh sistem kapitalis; memperingatkan bahwa “bahaya kelaparan sedang mendatang”; menelanjangi “perjuangan” polisi “melawan kaum lapar” dan “peraturan-peraturan hukuman darurat” yang melampaui batas; dan Zarya menerbitkan cetak ulang khusus, dalam bentuk brosur agitasi, sebagian dari “Tinjauan Dalam Negeri” yang mengenai bahaya kelaparan [*9]. Tetapi ya Tuhanku! Alangkah “berat sebelahnya” kaum ortodoks picik yang tak dapat diperbaiki lagi ini, kaum dogmatis yang tuli terhadap panggilan “hidup itu sendiri”. Tidak satupun dari artikel-artikel mereka memuat—ah terlalu!—satu pun, bayangkanlah, sungguh-sungguh satu pun “tuntutan konkrit”, “yang menjanjikan hasil-hasil yang nyata berwujud”! Kaum dogmatis yang malang! Mereka seharusnya dikirim kepada Kricevski dan Martinov untuk diberi pelajaran bahwa taktik adalah proses pertumbuhan, proses dari apa yang tumbuh, dll, dan bahwa perjuangan ekonomi itu sendiri harus diberi watak politik!
“Disamping arti revolusionernya yang langsung, perjuangan ekonomi kaum buruh melawan kaum majikan dan pemerintah” (“perjuangan ekonomi melawan pemerintah”!!) “juga mempunyai arti demikian: ia senantiasa menjadikan kaum buruh sadar bahwa mereka tak mempunyai hak-hak politik” (Martinov, hlm. 44). Kami kutip bagian ini bukan untuk mengulangi keseratus dan keseribu kalinya apa yang sudah disebutkan di atas, melainkan terutama untuk menyatakan terima kasih kepada Martinov atas rumusan baru yang sangat bagus ini: “perjuangan ekonomi kaum buruh melawan kaum majikan dan pemerintah”. Alangkah indahnya! Sungguh suatu bakat yang tak tertirukan, sungguh mahir dalam meniadakan semua perbedaan pendapat yang bersifat sebagian-sebagian dan nuansa perbedaan di antara kaum ekonomis, dalil yang singkat dan jelas ini mengungkapkan seluruh hakekat ekonomisme: dari menyerukan kepada kaum buruh supaya terjun “ke dalam perjuangan politik yang mereka lakukan untuk kepentingan umum, dengan maksud memperbaiki keadaan seluruh kaum buruh" [*10], terus melalui teori tingkat-tingkat dan berakhir dengan resolusi Kongres tentang “yang paling luas dapat digunakan”, dsb. “Perjuangan ekonomi melawan pemerintah” adalah justru politik trade-unionis, yang jauh, jauh sekali dari politik sosial-demokratis.
B. KISAH TENTANG BAGAIMANA MARTINOV MEMPERDALAM PLEKHANOV
"Alangkah banyaknya orang sosial-demokrat sebangsa Lomonosov yang
muncul di kalangan kita di waktu belakangan ini!” ujar seorang kawan
pada suatu hari, dan yang dimaksudkannya ialah kecenderungan yang
mengagumkan dari banyak orang di antara yang condong pada ekonomisme
“dengan akal sendiri” pasti sampai pada kebenaran-kebenaran besar
(misalnya, bahwa perjuangan ekonomi mendorong kaum buruh memikirkan
ketiadaan hak bagi mereka), dan dengan demikian menganggap sepi, dengan
sikap yang sangat menghina dari orang-orang zenial alamiah, segala yang
sudah dihasilkan oleh perkembangan pikiran revolusioner dan
perkembangan gerakan revolusioner yang terdahulu. Martinov-Lomonosov
adalah justru seorang zenial alamiah semacam itu. Lihatlah artikelnya
“Soal-Soal Terdekat” maka orang akan melihat bagaimana Martinov dengan
akal sendiri mendekati apa yang sudah lama
dikatakan oleh Akselrod (yang tentu saja sepatah kata pun tidak
disebut-sebut oleh si Lomonosov kita); bagaimana, misalnya, dia mulai
mengerti bahwa kita tidak dapat menganggap sepi oposisi dari berbagai
lapisan borjuasi (Raboceye Dyelo No.9, hlm. 61, 62, 71; bandingkan ini dengan Jawaban redaksi Raboceye Dyelo
kepada Akselrod,hlm. 22, 23, 24), dll. Tetapi sayang, dia hanya
“mendekati” dan baru “mulai”, tidak lebih dari itu, karena dia
bagaimanapun juga belum begitu mengerti ide-ide Akselrod, sehingga dia
masih bicara tentang “perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan
pemerintah”. Selama tiga tahun (1898-1901) Raboceye Dyelo
telah berusaha keras untuk memahami Akselrod, tetapi—tetapi
bagaimanapun tidak memahaminya! Barangkali hal ini terjadi juga karena
sosial-demokrasi, “seperti umat manusia”, selalu mengajukan untuk
dirinya sendiri hanya tugas-tugas yang dapat dilaksanakan?Tetapi orang-orang sebangsa Lomonosov itu menonjol tidak hanya karena ketidaktahuan mereka mengenai banyak hal (ini baru setengah celaka!), tetapi juga karena ketidaksedaran mereka akan kepicikan pengetahuan mereka. Nah, ini sudah celaka yang sesungguhnya: dan celaka inilah yang mendorong mereka tanpa berpanjang-panjang mulai “memperdalam” Plekhanov.
“Telah banyak waktu berlalu”, cerita Martinov-Lomonosov, “sejak Plekhanov menulis buku ini” (Tugas-Tugas Kaum Sosialis Dalam Perjuangan Melawan Bahaya Kelaparan di Rusia). “Kaum sosial-demokrat yang selama sepuluh tahun memimpin perjuangan ekonomi klas buruh…..belum berhasil memberikan dasar terori yang luas bagi taktik Partai. Soal ini sekarang sudah menjadi matang dan jika kita ingin memberikan dasar teori itu, kita tentu saja harus banyak memperdalam prinsip-prinsip taktik yang pernah dikembangkan oleh Plekhanov…… Definisi kita sekarang tentang perbedaan antara propaganda dengan agitasi harus berbeda dari definisi Plekhanov”. (Martinov baru saja mengutip kata-kata Plekhanov: “Seorang propagandis mengemukakan banyak ide kepada satu atau beberapa orang; seorang agitator hanya mengemukakan satu atau beberapa ide, tetapi dia mengemukakannya kepada sejumlah besar orang”). “Dengan propaganda kita artikan penjelasan secara revolusioner tentang seluruh sistem sekarang atau manifestasi-manifestasinya sebagian-sebagian, tak peduli apakah ia dilakukan dalam bentuk yang dapat dipahami oleh orang-seorang atau oleh massa luas. Dengan agitasi, dalam arti kata setepatnya” (sic!), “kita artikan menyerukan kepada massa supaya melakukan aksi-aksi konkrit tertentu, memudahkan campur-tangan revolusioner secara langsung dari proletariat dalam kehidupan sosial”.
Kita ucapkan selamat kepada sosial-demokrasi Rusia—dan internasional—atas terminologi Martinov yang baru ini yang lebih tepat dan lebih mendalam. Selama ini kami berpendapat (bersama-sama dengan Plekhanov dan dengan semua pemimpin gerakan buruh internasional) bahwa seorang propagandis jika dia membahas misalnya, soal penganggurang itu juga harus menerangkan sifat kapitalis dari krisis, menunjukkan sebab-sebab mengapa krisis-krisis itu tak terhindarkan dalam msyarakat dewasa ini, melukiskan perlunya mengubah masyarakat ini menjadi masyarakat sosialis, dsbnya. Pendek kata, dia harus mengemukakan “banyak ide”, begitu banyak sehingga semua ide itu secara keseluruhan sekaligus akan dimengerti hanya oleh (relatif) beberapa orang saja. Akan tetapi seorang agitator yang berbicara tentang soal itu juga, akan mengambil sebagai contoh yang paling menyolok dan paling luas diketahui oleh para pendengarnya, misalnya, kematian karena kelaparan keluarga seorang penganggur, semakin meningkatnya kemelaratan, dsb, dan dengan menggunakan kematian ini, yang diketahui oleh semua orang tak ada kecualinya, akanmengarahkan segenap usahanya pada pengemukaan satu ide kepada “massa”, yaitu ide tentang kegilaan kontradiksi antara meningkatnya kekayaan dan meningkatnya kemiskinan; dia akan berusaha keras untuk membangkitkan ketidakpuasan dan kemarahan di kalangan massa terhadap ketidakadilan yang menyolok mata itu, dan menyerahkan penjelasan yang lebih lengkap tentang kontradiksi itu kepada propagandis. Karena itu, propagandis terutama bekerja dengan kata tercetak; agitator dengan kata hidup. Dari propagandis dituntut sifat-sifat yang berbeda dengan yang dituntut dari agitator. Kautsky dan Lafargue, misalnya, kita namakan propagandis; Bebel dan Guesde kita namakan agitator. Mengkhususkan bidang ketiga atau fungsi ketiga aktivitas praktis, dan memasukkan ke dalam fungsi ini “seruan kepada massa supaya melakukan aksi-aksi konkrit tertentu”, adalah omong-kosong besar, karena “seruan”, sebagai satu tindakan, atau sudah sewajarnya dan tak terelakkan melengkapi karya teori, brosur propaganda dan pidato agitasi, atau merupakan fungsi pelaksana semata-mata. Ambillah, misalnya, perjuangan yang sekarang sedang dilakukan oleh kaum sosial-demokrat Jerman menentang pajak padi-padian. Para ahli teori menulis karya-karya rise tentang politik cukai dan “menyerukan”, misalnya, supaya orang berjuang untuk perjanjian-perjanjian dagang dan untuk kebebasan berdagang. Propagandis melakukan hal itu juga dalam majalah, dan agitator dalam pidato-pidato di muka umum. Pada saat sekarang, “aksi-aksi konkrit” massa mengambil bentuk penandatanganan petisi-petisi kepada Reichstag menentang penaikan pajak padi-padian. Seruan untuk aksi ini secara tak langsung berasal dari para ahli teori, propagandis dan agitator, dan secara langsung berasal dari kaum buruh yang mengedarkan surat-surat petisi itu ke pabrik-pabrik dan rumah-rumah perseorangan mengumpulkan tanda-tangan. Menurut “terminologi Martinov”, kautsky dan Bebel kedua-duanya adalah propagandis, sedang mereka yang mengumpulkan tanda-tangan adalah agitaor; tidakkah demikian?
Contoh Jerman itu mengingatkan saya pada kata Jerman “Verballhornung” yang kalau diterjemahkan secara hurufiah berarti “pem-Ballhorn-an”. Johann Ballhorn, seorang penerbit di Leipzig pada abad ke 16, menerbitkan buku bacaan anak-anak dimana, sebagaimana kebiasaannya, dimuat lukisan ayam jantan; tetapi gambar ini bukannya melukiskan seekor ayam jantan biasa yang berjalu, melainkan melukiskannya tanpa jalu tetapi dengan dua butir telur terletak di dekatnya. Pada sampul buku ini dicetaknya tulisan tambahan “Cetakan yang telah diperbaiki oleh Johann Ballhorn”. Sejak waktu itu orang-orang Jerman menamakan setiap “perbaikan” yang sesungguhnya memperburuk, sebagai “pem-Ballhorn-an”. Dan orang mau tak mau mesti teringat pada Ballhorn apabila orang melihat bagaimana orang-orang sebangsa Martinov itu mencoba “memperdalam” Plekhanov.
Mengapa Lomonosov kita itu “menciptakan” kekusutan ini? Untuk menggambarkan bagaimana Iskra “mencurahkan perhatian hanya pada satu segi dari persoalan, seperti yang telah dilakukan oleh Plekhanov lima belas tahun yang lalu” (hlm. 39). “Menurut Iskra, tugas-tugas propaganda mendesak ke latar belakang tugas-tugas agitasi, sekurang-kurangnya untuk waktu sekarang” (hlm. 52). Jika dalil yang terakhir ini kita terjemahkan dari bahasa Martinov ke dalam bahasa manusia biasa (karena manusia belum berhasil memahami terminologi yang baru diciptakan itu), maka akan kita peroleh yang berikut: Menurut Iskra, tugas-tugas propaganda politik politik dan agitasi politik mendesak ke latar belakang tugas “mengajukan tuntutan-tuntutan konkrit kepada pemerintah untuk tindakan-tindakan legislatif dan administrasi” yang “menjanjikan hasil-hasil tertentu yang nyata berwujud” (atau tuntutan-tuntutan untuk refrom-reform sosial, yaitu jika kita sekali lagi saja diperkenankan menggunakan terminologi lama dri manusia lama yang belum mencapai tingkat Martinov). Kami sarankan supaya pembaca membandingkan tesis ini dengan tirade (semburan kata-kata—Red. IP) berikut ini:
“Yang juga mengherankan kita dalam program-program ini” (program-program kaum sosial-demokrat revolusioner) “ialah senantiasa ditonjolkannya keunggulan-keunggulan aktivitas kaum buruh dalam parlemen (yang tidak ada di Rusia), meskipun kaum sosial-demokrat itu tidak mau tahu sama-sekali (berkat nihilisme revolusioner mereka) akan arti penting kaum buruh ikut serta dalam sidang-sidang legislatif tuan pabrik mengenai urusan-urusan pabrik (yang ada di Rusia)……atau sekurang-kurangnya arti penting kaum buruh ikut serta dalam badan-badan kota-praja”……..
Penulis tirade ini menyatakan dengan sedikit lebih berterus-terang, jelas dan blak-blakan ide itu juga yang telah di dapat oleh Martinov-Lomonosov dengan akal sendiri. Penulis ini ialah R. M. dalam lampiran Khusus Rabacaya Misl (hlm. 15).
C. PEMBLEJETAN-PEMBLEJETAN POLITIK DAN "PENDIDIKAN KEAKTIFAN REVOLUSIONER"
Dengan mengajukan "teori"nya tentang "peningkatan keaktifan massa buruh" untuk menentang Iskra, sebetulnya Martinov memperlihatkan usaha untuk meremehkan keaktifan
ini, karena dia menyatakan perjuangan ekonomi itu sendiri, yang
disembah-sembah oleh semua ekonomis, sebagai cara yang lebih baik,
teristimewa penting dan "paling luas dapat digunakan" untuk
membangkitkan keaktifan ini, dan sebagai lapangan untuknya. Kesalahan
ini bersifat khas, justru karena ia sekali-kali bukanlah kesalahan
khusus Martinov saja. Sebenarnya, "peningkatan keaktifan massa buruh"
dapat dicapai hanya dengan syarat jika kita tidak membatasi diri
pada "agitasi politik atas dasar ekonomi". Dan salah satu syarat pokok
untuk perluasan agitasi politik yang diperlukan ialah pengorganisasian
pemblejetan poolitik secara menyeluruh. Pendidikan kesadaran politik dan keaktifan revolusioner kepada massa tidak dapat
dilakukan dengan cara lain kecuali melalui pemblejetan-pemblejetan
itu. Karena itulah aktivitas semacam ini merupakan salah satu fungsi
yang paling penting dari seluruh sosial-demokrasi internasional, karena
adanya kemerdekaan politik pun sekali-kali tidak meniadakan perlunya
pemblejetan-pemblejetan itu, tetapi hanya sedikit mengalihkan lapangan
yang menjadi sasaran pemblejetan-pemblejetan itu. Misalnya, Partai
Jerman terutama memperkuat kedudukannya dan memperluas pengaruhnya
justru berkat enerji yang tak kendor-kendornya dalam melakukan kampanye
pemblejetan politik. Kesadaran klas buruh tidak dapat menjadi
kesadaran politik yang sejati jika kaum buruh tidak dididik memberi
reaksi terhadap segala peristiwa, tanpa kecuali, tirani dan penindasan, kekerasan dan aniaya, tak peduli klas mana
yang terkena. Lagipula memberi reaksi justru dari sudut pandangan
sosial-demokratis dan bukan dari sembarang sudut pandangan lain.
Kesadaran massa buruh tak dapat menjadi kesadaran klas yang sejati,
jika kaum buruh tidak belajar mengamati dari sudut fakta-fakta dan
kejadian-kejadian politik konkrit dan lagi benar-benar hangat (aktual)
setiap klas sosial lainnya dan segala manifestasi kehidupan
intelektual, etika dan politik klas-klas ini; jika kaum buruh tidak
belajar menerapkan dalam praktek analisa materialis dan penilaian
materialis mengenai segala segi aktivitas dan kehidupan semua
klas, lapisan dan golongan penduduk. Orang yang memusatkan perhatian,
pengamatan dan kesedaran klas buruh semata-mata, ataupun terutama, pada
diri klas buruh saja maka ia bukanlah seorang sosial-demokrat; karena
kesadaran diri klas buruh bertalian secara tak terpisahkan tidak hanya
dengan pengertian teori yang sepenuhnya jelas-- bahkan lebih tepat
mengatakan lebih banyak bertalian dengan pengertian teori daripada
dengan pengertian yang diperoleh melalui pengalaman kehidupan politik
mengenai hubungan-hubungan di antara semua klas dari masyarakat
modern. Itulah sebabnya maka khotbah kaum ekonomis kita, bahwa
perjuangan ekonomi merupakan cara yang paling luas dapat digunakan
untuk menarik massa ke dalam gerakan politik, sangat merugikan dan amat
sangat reaksioner menurut arti paraktisnya. Untuk menjadi seorang
sosial-demokrat, seorang buruh harus mempunyai gambaran yang jelas
mengenai watak ekonomi dan aspek-aspek sosial serta politik tuan tanah
dan pendeta, pejabat tinggi negara dan petani, mahasiswa dan orang
gelandangan; dia harus tahu segi lemah dan segi kuat mereka; dia harus
bisa memahami ungkapan-ungkapan yang sangat laku dan macam-macam
sofisme yang digunakan oleh masing-masing klas dan masing-masoing
lapisan untuk mengkamuflase maksud-maksudnya yang egoistis dan
"isi hatinya" yang sesungguhnya; dia harus mengerti
kepentingan-kepentingan apa yang dicerminkan oleh lembaga-lembaga dan
hukum-hukum tertentu dan bagaimana lembaga-lembaga dan hukum-hukum
tertentu itu mencerminkannya. Tetapi "gambaran yang jelas" ini tidak
dapat diperoleh dari buku. Ia dapat diperoleh hanyalah dari situasi
hidup dan dari pemblejetan-pemblejetan yang cepat-cepat mengikuti apa
yang sedang berlaku di sekitar kita pada saat tertentu, apa yang
sedang diperbincangkan, dalam bisik-bisik mungkin, oleh setiap orang
menurut caranya sendiri, mengenai arti kejadian anu, statistik anu,
keputusan pengadilan anu, dst, dst. Pemblejetan-pemblejetan politik
secara menyeluruh ini merupakan syarat yang perlu dan pokok untuk memberikan pendidikan keatifan revolusioner kepada massa. Mengapa kaum buruh Rusia masih memperlihatkan sedikit keatifan revolusioner dalam hubungan dengan perlakuan sangat kejam polisi terhadap rakyat, dalam hubungan dengan penguberan terhadap pengikut-pemgikut sekte-sekte agama, dengan pemecutan kaum tani, dalam hubungan dengan sensor yang melampaui batas, dengan penyiksaan serdadu-serdadu, penguberan terhadap usaha-usaha kebudayaan yang paling tak berdosa, dll? Apakah bukan karena "perjuangan ekonomi" tidak "mendorong" mereka untuk ini, karena aktivitas demikian itu sedikit "menjanjikan hasil-hasil yang nyata yang berwujud", karena menghasilkan sedikit yang "positif"? Tidak. Pendapat-pendapat yang demikian itu, kita ulangi, tidak lain hanyalah usaha melemparkan kesalahan kepada orang lain, menyalahkan massa buruh karena filistinismenya (yang juga merupakan Bernsteinisme) sendiri. Kita harus menyalahkan diri kita sendiri, ketinggalan kita dari gerakan massa karena kita masih belum sanggup mengorganisasi pemblejetan-pemblejetan yang cukup luas, menyolok dan cepat mengenai semua kekejian ini. Apabila kita melakukan itu (dan kita harus dan dapa melakukannya), buruh yang paling terbelakang pun akan mengerti , atau akan merasa bahwa para mahasiswa dan pengikut sekte agama, para muzyik (petani--Red. IP) dan para penulis dicaci-maki dan dihina oleh kekuatan gelap itu juga yang menindas dan menggencet dia pada setiap langkah hidupnya, dan, dengan merasakan itu, dia sendiri akan penuh keinginan yang tak tertahankan untuk memberi reaksi terhadap hal-hal ini, maka hari ini dia akan meneriakkan ejekan-ejekan terhadap sensor, besok dia akan berdemonstrasi di muka rumah gubernur yang telah menindas pemberontakan petanid dengan kejam, lusa dia kan menghajar gendarme yang mengenakan baju jubah padri yang melakukan Pengadilan Suci, dsb. Kita masih sedikit sekali berbuat, hampir tidak berbuat apa-apa, untuk menyebarkan pemblejetan-pemblejetan yang menyeluruh dan baru di kalangan massa buruh. Banyak di antara kita bahkan masih belum menyadari kewajiban kita ini, tetapi secara spontan mengekor di belakang "perjuangan sehari-hari yang boyak", dalam bingkai sempit kehidupan pabrik. Di bawah keadaan demikian jika mengatakan bahwa "Iskra berkecenderungan memperkecil arti proses maju perjuangan sehari-hari yang boyak dibanding dengan propaganda ide-ide yang cemerlang dan lengkap-sempurna" (Martinov, hlm. 61)--berarti menyeret mundur Partai, berarti membela dan mengagung-agungkan ketidaksiapan dan keterbelakangan kita.
Tentang menyerukan kepada massa supaya beraksi, ini akan datang dengan sendirinya segera sesdudah dilakukannya agitasi politik yang giat, pemblejetan-pemblejetan yang hidup dan menyolok. Menangkap basah seorang penjahat dan terus mencap dia di muka umum dan dimana-mana dengan sendirinya jauh lebih efektif daripada "seruan"; ini sering kali sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan orang menetapkan siapa sebenarnya yang "menyerukan" kepada orang banyak dan siapa sebenarnya yang mengajukan rencana demonstrasi ini atau itu, dll. Seruan-seruan untuk beraksi, bukan dalam arti kata yang umum, melainkan dalam arti kata yang konkrit, dapat dikeluarkan hanya di tempat aksi itu; hanya mereka yang melakukan aksi itu sendiri, dan melakukannya itu segera, yang dapat mengeluarkanseruan-seruan itu. Dan urusan kita sebagai publisis-publisis sosial-demokrat ialah memperdalam, memperluas dan memperhebat pemblejetan-pemblejetan politik dan agitasi politik.
Sambil lalu sepatah kata mengenai "seruan untuk beraksi". Satu-satunya surat kabar yang sebelum kejadian-kejadian pada musim semi menyerukan kepada kaum buruh supaya aktif campur tangan dalam soal yang pasti tidak menjanjikan hasil apa pun yang nyata berwujud bagi kaum buruh, yaitu mewajibkan militer mahasiswa, ialah Iskra. Segera sesudah pengumuman perintah 11 Januari tentang "pewajiban militer 183 mahasiswa", Iskra memuat artikel tentang hal itu (dalam Nomor 2, Februari) [64] dan sebelum demonstrasi apa pun dimulai secara terbuka menyerukan kepada "kaum buruh supaya membantu mahasiswa", menyerukan kepada "rakyat" supaya secara terbukan tantangan sombong pemerintah itu. Kami bertanya kepada semua tanpa kecuali: bagaimana menerangkan kenyataan yang istimewa itu bahwa walaupun Martinov berbicara begitu banyak tentang "seruan untuk beraksi" dan bahkan menonjolkan "seruan-seruan untuk beraksi" sebagai suatu bentuk aktivitas khusus, dia sepatah kata pun tidak menyebut-nyebut seruan ini? Sesudah ini, bukankah pernyataan Martinov bahwa Iskra berat sebelah karena ia tidak cukup "menyerukan" perjuangan untuk tuntutan-tuntutan yang "menjanjikan hasil-hasil yang nyata berwujud" itu filistinisme?
Kaum ekonomis kita, termasuk Raboceye Dyelo, mendapat sukses besar karena mereka menjilat kepada kaum buruh yang terbelakang. Tetapi buruh sosial-demokrat, buruh revolusioner (dan jumlah buruh demikian itu terus meningkat) dengan marah akan menolak segala omongan tentang perjuangan untuk tuntutan-tuntutan "yang menjanjikan hasil-hasil yang nyata berwujud" ini, dll, karena dia akan mengerti bahwa ini hanyalah suatu variasi dari lagu lama tentang tambahan satu kopek per rubel. Buruh demikian itu akan mengatakan kepada penasehat-penasehatnya dari Rabocaya Misl dan Raboceye Dyelo: kalian membuang-buang waktu saja, tuan-tuan, dan menyingkiri kewajiban-kewajiban tuan sendiri dengan terlalu getol turut campur dalam pekerjaan yang dapat kami tanggulangi sendiri. Kan sama sekali bukan sesuatu yang pintar ketika tuan mengatakan bahwa tugas kaum sosial-demokrat ialah memberikan watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri; ini hanyalah permulaan, tetapi bukan tugas pokok kaum sosial-demokrat. Karena di seluruh dunia, termasuk Rusia, polisi itu sendiri sering mulai memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi, dan kaum buruh sendiri belajar mengerti siapa yang didukung oleh pemerintah [*11]. "Perjuangan ekonomi kaum buruh menentang kaum majikan dan pemerintah", yang begitu banyak kalian ributkan seakan-akan kalian telah menemukan Amerika baru, sedang dilakukan di banyak tempat jauh terpencil di Rusia oleh kaum buruh sendiri yang sudah mendengar pemogokan-pemogokan, tetapi yang hampir belum mendengar apa-apa tentang sosialisme. "Keaktifan" yang hendak kalian dorong di kalngan kami kaum buruh dengan mengajukan tuntutan-tuntutan konkrit yang menjanjikan hasil yang nyata berwujud, sudah ada pada kami dan dalam pekerjaan kecil-kecilan keserikatburuhan sehari-hari kami, kami sendiri mengajukan tuntutan-tuntutan konkrit ini, sering sekali tanpa bantuan apa pun dari kaum intelektual. Tetapi keaktifan demikian itu tidak cukup bagi kami; kami bukanlah anak-anak yang harus disuapi bubur encer politik "ekonomi" saja; kami ingin tahu segala sesuatu yang diketahui oleh orang lain; kami ingin mengetahui seluk-beluk dari segala segi kehidupan politik dan ambil bagian dengan aktif dalam setiap kejadian politik. Agar kami dapat melakukan ini, kaum intelektual harus mengurangi bicara kepada kami tentang apa yang sudah kami ketahui [*12], dan lebih banyak menceritakan kepada kami tentang apa yang belum kami ketahui dan apa yang tak pernah dapat kami ketahui dari pengalaman pabrik dan pengalaman "ekonomi" kami, yaitu: pengetahuan politik. Kalian kaum intelektual dapat memperoleh pengetahuan ini, dan kewajiban kalianlah untuk membawanya kepada kami seratus dan seribu kali lebih banyak daripada yang telah kalian lakukan hingga sekarang; dan lagi kalian harus membawanya kepada kami, tidak hanya dalam bentuk argumen-argumen, brosur-brosur dan artikel-artikel (yang terkadang--maafkan keterusterangan kami---agak boyak), tetapi justru dalam bentuk pemblejetan-pemblejetan yang hidup tentang apa yang sedang dilakukan oleh pemerintah kita dan klas-klas berkuasa kita pada saat ini juga di segala bidang kehidupan. Cobalah curahkan semangat lebih besar lagi pada pelaksanaan kewajiban ini, dan kurangilah bicara tentang "meningkatkan keaktifan massa buruh"! keaktifan kami jauh lebih besar daripada yang kalian kira dan kami sanggup mendukung dengan perjuangan terbuka di jalan-jalan tuntutan-tuntutan yang tidak menjanjikan "hasil" apa pun "yang nyata berwujud"! Dan bukanlah kalian yang harus "meningkatkan" keaktifan kami, karena justru keaktifan itu yang tidak cukup pada kalian sendiri. Kurangilah pemujaan kepada spontanitas, dan pikirkanlah lebih banyak tentang peningkatan keaktifan kalian sendiri, tuan-tuan!
D. APA PERSAMAAN ANTARA EKONOMISME DAN TERORISME?
Di atas, dalam catatan bawah halaman, kami mengutip pendapat
seorang ekonomis dan seorang teroris bukan sosial-demokrat yang
kebetulan sependapat. Akan tetapi, berbicara secara umum, diantara
keduanya tidak ada hubungan yang kebetulan, melainkan hubungan intern
yang bersifat keharusan, hal yang mana harus kami bicarakan lebih
lanjut, tetapi yang harus disinggung di sini ialah soal pendidikan
keaktifan revolusioner. Kaum ekonomis dan kaum teroris masa kini
mempunyai satu akar yang sama, yaitu pemujaan kepada spontanitas,
yang telah kami bicarakan dalam bab di muka sebagai suatu gejala umum,
dan yang sekarang akan kami tinjau dalam hubungan dengan pengaruhnya
atas aktivitas politik dan perjuangan politik. Sepintas kilas,
pernyataan kami mungkin tampaknya seperti paradoks: begitu besar
perbedaan antara orang-orang yang menitikberatkan "perjuangan
sehari-hari yang boyak" dengan orang -orang yang menuntut perjuangan
yang paling menuntut pengorbanan diri dari perseorangan. Tetapi ini
bukanlah paradoks. Kaum ekonomis dan kaum teroris memuja kutub aliran
spontan yang berbeda-beda: kaum ekonomis memuja spontanitas "gerakan
buruh semata-mata", sedang kaum teroris memuja spontanitas amarah yang
meradang dari kaum intelektual yang tidak mampu atau tidak mempunyai
kesempatan untuk menyatukan pekerjaan revolusioner dengan gerakan buruh
menjadi satu kesatuan yang utuh. Memang sulit bagi orang-orang yang
telah kehilangan kepercayaannya, atau yang belum pernah percaya bahwa
hal ini mungkin, untuk menemukan suatu jalan keluar lain bagi rasa
amarah dan enerji revolusionernya kecuali teror. Jadi, pemujaan kepada
spontanitas dari kedua aliran yang telah kami sebut di atas tak lain
hanyalah permulaan pelaksanaan program Credo yang terkenal
busuk itu: Biarkan kaum buruh melakukan "perjuangan ekonomi" mereka
"menentang kaum majikan dan pemerintah" (kami minta maaf kepada penulis Credo karena menyatakan ide-idenya dengan kata-kata Martinov! Kami berpendapat, kami berhak berbuat demikian karena Credo
juga mengatakan bahwa dalam perjuangan ekonomi kaum buruh "berhadapan
dengan rezim politik"), dan biarkan kaum intelektual melakukan
perjuangan politik dengan usaha-usaha mereka sendiri-- dengan bantuan
teror, tentu saja! Ini adalah kesimpulan yang sepenuhnya logis dan tak terelakkan, yang harus dipegang teguh--meskipun orang-orang yang mulai melaksanakan program ini tidak menyadari sendiri
bahwa kesimpulan ini tak dapat dielakkan. Aktivitas politik mempunyai
logikanya sendiri yang tidak bergantung pada kesadaran orang-orang
yang, dengan maksud-maksud terbaik, menyerukan tindakan teror atau
pemberian watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri. Jalan ke
neraka bertabur dengan maksud-maksud baik, dan, dalam hal ini,
maksud-maksud baik tidak menyelamatkan orang dari terseret secara
spontan "sepanjang garis program Credo yang semata-mata borjuis.
Bukanlah kebetulan pula bahwa banyak orang liberal Rusia-- orang-orang
liberal yang terang-terangan dan orang-orang liberal yang berkedok
Marxisme-- dengan sepenuh hati bersimpati pada teror dan sedang mencoba
terus menghidupkan gelombang sentimen-sentimen teroris dewasa ini.Dan pembentukan Grup Swoboda Sosialis-Revolusioner--yang menetapkan untuk dirinya sendiri tugas membantu gerakan buruh secara menyeluruh, tetapi yang memasukkan teror dalam programnya, dan pembebasan, boleh dikatakan, dari sosial-demokrasi--kenyataan ini sekali lagi membenarkan ketajaman pandangan yang istimewa dari P. B. Akselrod yang secara hurufiah meramalkan akibat-akibat kebimbangan sosial-demokrat ini sudah pada akhir tahun 1897 (Tugas-Tugas Dan Taktik Dewasa Ini), ketika dia menguraikan secara garis besar "dua perspektif"nya yang istimewa itu. Semua perdebatan dan perbedaan pendapat selanjutnya di kalangan kaum sosial-demokrat Rusia sudah terkandung, bagaikan tetumbuhan dalam benih, dalam dua perspektif [*13] ini.
Dilihat dari sudut ini menjadi jelas pula mengapa Raboceye Dyelo, karena tak dapat melawan spontanitas ekonomisme, telah tak dapat pula melawan spontanitas terorisme. Sangatlah menarik untuk menyebutkan di sini argumen-argumen spesifik yang dikemukakan oleh Swoboda dalam membela terorisme. Ia "mengingkari sama sekali" peranan intimidasi dari terorisme (Kelahiran Kembali Revolusionisme, hlm.64), tetapi malahan menekankan "arti merangsang"nya. Ini adalah khas, pertama, sebagai hal yang menggambarkan salah satu tingkat kebobrokan dan kemerosotan lingkaran ide-ide tradisional (pra sosial-demokratis) yang tetap mempertahankan terorisme. Mengakui bahwa pemerintah sekarang tak dapat "ditakut-takuti"---dan oleh karenanya tidak dapat dikacaukan-- dengan teror, berarti, bahwa pada hakekatnya, menghukum teror sepenuhnya sebagai suatu sistem perjuangan, sebagai suatu bidang aktivitas yang dikukuhkan oleh program. Kedua, ini lebih-lebih lagi khas sebagai suatu contoh ketidakmengertian mengenai tugas kita yang terdekat dalam usaha "memberikan pendidikan keaktifan revolusioner kepada massa". Swoboda mempropagandakan teror sebagai suatu cara guna "merangsang" gerakan buruh, dan guna memberikan padanya suatu "dorongan keras". Suakrlah membayangkan suatu argumen yang lebih membantah diri sendiri daripada argumen ini. Tidakkah cukup banyak perbuatan jahat yang dilakukan dalam kehidupan Rusia sehingga harus dikarang-karang "perangsang-perangsang" khusus? Dan di pihak lain, tidakkah jelas bahwa orang yang tidak terangsang dan tidak dapat dirangsang bahkan oleh kesewenang-wenangan Rusia akan menonton sambil "mengorek-ngorek hidung" beberapa gelintir teroris melakukan perkelahian seorang lawan seorang dengan pemerintah? Justru soalnya ialah bahwa massa buruh sangat terangsang oleh kekejian-kekejian dalam kehidupan Rusia, tetapi kita tak mampu mengumpulkan, kalau orang boleh mengatakan demikian, dan memusatkan semua tetes dan cucuran dari keterangsangan rakyat yang ditimbulkan oleh keadaan kehidupan Rusia dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripoada yang kita bayangkan dan kira-kira, tetapi justru yang perlu dipadukan menjadi satu arus raksasa. Bahwa tugas ini dapat dilaksanakan dibuktikan dengan tak dapat dibantah oleh perkembangan maha besar gerakan buruh dan kedambaan kaum buruh akan literatur politik, yang sudah kami sebutkan di atas. Di pihak lain, seruan-seruan supaya melakukan teror dan seruan-seruan supaya memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri hanyalah dua bentuk yang berbeda untuk menjauhi kewajiban yang paling mendesak dari kaum revolusioner Rusia, yaitu mengorganisasi agitasi politik yang meliputi banyak segi. Swoboda ingin mengganti agitasi dengan teror, dengan terang-terangan mengakui bahwa "segera sesudah agitasi yang ditingkatkan dan giat dimulai di kalangan massa maka akan selesailah peranan merangsang dari teror". (Kelahiran Kembali Revolusionisme, hlm. 68). Inilah justru yang menunjukkan bahwa baik kaum teroris maupun kaum ekonomis meremehkan keaktifan revolusioner massa, kendatipun ada bukti yang menyolok dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada musim semi [*14],dan kalau kaum teroris pergi mencari "perangsang-perangsang" buatan, kaum ekonomis berbicara tentang "tuntutan-tuntutan konkrit". Tetapi kedua-duanya tidak mencurahkan cukup perhatian pada pengembangan keaktifan mereka sendiri dalam agitasi politik dan dalam mengorganisasi pemblejetan-pemblejetan politik. Dan tak ada pekerjaan lain yang dapat menjadi pengganti untuk pekerjaan ini baik di waktu sekarang maupun di waktu lain mana pun juga.
E. KLAS BURUH SEBAGAI PEJUANG PELOPOR UNTUK DEMOKRASI
Telah kita lihat bahwa penyelenggaraan agitasi politik yang
seluas-luasnya, dan oleh karenanya pengorganisasian
pemblejetan-pemblejetan politik yang meliputi banyak hal, merupakan
tugas aktivitas yang mutlak perlu dan paling mendesak, yaitu jika aktivitas itu harus betul-betul sosial-demokratis. Akam tetapi kita sampai pada kesimpulan ini semata-mata
berdasarkan kebutuhan-kebutuhan mendesak klas buruh akan pengetahuan
politik dan pendidikan politik. Tetapi sebenarnya mengemukakan soal
demikian saja terlalu sempit, karena ia mengabaikan tugas-tugas
demokratis umum sosial-demokrasi pada umumnya dan tugas-tugas
sosial-demokrasi Rusia masa kini pada khususnya. Untuk menerangkan hal
itu secara lebih kongkrit kita kan mencoba mendekati masalahnya dari
segi yang "paling dekat" dengan ekonomis, yaitu dari segi praktis.
"Semua orang sependapat" bahwa perlu mengambangkan kesadaran politik
klas buruh. Soalnya ialah, bagaimana mengerjakannya, apa yang
dibutuhkan untuk mengerjakan ini? Perjuangan ekonomi hanyalah
"menyadarkan" kaum buruh akan soal-soal mengenai sikap pemerintah
terhadap klas buruh. Karena itu, bagaimanapun juga usaha kita untuk "memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri" kita tak akan dapat
mengembangkan kesadaran politik kaum buruh (sampai pada tingkat
kesadaran politik sosial-demokratis) di dalam rangka perjuangan
ekonomi, karena rangka itu terlalu sempit. Rumus Martinov
berharga bagi kita, bukan karena rumus itu mengggambarkan kemampuan
Martinov mengacaukan sesuatu, melainkan karena ia secara menonjol
mengungkapkan kesalahan fundamental yang dilakukan oleh semua orang
ekonomis, yaitu keyakinan mereka bahwa orang mungkin mengembangkan
kesadaran politik klas kaum buruh, boleh dikatakan, dari dalam perjuangan
ekonomi mereka, yaitu bertolak semata-mata (atau setidak-tidaknya pada
pokoknya) dari perjuangan ini, berdasarkan semata-mata (atau
setidak-tidaknya pada pokoknya) perjuangan ini. Pandangan demikian itu
salah secara fundamental. Justru karena kaum ekonomis jengkel karena
polemik-polemik kita dengan mereka, maka mereka tidak mau merenungkan
dalam asal-usul perbedan-perbedaan pendapat ini, sehingga akibatnya
kita sama-sekali tidak saling mengerti, berbicara dalam bahasa yang
berlainan.Kesadaran politik klas dapat ditanamkan pada kaum buruh hanya dari luar, yaitu dari luar perjuangan ekonomi, dari luar lingkungan hubungan-hubungan antara kaum buruh dngan kaum majikan. Lingkungan satu-satunya darimana pengetahuan ini mungkin ditimba ialah lingkungan hubungan-hubungan antara semua klas dan lapisan dengan negara dan pemerintah, lingkungan saling hubungan di antara semua klas. Karena itu, atas pertanyaan: apa yang harus dikerjakan untuk memberi pengetahuan politik kepada kaum buruh? Kita tidak bisa memberi satu-satunya jawaban yang dalam kebanyakan hal sudah memuaskan pekerja-pekerja praktis, terutama pekerja-pekerja praktis yang condong kepada ekonomisme, yaitu "pergi ke kalangan kaum buruh". Untuk memberikan pengetahuan politik kepada kaum buruh, kaum sosial-demokrasi harus pergi ke kalangan semua klas penduduk, harus mengirim satuan-satuan tentaranya ke segala jurusan.
Kita sengaja memilih rumus yang kaku ini, kita sengaja menyatakan pendirian kita secara sederhana dan blak-blakan --bukan karena kita ingin memperturutkann hati untuk berbicara dalam paradoks-paradoks, melainkan untuk secara baik-baik "menyadarkan" kaum ekonomis akan tugas-tugas yang mereka abaikan dengan tak termaafkan, untuk membuat mereka mengerti akan perbedaan antara politik trade-unionis dengan politik sosial-demokratis yang mereka tak mau memahaminya. Dan karena itu kami minta kepada pembaca supaya jangan naik darah, tetapi dengarkanlah dengan cermat sampai habis.
Ambillah tipe lingkaran orang-orang sosial-demokrat yang telah sangat meluas dalam beberapa tahun yang lalu dan telitilah pekerjaannya. Ia mempunyai "hubungan-hubungan dengan kaum buruh", dan merasa puas dengan ini, mengeluarkan surat-surat sebaran dimana penyalahgunaan di pabrik-pabrik, keberatsebelahan pemerintah ke pihak kaum kapitalis dan tindakan kekerasan polisi dilabrak. Dalam rapat-rapat kaum buruh pembicaraan-pembicaraan biasanya tidak atau jarang keluar dari batas-batas tema ini. Laporan-laporan dan pembicaraan-pembicaraan mengenai sejarah gerakan revolusioner, mengenai soal-soal politik dalam dan luar negeri pemerintah kita, mengenai soal-soal evolusi ekonomi Rusia dan Eropa, dan kedudukan berbagai klas dalam masyarakat modern, dsb, sangat jarang. Mengenai penyelenggaraan dan perluasan hubungan secara sistematis dengan klas-klas lain dalam masyarakat, tak seorang pun yang memikirkannya. Sebetulnya aktivis yang ideal, sebagaimana kebanyakan anggota lingkaran-lingkaran demikian itu menggambarkannya, adalah sesuatu yang lebih mirip seorang sekretaris serikat buruh daripada mirip seorang sosialis--pemimpin politik. Karena sekretaris serikat buruh mana saja, misalnya, serikat buruh Inggris, selalu membantu kaum buruh melakukan perjuangan ekonomi, membantu mengorganisasi pemblejetan di pabrik, menjelaskan ketidakadilan undang-undang dan tindakan-tindakan yang merintangi kebebasan mogok dan kebebasan berpiket (yaitu, untuk memperingatkan semua orang bahwa di suatu pabrik tertentu pemogokan sedang berlangsung), menjelaskan tentang keberatsebelahan hakim-hakim pengadilan arbitrasi yang termasuk klas-klas borjuis, dsb,dsb. Pendek kata, setiap sekretaris buruh melakukan dan membantu melakukan "perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan pemerintah". Dan tidak cukup hanya menenkankan bahwa ini belum sosial-demokratisme. Cita-cita seorang sosial-demokrat seharusnya bukan menjadi seorang sekretaris serikat buruh, melainkan menjadi mimbar rakyat, yang pandai memberi reaksi terhadap segala manifestasi keseweng-wenangan dan penindasan, tak peduli dimana terjadinya, tak peduli lapisan atau klas mana yang terkena; dia harus pandai menggeneralisasi semua manifestasi ini menjadi satu gambaran tentang tindakan kekerasan polisi dan penghisapan kapitalis; dia harus pandai mengggunakan setiap peristiwa, betapapun juga kecilnya, untuk menjelaskan keyakinan-keyakinan sosialisnya dan tuntutan-tuntutan demokratisnya kepada semua orang, untuk menjelaskan kepada semua orang tanpa kecuali arti yang bersejarah-dunia dari perjuangan proletariat untuk pembebasan. Bandingkanlah, misalnya, seorang aktivis seperti Robert Knight (sekretaris dan pemimpin terkenal Perhimpunan Pembikin Ketel Uap, salah satu serikat buruh yang paling kuat di Inggris) dengan Wilhelm Liebnecht, dan coba terapkan pada mereka pertentangan-pertentangan yang digambarkan oleh Martinov dalam perbedaan pendapat dengan Iskra. Kalian akan melihat --saya baca sepintas lalu artikel Martinov--bahwa Robert Knight lebih banyak mengeluarkan "seruan kepada massa supaya melakukan aksi-aksi kongkrit tertentu" (hlm. 39) sedang Wilhelm Liebnecht lebih banyak memberikan "penerangan secara revolusioner tentang seluruh sistem sekarang atau manifestasi-manifestasinya secara sebagian-sebagian" (hlm. 38-39); bahwa Robert Knight "merumuskan tuntutan-tuntutan terdekat proletariat dan menunjukkan cara untuk pencapaiannya" (hlm. 41), sedang Wilhelm Liebnecht, sementara melakukan ini, tidak menampik "bersamaan itu memimpin aktivitas-aktivitas berbagai lapisan oposisi", "mendiktekan program aksi yang positif bagi mereka" [*15] (hlm. 41); bahwa justru Robert Knightlah yang berusaha keras "untuk sedapat mungkin memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri" (hlm. 42) dan dengan ulung dapat "mengajukan kepada pemerintah tuntutan-tuntutan kongkrit yang menjanjikan hasil-hasil tertentu yang nyata berwujud" (hlm. 43), sedang W. Liebnecht jauh lebih banyak melakukan "pemblejetan-pemblejetan" yang "berat sebelah" (hlm. 40); bahwa Robert Knight lebih banyak menaruh arti pada "gerak maju perjuangan ekonomi sehari-hari yang boyak" (hlm. 61) sedang W. Liebnecht lebih banyak menaruh arti pada "propaganda tentang ide-ide yang cemerlang dan lengkap-sempurna" (hlm. 61); bahwa W. Liebnecht mengubah surat kabar yang dipimpinnya menjadi "sebuah organ revolusioner yang memblejeti sistem di negeri kita, terutama sistem politik, karena ia mengenai kepentingan-kepentigan lapisan penduduk yang sangat bermacam-macam" (hlm. 63), sedang Robert Knight "bekerja untuk usaha buruh dalam hubungan organis yang erat dengan perjuangan proletar" (hlm. 63) --jika dengan "hubungan erat dan orrganis" itu itu dimaksudkan pemujaan kepada spontanitas yang kita tinjau di atas dengan menggunakan contoh Kricevski dan Martinov --dan "membatasi lingkungan pengaruhnya", dengan keyakinan, tentu saja, seperti juga Martinov, bahwa dia "dengan demikian meningkatkan pengaruh itu" (hlm. 63). Pendek kata kalian akan melihat bahwa de fakto [*16] Martinov memerosotkan sosial-demokrasi ke tingkat trade-unionisme, meskipun, sudah barang tentu, dia berbuat demikian bukan karena dia tidak menginginkan hal kebaikan sosial-demokrasi, melainkan semata-mata karena dia agak terlalu terburu-buru mau memperdalam Plekhanov, dan bukannya berjerih payah untuk memahami Plekhanov. Akan tetapi baiklah kita kembali pada uraian kita. Kita katakan bahwa seorang sosial-demokrat, jika dia tidak dalam kata-kata saja menyetujui perlunya mengembangkan secara menyeluruh kesadaran politik proletariat, harus "pergi ke kalangan semua klas penduduk". Ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan: Bagaimana harus melakukan ini? Apakah kita cukup mempunyai kekuatan untuk melakukan ini? Adakah dasar untuk pekerjaan demikian itu di kalangan semua klas lainnya? Apakah ini tidak akan berarti mundur, atau mengakibatkan pengunduran, dilihat dari sudut pendirian klas? Baiklah kita bahas pertanyaan-pertanyaan ini.
Kita harus "pergi ke kalangan semua klas penduduk" sebagai ahli teori, sebagai propagandis, sebagai agitator dan sebagai organisator. Tak seorang pun meragukan bahwa pekerjaan teori dari kaum sosial-demokrat harus ditujukan untuk mempelajari segala ciri kedudukan sosial dan politik berbagai klas. Tetapi dalam hubungan ini sedikit dan sedikit sekali, tak sepadan kecilnya jika dibandingkan dengan pekerjaan yang dipusatkan untuk mempelajari ciri-ciri kehidupan pabrik. Dalam komite-komite dan lingkaran-lingkaran, kalian akan menjumpai orang-orang yang malahan mendalami suatu cabang khusus dari industri logam, tetapi orang hampir tak pernah menemui anggota organisasi-organisasi (yang, sebagaimana sering terjadi, karena satu atau lain sebab terpaksa meninggalkan pekerjaan praktis) yang khusus melakukan pengumpulan bahan-bahan mengenai suatu soal yang mendesak dari kehidupan sosial dan politik negeri kita yang dapat memberi alasan untuk melakukan pekerjaan sosial-demokratis di kalangan lapisan-lapisan penduduk lainnya. Dalam membicarakan kekurangan pendidikan dari kebanyakan pemimpin gerakan buruh masa kini, kita tidak bisa tidak juga menyebutkan hal pendidikan dalam hubungan ini, karena ini pun berkaitan dengan konsepsi "ekonomi" tentang "hubungan organis yang erat dengan perjuangan proletar". Tetapi yang pokok tentu saja propaganda dan agitasi di kalangan semua lapisan rakyat. Bagi sosial-demokrat Eropa Barat tugas ini dipermudah oleh rapat-rapat dan pertemuan-pertemuan umum, di mana hadir siapa saja yang mau, dan oleh parlemen di mana dia berpidato di muka wakil-wakil semua klas. Baik parlemen maupun kebebasan berapat tidak ada pada kita, walaupun demikian kita dapat menyelenggarakan rapat-rapat umum kaum buruh yang ingin mendengarkan seorang sosial-demokrat. Kitra harus dapat juga menyelenggarakan rapat-rapat para wakil semua klas penduduk yang ingin mendengarkan seorang demokrat. Karena mereka yang dalam kenyataan melupakan bahwa "kaum komunis menyokong setiap gerakan revolusioner", bahwa kita karena itu berkewajiban membentangkan dan menekankan tugas-tugas demokratis umum dihadapan seluruh rakyat, tanpa sesaat pun menyembunyikan keyakinan-keyakinan sosialis kita, bukanlah orang sosial-demokrat. Mereka yang dalam kenyataan melupakan kewajibannya mendahului semua orang dalam mengajukan, menonjolkan dan memecahkan setiap masalah demokratis umum, bukanlah orang sosial-demokrat.
"Tetapi semua orang pasti setuju dengan ini!" --seru pembaca yang tidak sabar-- dan instruksi baru yang diterima oleh Kongres Perserikatan yang lalu [65] untuk dewan redaksi Raboceye Dyelo secara tegas mengatakan: "Semua gejala dan kejadian kehidupan sosial dan politik yang mengenai proletariat baik secara langsung sebagai suatu klas khusus maupun sebagai pelopor semua kekuatan revolusioner dalam perjuangan untuk kebebasan haruslah menjadi alasan-alasan untuk propaganda dan agitasi politik" (Dua Kongres, hlm. 17, kursif dari kami). Ya, ini adalah kata-kata yang tepat sekali dan sangat bagus dan kita akan puas sepenuhnya jika Raboceye Dyelo memahaminya, jika ia berbarengan dengan itu tidak mengatakan sesuatu yang jutru merupakan kebalikannya. Karena tidaklah cukup menamakan diri kita sendiri "pelopor", detasemen depan; kita harus bertindak sebagai itu; kita harus bertindak begitu rupa sehingga semua detasemen lainnya akan melihat kita, dan terpaksa mengakui bahwa kita berjalan di baris depan. Dan kita bertanya kepada pembaca: Apakah wakil-wakil dari "detasemen-detasemen" lainnya itu orang-orang yang begitu tolol sehingga percaya pada kata-kata kita begitu saja bilamana kita mengatakan bahwa kita adalah "pelopor"? Coba bayangkan sendiri yang berikut ini: Seorang sosial-demokrat datang kepada "detasemen" kaum radikal terpelajar Rusia, atau kaum konstitusionalis liberal, dan berkata: Kami adalah pelopor, "tugas yang kami hadapi sekarang ialah sedapat mungkin memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri". Si radikal, atau si konstitusionalis, jika dia sedikit cerdas (dan di kalangan kaum radikal dan kaum konstitusionalis Rusia terdapat banyak orang cerdas), hanya akan tersenyum mendengar omongan semacam itu, dan akan berkata (kepada diri sendiri, tentu saja, karena dalam kebanyakan hal dia adalah seorang diplomat yang berpengalaman): "Barisan pelopormu tentunya terdiri dari orang-orang tolol! Mereka bahkan tidak mengerti bahwa tugas kamilah, tugas wakil-wakil progressif dari demokrasi borjuis untuk memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi kaum buruh itu sendiri. Nah, kami juga, seperti semua borjuis Eropa Barat, mau menarik kaum buruh ke dalam politik, tetapi justru ke dalam politik trade-unionis, dan bukan ke dalam politik sosial-demokratis. Politik trade-unionis dari klas buruh adalah justru politik borjuis dari klas buruh. Dan perumusan oleh "pelopor" itu mengenai tugas-tugasnya adalah justru rumus untuk politik trade-unionis! Karena itu, biarkan mereka bahkan menamakan dirinya kaum sosial-demokrat sesuka hatinya. Saya bukanlah anak-anak yang bisa menjadi naik darah karena cap. Asalkan mereka tidak terkena pengaruh kaum dogmatis ortodoks yang jahat, asalkan mereka memberikan "kebebasan mengkritik" kepada orang-orang yang dengan tidak sadar mendorong sosial-demokrasi ke saluran trade-unionis!"
Dan ketawa kecil dari konstitusionalis kita itu akan menjadi ketawa tebahak-bahak apabila dia tahu bahwa orang-orang sosial-demokrat yang berbicara tentang kepeloporan sosial-demokrasi masa kini, di kala spontanitas hampir sepenuhnya mendominasi gerakan kita, tidak ada yang lebih ditakutinya daripada "meremehkan unsur spontan", daripada "meremehkan arti kemajuan perjuangan sehari-hari yang boyak, jika dibandingkan dengan propaganda tentang ide-ide yang cemerlang dann lengkap-sempurna", dsb, dsb! Barisan "pelopor" yang takut kalua-kalau kesadaran akan melampaui spontanitas, yang takut mengajukan suatu "rencana" yang berani yang akan memaksa pengakuan umum bahkan di kalangan orang-orang yang berpikir lain dengan kita! Apakah mereka tidak mencampuradukkan kata "barisan pelopor" dengan kata "barisan belakang"?
Renungkanlah pemikiran Martinov berikut ini. Pada halaman 40 dia mengatakan bahwa taktik pemblejetan Iskra adalah berat sebelah, bahwa "betapapun banyaknya kita sebarkan rasa tidak percaya dan kebencian terhadap pemerintah, kita tidak akan mencapai tujuan kita selama kita belum berhasil mengembangkan kekuatan sosial yang cukup aktif untuk menggulingkannya". Ini, dikatakan dalam tanda kurung, adalah urusan yang sudah kita ketahui untuk meningkatkan keaktifan massa, sementara berusaha membatasi keaktifannya sendiri. Tetapi sekarang ini bukan itu soalnya. Karena itu Martinov di sini berbicara tentang kekuatan revolusioner ("untuk menggulingkan"). Dan kesimpulan apa yang dicapainya? Karena di waktu-waktu biasa berbagai lapisan sosial tidak dapat tidak berjalan sendiri-sendiri, "maka itu jelaslah bahwa kita kaum sosial-demokrat tak dapat dengan serempak memimpin aktivitas-aktivitas berbagai lapisan oposisi, kita tak dapat mendiktekan kepada mereka program aksi yang positif, kita tidak dapat menunjukkan kepada mereka dengan cara apa mereka harus berjuang untuk kepentingan-kepentingan mereka sehari-hari….. Lapisan-lapisan liberal akan mengurus sendiri perjuangan aktif untuk kepentingan-kepentingan terdekat mereka dan perjuangan itu akan membawa mereka berhadapan muka dengan rezim politik negeri kita" (hlm. 41). Dengan demikian, setelah mulai dengan berbicara tentang kekuatan revolusioner, tentang perjuangan aktif untuk menggulingkan otokrasi, Martinov segera beralih ke kekuatan serikat buruh, ke perjuangan aktif untuk kepentingan-kepentingan terdekat! Dengan sendirinya jelaslah bahwa kita tak dapat memimpin perjuangan mahasiswa, kaum liberal, dll, untuk "kepentingan-kepentingan terdekat" mereka, tetapi soalnya bukan ini, tuan ekonomis yang terhormat! Persoalan yang kita bicarakan ialah keikutsertaan yang mungkin dan perlu dari berbagai lapisan sosial dalam menggulingkan otokrasi; dan kita tidak hanya dapat, tetapi bahkan mutlak harus memimpin "aktivitas-aktivitas berbagai lapisan oposisi" ini jika kita ingin menjadi "pelopor". Bukan hanya para mahasiswa kita, kaum liberal kita, dll, itu sendiri akan mengurus "perjuangan yang akan membawa mereka berhadapan muka dengan rezim politik negeri kita"; polisi dan pejabat-pejabat pemerintah otokrasi itu sendiri akan pertama-tama dan lebih-lebih mengurus ini. Tetapi "kita", jika kita ingin menjadi kaum demokrat yang maju, harus menjadikan urusan kita mendorong orang-orang yang tidak puas hanya dengan keadaan di universitas, atau hanya dengan keadaan Zemstwo [66], dsb, untuk berpikir bahwa sistem politik seluruhnya sama sekali tak ada harganya. Kita harus memikul tugas mengorganisasi perjuangan politik yang meliputi segala segi di bawah pimpinan Partai kita dengan cara yang sedemikian rupa sehingga memperoleh segala dukungan yang mungkin dari semua lapisan oposisi untuk perjuangan itu dan untuk Partai kita. Kita harus mendidik para pekerja praktis sosial-demokrat untuk menjadi pemimpin-pemimpin politik, yang cakap memimpin segala manifestasi perjuangan yang meliputi segala segi ini, yang cakap pada saat yang diperlukan "mendiktekan program aksi yang positif" kepada para mahasiswa yang resah, anggota-anggota Zemstwo yang tidak puas, sekte-sekte agama yang marah, guru-guru sekolah dasar yang merasa tersinggung, dsb, dsb. Karena itu, pernyataan Martinov, salah sama sekali-- bahwa "mengenai mereka ini, kita dapat tampil ke depan hanya dalam peranan negatif sebagai pemblejet-pemblejet penyalahgunaan….kita hanya dapat" (kursif dari kami) "membuyarkan harapan-harapan yang mereka letakkan pada berbagai komisi pemerintah". Dengan mengatakan demikian Martinov menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak mengerti apa-apa tentang peranan yang harus benar-benar dilakukan oleh "pelopor" revolusioner. Jika pembaca mengingat hal ini, maka ia akan jelas mengenai arti yang sesungguhnya dari kata-kata penutup Martinov yang berikut: "Iskra adalah organ oposisi revolusioner yang memblejeti keadaan di negeri kita, terutama keadaan politik karena ia mengenai kepentingan-kepentingan lapisan penduduk yang sangat bermacam-macam. Akan tetapi kita bekerja dan akan terus bekerja untuk usaha buruh dalam hubungan organis yang erat dengan perjuangan proletar. Dengan menyempitkan lingkungan pengaruh kita, maka dengan demikian kita memperumit pengaruh itu sendiri" (hlm. 63). Arti yang sebenarnya dari kesimpulan ini sebagai berikut: Iskra ingin meningkatkan politik trade-unionis dari klas buruh (para pekerja praktis kita sering membatasi diri pada politik ini; karena salah pengertian, kekurangan pendidikan, atau karena keyakinan) ke politik sosial-demokratis, sedang Raboceye Dyelo ingin memerosostkan politik sosial-demokratis ke politik trade-unionis. Dan, lagi pula, ia mencoba meyakinkan semua tanpa kecuali bahwa ini adalah "pendirian-pendirian yang sepenuhnya dapat disejalankan di dalam usaha bersama" (hlm. 63). O, Sancta simplicitas! [*17]
Kita teruskan. Apakah kita mempunyai cukup kekuatan untuk mengarahkan propaganda dan agitasi kita ke kalangan semua klas penduduk? Tentu saja kit apunya cukup kekuatan. Kaum ekonomis kita, yang sering cenderung untuk mengingkari ini, melupakan sama sekali langkah maju raksasa yang telah dicapai oleh gerakan kita dari tahun 1894 (kira-kira) sampai pada tahun 1901. seperti kaum "khwostis" sejati, mereka seringkali hidup di masa lampau yang sudah lama silam., dalam periode awal gerakan. Memang pada waktu itu kita mempunyai kekuatan yang sangat kecil dan sudah sewajarnya dan logis sekali kalau pada waktu itu kitamencurahkan diri pada aktivitas-aktivitas di kalangan kaum buruh, dan dengan keras menecam setiap penyimpangan dari sini. Tugas seluruhnya pada waktu itu ialah mengkonsolidasi kedudukan kita dalam klas buruh. Tetapi pada waktu sekarang ini kekuatan-kekuatan raksasa telah terlibat ke dalam gerakan; wakil-wakil terbaik dari generasi muda dai klas-klas terpelajar pada datang kepada kita; di seluruh negeri terdapat orang-orang yang terpaksa tinggal di provinsi-provinsi, yang sudah mengambil bagian dalam gerakan di masa lampau atau yang ingin mengambil bagian sekarang, yang condong pada sosial-demokrasi (sedang dalam tahun 1894 orang bisa menghitung jumlah kaum sosial-demokrat Rusia dengan jari). Salah satu kekurangan politik dan organisasi yang pokok dari gerakan kita ialah bahwa kita tidak tahu bagaimana menggunakan semua kekuatan ini dan memberi pekerjaan yang cocok kepada mereka (hal ini akan kita bicarakan secara lebih terperinci lagi dalam bab berikutnya). Mayoritas mutlak dari kekuatan-kekuatan ini sama sekali tak mempunyai kesempatan untuk "pergi ke kalangan kaum buruh", maka itu tak mungkin berbicara tentang bahaya diselewengkannya kekuatan-kekuatan dari usaha pokok kita. Dan untuk dapat memberikan kepada kaum buruh pengetahuan politik yang sesungguhnya, menyeluruh dan hidup, kita harus mempunyai "orang-orang kita sendiri", orang-orang sosial-demokrat, dimana-mana, di kalangan semua lapisan masyarakat dan dalam semua kedudukan yang memungkinkan kita mengetahui penggerak intern mekanisme negara kita. Orang-orang demikian itu dibutuhkan tidak hanya dari segi propaganda dan agitasi, tetapi lebih-lebih lagi dari segi keorganisasian.
Adakah lapangan untuk aktivitas di kalangan semua klas penduduk? Orang-orang yang tak dapat melihat ini ketinggalan juga, dan dalam kesadaran mereka, dari kebangkitan massa yang secara spontan. Gerakan buruh telah menimbulkan dan terus menimbulkan rasa tak puas pada sementara orang, menimbulkan harapan-harapan akan dukungan bagi oposisi pada yang lain dan kesadaran akan tak dapat dibiarkannya dan tak terelakkannya keruntuhan otokrasi pada yang lainnya lagi. Kita akan menjadi "politikus" dan sosial-demokrat hanya dalam nama saja (sebagaimana dalam kenyataannya sering sekali terjadi), jika kita tidak menyadari bahwa tugas kita ialah menggunakan setiap manifestasi ketidakpuasan dan mengumpulkan serta menggunakan sebaik-baiknya setiap butir protes sekali pun masih berupa embrio. Jangan dikata lagi bahwa berjuta-juta kaum tani pekerja, pengrajin, tukang kecil, dsb, akan selalu dengan lahap mendengarkan khotbah seorang sosial-demokrat yang agak berkemampuan. Dapatkah kiranya orang menyebut satu klas penduduk dimana tidak terdapat orang-orang, golongan-golongan atau kalangan-kalangan yang tidak puas dengan ketiadaan hak dan kesewenang-wenangan dan, oleh karenanya, mudah dimasuki propaganda kaum sosial-demokrat sebagai juru bicara dari kebutuhan-kebutuhan demokrasi umum yang paling mendesak? Bagi mereka yang ingin mempunyai gambaran yang kongkrit mengenai agitasi politik seorang sosial-demokrat di kalangan semua klas dan lapisan penduduk, kita tunjukkan pada pemblejetan-pemblejetan politik dalam arti kata yang luas sebagai bentuk pokok (tetapi tentu saja bukan yang satu-satunya) agitasi ini.
"Kita harus membangkitkan pada setiap lapisan penduduk yang sedikit saja berkesadaran kegemaran pada pemblejetan-pemblejetan politik", demikian saya menulis dalam artikel saya "Dari Mana Mulai?" (Iskra No. 4, Mei 1901), yang akan saya bicarakan secara lebih terperinci lagi lagi nanti. "Kita tidak boleh kecil hati karena kenyataan bahwa suara pemblejetan politik sekarang masih sayup-sayup, jarang-jarang dan takut-takut. Ini bukanlah karena sikap berdamai secara menyeluruh terhadap kesewenang-wenangan polisi, melainkan karena mereka yang dapat dan bersedia melakukan pemblejetan-pemblejetan tidak mempunyai mimbar darimana mereka bisa bicara, tidak ada sidang pendengar yang akan mendengarkan dengan asyik dan memberi semangat para pembicara, dan karena pembicara tidak melihat dimana pun di kalangan rakyat kekuatan kepada siapa sepantasnya diarahkan keluhan-keluhan terhadap pemerintah Rusia yang "maha kuasa"…….. Kita sekarang mampu, dan kita berkewajiban, menyediakan mimbar memblejeti pemerintah tsar di muka seluruh rakyat. Mimbar itu haruslah surat kabar sosial-demokratis" [67].
Sidang pendengar yang ideal bagi pemblejetan-pemblejetan politik ialah klas buruh, yang pertama-tama dan terutama membutuhkan pengetahuan politik yang menyeluruh dan hidup, dan yang paling sanggup mengubah pengetahuan ini menjadi perjuangan aktif, sekalipun ia tidak menjanjikan "hasil-hasil yang nyata berwujud". Dan mimbar untuk pemblejetan-pemblejetan di muka seluruh rakyat hanya mungkin surat kabar untuk seluruh Rusia. "Tanpa organ politik, suatu gerakan yang patut diberi nama gerakan politik, tidaklah dapat dibayangkan di Eropa modern", dan dalam hal ini Rusia pasti termasuk juga dalam dalam Eropa modern. Pers sudah lama menjadi kekuatan di negeri kita, kalau tidak pemerintah tak akan mengeluarkan puluhan ribu rubel untuk menyuapnya, dan memberi subsidi kepada orang-orang sebangsa Katkov dan sebangsa Mescerski. Dan di Rusia otokratis bukanlah suatu barang baru bagi pers di bawah tanah untuk menembus tembok sensor dan memaksa pers legal dan konservatif membicarakannya secara terbuka. Demikianlah halnya dalam tahun-tahun 70-an dan bahkan dalam tahun-tahun 50-an. Betapa jauh lebih luas dan dalamnya sekarang ini lapisan -lapisan rakyat yang bersedia membaca pers ilegal, dan belajar dari padanya "bagaimana hidup dan bagaimana mati", demikianlah menurut kata-kata seorang buruh yang mengirim surat kepada Iskra (No. 7) [68]. Pemblejetan-pemblejetan politik adalah serupa dengan pernyataan perang kepada pemerintah seperti pemblejetan-pemblejetan ekonomi merupakan pernyataan perang kepada pemilik-pemilik pabrik. Dan arti moril pernyataan perang ini akan lebih-lebih lagi besarnya jika kampanye pemblejetan ini lebih luas dan lebih hebat lagi, lebih banyak dan lebih gigih klas sosial yang telah menyatakan perang untuk memulai perang. Karenanya pemblejetan-pemblejetan politik itu dengan sendirinya menjadi salah satu alat yang ampuh untuk menghancurkan sistem musuh, suatu cara untuk menceraikan dari musuh sekutu-sekutunya yang kebetulan atau sementara waktu, suatu cara untuk menyebarkan permusuhan dan ketidakpercayaan di kalangan kompanyon-kompanyon tetap kekuasaan otokrasi.
Halaman 166-167 hilang…………………….
Lanjut halaman 168
INCOMPLETE
perjuangan ini"? Tidakkah gamblang bahwa ini berarti pendidikan politik kaum buruh, penyingkapan di muka mereka semua segi otokrasi kita yang keji itu? Dan tidakkah jelas bahwa justru untuk pekerjaan inilah kita membutuhkan "sekutu-sekutu dalam barisan kaum liberal dan inteligensia", yang bersedia bersama-sama dengan kita memblejeti serangan politik terhadap Zemstwo-Zemstwo, terhadap guru, terhadap para ahli statistik, terhadap mahasiswa, dsb? Apakah "mekanisme" yang mengagumkan "rumitnya" ini benar-benar begitu sulit untuk dipahami? Tidakkah P. B. Akselrod telah mengulangi berkali-kali kepada kalian sejak tahun 1897: "Masalah kaum sosial-demokrat Rusia memperoleh pengikut dan sekutu yang langsung dan tidak langsung di kalangan klas-klas non-proletar akan terpecahkan terutama dan pertama-tama oleh watak aktivitas-aktivitas propagandis yang dilakukan di kalangan proletariat itu sendiri?" Tetapi orang-orang sebangsa Martinov dan orang-orang ekonomis lainnya terus membayangkan bahwa "dengan perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan pemerintah", kaum buruh mula-mula harus mengumpulkan kekuatan (untuk politik trade-unionis) dan kemudian "beralih" --barangkali dari "pendidikan keaktifan" trade-unionis-- ke keaktifan sosial-demokratis!
"…..Dalam pencariannya", sambung kaum ekonomis, "Iskra tidak jarang menyimpang dari pendirian klas, mengaburkan kontradiksi-kontradiksi klas dan mengedepankan keumuman ketidakpuasan terhadap pemerintah, walaupun sebab-sebab dan derajat ketidakpuasan ini sangat berbeda-beda di kalangan 'sekutu-sekutu'. Demikianlah, misalnya, sikap Iskra terhadap Zemstwo"…. Iskra, katanya, "menjanjikan bantuan klas buruh kepada kaum bangsawan yang tidak puas dengan persen pemerintah, tetapi Iskra sepatah kata pun tidak menyebut-nyebut antagonisme klas di antara lapisan-lapisan penduduk ini". Jika pembaca mau memperhatikan artikel-artikel "Otokrasi Dan Zemstwo" (Iskra No. 2 dan 4) yang, mungkin dimaksud oleh penulis-penulis surat itu, akan didapatinya bahwa artikel-artikel [18] ini membicarakan sikap pemerintah terhadap "agitasi lunak dari Zemstwo birokratik, yang berdasarkan pangkat-pangkat", dan terhadap "aktivitas bebas dari klas-klas yang bermilik sekalipun". Dalam artikel-artikel ini dinyatakan bahwa kaum buruh tak dapat menyaksikan dengan acuh tak acuh sementara pemerintah melakukan perjuangan menentang Zemstwo, dan Zemstwo-is-Zemstwo-is dihimbau supaya menghentikan pidato-pidato yang lunak, dan supaya berbicara dengan tegas dan keras ketika sosial-demokrasi revolusioner menghadapi pemerintah dengan segenap kekuatannya. Apa yang tidak disetujui oleh para penulis surat ini di sini tidak jelas. Pakah mereka berpikir bahwa kaum buruh "tidak akan mengerti" kata-kata "klas-klas yang bermilik" dan "Zemstwo birokratik yang berdasarkan pangkat-pangkat"? Apakah mereka berpikir bahwa mendesak Zemstwo-is-Zemstwo-is supaya menghentikan pidato-pidato yang lunak dan supaya berbicara dengan tegas dan keras adalah "menilai terlalu tinggi ideologi"? Apakah mereka mengkhayalkan kaum buruh dapat "mengumpulkan kekuatan" untuk perjuangan melawan absolutisme, jika mereka tidak mau tahu sikap absolutisme terhadap Zemstwo? Kesemuanya ini juga tetap tidak diketahui. Cuma satu hal saja yang jelas yaitu bahwa para penulis surat itu mempunyai gambaran yang sangat samar-samar mengenai apa itu tugas-tugas politik sosial-demokrasi. Hal ini disingkapkan dengan lebih jelas lagi oleh kata-kata mereka: "Demikian juga" (yaitu, juga "mengaburkan antagonisme-antagonisme klas") "sikap Iskra terhadap gerakan mahasiswa". Bukannya menyerukan kepada kaum buruh supaya menyatakan dengan demonstrasi-demonstrasi terbuka bahwa sumber sesungguhnya dari kekerasan, ekses-ekses dan main merdeka bukanlah para mahasiswa melainkan pemerintah Rusia (Iskra, No. 2 [*19]), malah kita semestinya tak ragu lagi menyisipkan argumen-argumen yang berjiwa Rabocaya Misl! Dan pikiran-pikiran demikian itu dinyatakan oleh kaum sosial-demokrat dalam musim rontok tahun 1901, sesudah peristiwa Februari dan peristiwa Maret, pada saat menjelang kebangkitan baru gerakan mahasiswa, yang menyingkapkan bahwa di bidang ini pun protes yang "spontan" terhadap otokrasi melampaui pimpinan sosial-demokrasi yang sedar atas gerakan itu. Usaha spontan kaum buruh membela para mahasiswa yang dipukuli oleh polisi dan orang-orang Kozack itu melampaui aktivitas sedar organisasi sosial-demokratis!
"Sementara itu dalam artikel-artikel lainnya", para penulis surat itu meneruskan, "Iskra dengan keras mengecam segala kompromi, dan tampil membela, misalnya, sikap yang tidak toleran dari kaum Guesdis". Kami ingin menasehati mereka yang biasanya begitu percaya pada diri sendiri dan main gampang-gampangan menyatakan dalam hubungan dengan perbedaan pendapat yang ada di antara kaum sosial-demokrat dewasa ini bahwa perbedaan pendapat itu tidak penting dan tidak membenarkan adanya perpecahan, supaya merenungkan dalam kata-kata ini. Mungkinkah ada aktivitas yang berhasil baik, di dalam satu organisasi, dari orang-orang yang mengatakan bahwa kita masih berbuat luar biasa sedikitnya dalam hal menerangkan permusuhan otokrasi terhadap berbagai klas, dan memberitahukan kepada kaum buruh tentang oposisi berbagai lapisan penduduk terhadap otokrasi, dan dari orang-orang yang melihat hal ini sebagai suatu "kompromi"--jelas suatu kompromi dengan teori "perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan pemerintah"?
Kita telah berbicara tentang perlunya memasukkan perjuangan klas ke desa-desa pada kesempatan ulang tahun ke-40 pembebasan kaum tani (No. 3 [69]) dan berbicara tentang tak terdamaikannya badan-badan pemerintah otonom dengan otokrasi dalam hubungan dengan memorandum rahasia Witte (No. 4). Dalam hubungan dengan undang-undang baru kita serang tuan-tuan tanah feodal dan pemerintah yang mengabdi mereka (No. 8 [70]), dan menyambut kongres ilegal Zemstwo. Kita mendorong Zemstwo supaya beralih dari mengajukan petisi-petisi yang merendahkan diri ke perjuangan (No. 8 [71]). Kita mendorong para mahasiswa, aygn telah mulai mengerti perlunya perjuangan politik, dan telah memulainya (No. 3), dan bersamaan dengan itu kita melabrak "ketiadaan pengertian yang amat sangat" yang diperlihatkan oleh pengikut-pengikut gerakan "mahasiswa semata-mata", yang menyerukan kepada para mahasiswa supaya jangan ambil bagian dalam demonstrasi di jalan-jalan (No. 3, dalam hubungan dengan manifes Komite Eksekutif Mahasiswa Moskow tanggal 25 Februari). Kita blejeti "impian-impian gila" dan "kemunafikan yang membohong" dari kaum liberal yang licik dari surat kabar Rossiya [72] (No. 5) dan bersamaan dengan itu kita mengulas kematagelapan "dalam penyiksaan atas diri para penulis yang suka damai, professor-professor dan sarjana-sarjana lanjut usia dan kaum Zemstwo-is liberal yang terkenal" dalam kamar-kamar siksa pemerintah (No. 5, "Penggrebekan Polisi Terhadap Literatur"). Kita blejeti arti sesungguhnya dari program "perhatian negara atas kesejahteraan kaum buruh", dan menyambut dengan gembira "pengakuan yang berharga" bahwa "lebih baik memberikan reform-reform dari atas untuk mendahului tuntutan untuk reform-reform itu dari bawah, daripada menantikan sampai tuntutan-tuntutan itu diajukan" (No. 6 [73]). Kita dorong para ahli statistik yang memprotes (No. 7), dan mengecam para ahli statistik yang memcah pemogokan (No. 9). Barang siapa melihat dalam taktik ini suatu pengaburan kesadaran klas dari proletariat dan suatu kompromi dengan liberalisme dengan menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak memahami arti sejati program Credo dan de fakto melaksanakan program itu, bagaimanapun juga dia memungkirinya! Karena dengan begitu dia menyeret sosial-demokrasi ke arah "perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan pemerintah" dan menyerah kepada liberalisme, meninggalkan tugas untuk campur tangan secara aktif dalam setiap persoalan "liberal" dan untuk menentukan sikapnya sendiri, sikap sosial-demokratis, terhadap soal ini.
F. SEKALI LAGI “PEMFITNAH”, SEKALI LAGI “PENIPU”
Kata-kata yang sopan ini, seperti pembaca ingat, adalah kata-kata Raboceye Dyelo,
yang dengan cara demikian menjawab tuduhan kita bahwa ia “secara tak
langsung mempersiapkan dasar untuk mengubah gerakan buruh menjadi suatu
alat demokrasi borjuis”. Dalam kesederhanaan jiwanya Raboceye Dyelo memutuskan
bahwa tuduhan ini tidak lain hanya ulah polemik, seolah-olah mau
mengatakan, kaum dogmatis pendengki ini telah berketetapan untuk
mengatakan segala macam hal yang tidak enak tentang diri kita; nah, apa
yang bisa lebih tidak enak daripada menjadi alat demokrasi borjuis?
Maka itulah mereka mencetak dengan huruf tebal “bantahan”: “Tidak lain
hanya fitnah mentah-mentah” (Dua Kongres, hlm. 30), “penipuan” (hlm. 31), “penyamaran” (hlm. 33). Seperti Yupiter, Raboceye Dyelo (meskipun
hanya sedikit saja mirip Yupiter) marah karena ia salah, dan dengan
makiannya yang keburu nafsu itu membuktikan ketidakmampuannya
menyelamami jalan pikiran lawan-lawannya. Namun, dengan merenungkan
sedikit saja, ia akan mengerti mengapa segala pemujaan kepada spontanitas gerakan massa dan setiap pemerosotan
politik sosial-demokratis ke politik trade-unionis justru berarti
mempersiapkan dasar untuk mengubah gerakan buruh menjadi suatu alat
demokrasi borjuis. Gerakan buruh yang spontan dengan sendirinya sanggup
menciptakan 9dan pasti menciptakan) trade-unionisme saja, dan politik
trade-unionis klas buruh adalah justru politik borjuis dari klas buruh.
Keikutsertaan klas buruh dalam perjuangan politik, dan bahkan dalam
revolusi politik, tidaklah dengan sendirinya membuat politiknya menjadi
politik sosial-demokratis. Apakah Raboceye Dyelo berani
menyangkal ini? Maukah ia akhirnya menerangkan di muka umum dengan
blak-blakan dan tanpa putar lidah pengertiannya mengenai soal-soal yang
mendesak dari gerakan sosial-demokratis internasional dan Rusia? Oh
tidak, ia tidak akan memberanikan diri untuk melakukan sesuatu semacam
itu, karena ia berpegang kuat-kuat pada cara yang bisa dinamakan cara
mengatakan “tidak” kepada segala-galanya; “Aku bukan aku; kuda itu
bukan kudaku; aku bukan kusir. Kami bukan kaum ekonomis; Rabocaya Misl
bukan ekonomisme; di Rusia sama sekali tidak ada ekonomisme”. Ini
adalah suatu cara yang luar biasa lihainya dan “panjang akal”, akan
tetapi mempunyai cacat sedikit yaitu bahwa penerbitan-penerbitan yang
mempraktekkannya itu biasanya diberi julukan “Apa yang tuan kehendaki?”Raboceye Dyelo mengira bahwa pada umumnya demokrasi borjuis di Rusia hanyalah suatu “khayal” belaka (Dua Kongres, hlm. 32) [*20]. Sungguh orang-orang yang bahagia! Laksana burung unta, mereka memendamkan kepalanya ke dalam pasir, maka mengira bahwa segala sesuatu disekelilingnya menghilang lenyap. Publisis-publisis liberal yang dari bulan ke bulan memproklamasikan kepada dunia kemenangan mereka atas keruntuhan dan bahkan kelenyapan Marxisme; surat-surat kabar liberal (S. Petersburgskiye Wyedomosti [74]), Russkiye Wyedomosti, dan banyak lagi lainnya) yang mendorong kaum liberal yang membawa kepada kaum buruh konsepsi Brentano [75] tentang perjuangan klas dan konsepsi trade-unionis tentang politik; sekumpulan bintang kritikus terhadap Marxisme, yang kecenderungan-kecenderungannya yang sesungguhnya disingkapkan dengan begitu baiknya oleh Credo dan yang produk literaturnya saja beredar di Rusia tanpa halangan apa-apa; kehidupan kembali aliran-aliran revolusioner non sosial-demokratis, terutama sesudah peristiwa Februari dan peristiwa Maret—kesemuanya ini rupanya khayal belaka! Kesemuanya ini sama-sekali tidak ada hubungannya dengan demokrasi borjuis!
Raboceye Dyelo dan para penulis surat ekonomis yang dimuat dalam Iskra No. 12 seharusnya “memikirkan apa sebanya peristiwa-peristiwa pada musim semi itu telah mengakibatkan kehidupan kembali aliran-aliran revolusioner non-demokratis demikian itu dan bukannya menaikkan wibawa dan prestise sosial-demokrasi”.
Sebabnya ialah bahwa ternyata kita tidak memadai tugas-tugas yang kita hadapi. Keaktifan massa buruh ternyata melebihi keaktifan kita; pada kita tidak terdapat pemimpin-pemimpin dan organisator-organisator revolusioner yang cukup terlatih yang tahu betul akan suasana hati di kalangan semua lapisan oposisi dan pandai memimpin gerakan, mengubah demonstrasi yang spontan menjadi demonstrasi politik, memperluas sifat politiknya, dsb. Dalam keadaan yang demikian keterbelakangan kita tidak bisa bisa tidak pasti akan digunakan oleh kaum revolusionerbukan sosial-demokrat yang lebih lincah dan lebih giat, dan kaum buruh, bagaimanapun juga keras dan besarnya pengorbanan diri mereka dalam berkelahi melawan polisi dan pasukan-pasukan tentara, bagaimanapun juga revolusionernya aksi-aksi mereka, akan ternyata hanya merupakan suatu kekuatan yang menyokong kaum revolusioner ini, merupakan barisan belakang demokrasi borjuis, dan bukan merupakan pelopor sosial-demokratis. Ambillah, sebagai misal, kaum sosial-demokrat Jerman, yang hanya segi-segi lemahnya saja yang ingin dijiplak oleh kaum ekonomis kita. Apa sebabnya maka tidak satu pun peristiwa politk yang terjadi di Jerman yang tanpa menambah wibawa dan prestise sosial-demokrasi? Karena sosial-demokrasi selalu ternyata mendahului semua lainnya dalam memberikan penilaian yang paling revolusioner kepada setiap peristiwa tertentu dan dengan pembelaannya atas setiap protes menentang kesewenang-wenangan. Ia tidak meninabobokkan diri dengan pembicaraan-pembicaraan tentang perjuangan ekonomi menghadapkan kaum buruh pada kenyataan ketiadaan hak-hak bagi mereka dan pembicaraan-pembicaraan tentang keadaan konkrit yang secara fatal mendorong gerakan buruh ke jalan revolusi. Ia campur tangan dalam segala bidang dan dalam segala soal kehidupan sosial-politik: dalam soal penolakan Wilhelm untuk mensahkan seorang progressis borjuis sebagai wali kota (kaum ekonomis kita belum berhasil meyakinkan orang-orang Jerman bahwa ini pada hakekatnya adalah suatu kompromi dengan liberalisme!); dalam soal undang-undang yang melarang penerbitan-penerbitan dan gambar-gambar “cabul”; dalam soal pemerintah mempengaruhi pemilihan professor-professor, dsb, dsb. Di mana-mana kaum sosial-demokrat ternyata berada di depan semua lainnya, membangkitkan ketidakpuasan politik di kalangan semua klas, membangunkan yang malas-malas, mendorong yang terbelakang dan memberikan banyak bahan guna pengembngan kesadaran politik dan keaktifan politik proletariat. Hasil dari kesemuanya ini ialah bahwa musuh-musuh sosialisme yang sedar pun mempunyai rasa hormat terhadap pejuang-pejuang politik yang maju ini, dan tidak jarang sebuah dokumen penting tidak hanya dari kalangan borjuis, tetapi bahkan juga juga dari kalangan birokrat dan istana, melalui suatu jalan ajaib sampai pada kantor redaksi Vorwarts.
Maka inilah keterangan mengenai hal yang tampaknya merupakan “kontradiksi”, yang begitu jauh di luar pengertian Raboceye Dyelo sehingga ia hanya angkat tangan dan berteriak; “Penyamaran!” Memang, cobalah bayangkan: kami, Raboceye Dyelo, memandang gerakan massa buruh sebagai batu alas (dan mencetak hal itu dengan huruf-huruf tebal!); kami peringatkan semua orang tanpa kecuali terhadap peremehan arti unsur spontan; kami ingin memberi watak politis kepada perjuangan ekonomi itu sndiri, itu sendiri, itu sendiri; kami ingin memelihara hubungan yang erat dan organis dengan perjuangan proletar! Tetapi dikatakan bahwa kami mempersiapkan dasar untuk mengubah gerakan buruh menjadi suatu alat demokrasi borjuis! Dan siapakah yang mengatakan itu? Orang-orang yang “berkompromi” dengan liberalisme, yang campur tangan dalam setiap soal “liberal” (sungguh suatu salah pengertian yang bukan main tentang “hubungan organis dengan perjuangan proletar!”), yang mencurahkan begitu banyak perhatian pada para mahasiswa dan bahkan (oh, sungguh, terlalu!) pada kaum Zemstwo-is! Orang-orang yang pada umumnya ingin mencurahkan usaha-usaha mereka dalam persentase yang lebih besar (dibandingkan dengan kaum ekonomis) pada aktivitas di kalangan klas-klas non-proletar dari penduduk! Apakah ini bukan suatu “penyamaran”?
Raboceye Dyelo yang malang! Apakah ia akan menemukan pemecahan bagi teka-teki yang pelik ini?
* * *
Catatan:
[*1] Untuk menghindari salah paham perlu kami
tegaskan bahwa di sini dan dalam uaraian selanjutnya, dengan perjuang
ekonomi kami maksudkan (sesuai dengan arti istilah itu yang lazim kami
gunakan) "perjuangan ekonomi praktis" yang disebut oleh Engels, dalam
bagian yang dikutip diatas, sebagi "perlawanan terhadap kaum
kapitalis", dan yang di negeri-negeri merdeka disebut sebagai perjuangan
serikat sekerja, perjuangan sindikat atau perjuangan trade-unionis.
[*2] Dalam bab ini kami hanya membicarakan perjuangan politik,
dalam artinya yang lebih luas atau lebih sempit. Karena itu kami
hanya samabil lalu menyebutkan, hanya sebagai suatu keanehan, tuduhan Raboceye Dyelo bahwa Iskra “terlalu menahan diri” mengenai perjuangan ekonomi (Dua Kongres,
hal.27, yang dikunyah-kunyah oleh Martinov dalam brosurnya Sosial
Demokrasi dan Klas Buruh). Jika tuan-tuan penuduh ini menghitung dengan
kiloan atau rim-riman (seperti yang suka mereka lakukan) apa yang
telah dikatakan tentang perjuangan ekonomi dalam rubrik industri dalam Iskra selama satu tahun, dan membandingkan ini dengan rubrik industri dalam Raboceye Dyelo dan Rabocaya Misl
dijadikan satu, maka akan mudahlah mereka melihat bahwa dalam hal ini
pun mereka ketinggalan. Rupanya kesadaran akan kebenaran yang sederhana
ini memaksa mereka menggunakan argumen-argumen yang dengan jelas
memperlihatkan kebingungan memperlihatkan kebingungan mereka. Iskra,
tulis mereka, “mau tak mau (!) terpaksa (!) memperhitungkan tuntutan
hidup yang mendesak dan sekurang-kurangnya (!!) memuat surat-surat
tentang gerakan buruh” (Dua Kongres, hal.27). Nah inilah argumen yang sungguh-sungguh menghancurkan!
[60] Yang dimaksud ialah Perserikatan Kaum Sosial Demokrat Rusia Di Luar Negeri.
[*3] Kita katakan “pada umumnya”, karena
Raboceye Dyelo berbicara justru tentang prinsip-prinsip umum dan
tentang tugas-tugas umum seluruh Partai. Tak diragukan lagi bahwa dalam
praktek terjadi hal-hal dimana politik betul-betul harus mengikuti
ekonomi, tetapi hanyalah kaum ekonomis yang dapat berbicara tentang hal
itu dalam sebuah resolusi yang diperuntukan seluruh Rusia. Memang juga
terjadi hal-hal dimana dapat dilakukan agitasi politik “sejak awal
mula” “semata-mata atas dasar ekonomi”: namun Raboceye Dyelo akhirnya
sampai pada fikiran bahwa “hal ini tidak perlu sama sekali” (dua
Kongres, hal.11). dalam bab yang akan datang, akan kami tunjukkan bahwa
taktik para “politikus” dan kaum revolusioner bukan hanya tidak
mengabaikan tugas-tugas trade-unionis dari sosial demokrasi, tetapi
bahawa, sebaliknya, hanya taktik itu sajalah yang dapat menjamin
penunaian tugas-tugas ini secara konsekwen.
[61] Zemski Nacalnik— penguasa desa di
Rusia tsar yang diangkat dari bangsawan tuan tanah dan yang menjalankan
wewenang administrasi serta kehakiman.
[62] Bund—Serikat Buruh Umum Yahudi
Lithuania, Polandia dan Rusia. Didirikan dalam tahun 1897,
mempersatukan terutama tukang-tukang kerajinan-tangan Yahudi di
daerah-daerah barat Rusia. Bund masuk PBSDR dalam Kongres ke I PBSDR
pada bulan Maret 1898. dalam Kongres ke II PBSDR utusan-utusan Bund
menuntut supaya organisasi mereka diakui sebagai satu-satunya wakil
proletariat Yahudi. Kongres menolak nasionalisme di bidang organisasi
ini, sesudah mana Bund keluar dari Partai.
Dalam tahun 1906, sesudah Kongres ke IV (“Persatuan”), Bund masuk lagi menjadi anggota PBSDR. Kaum Bundis senantiasa mendukung kaum Menshevik dan melakukan perjuangan yang terus-menerus menentang kaum Bolshevik. Walaupun secara formal tergabung dalam PBSDR, namun Bund merupakan suatu organisasi yang bersifat nasionalis-borjuis. Bertentangan dengan tuntutan program kaum Bolshevik akan hak bangsa menentukan nasib sendiri, Bund mengajukan tuntutan otonomi kebudayaan-nasional. Selama Perang Dunia I 1914-1918 kaum Bundis berdiri di pihak sosial-sovinisme; pada tahun 1917 Bund mendukung Pemerintah Sementara kontra-revolusioner, berjuang di pihak musuh-musuh Revolusi Sosialis Oktober.selama Perang Dalam Negeri kaum Bundis yang terkemuka menyatukan diri dengan kekuatan kontra-revolusi. Bersamaan dengan itu di kalangan anggota biasa Bund mulai terjadi perubahan yang menuntungkan kerjasama dengan kekuasaan Soviet. Baru ketika kemenangan diktatur proletariat atas kontra-revolusi dalam negeri dan kaum intervensionis asing nampak jelas, Bund menyatakan bahwa ia melepaskan perjuangannya menentang kekuasaan Sovyet. Pada bulan Maret 1921 Bund membubarkan diri, sebagian anggotanya masuk PKR (B) dengan cara biasa. Di antara orang-orang Bundis yang masuk Partai terdapat orang-orang bermuka dua yang masuk Partai dengan tujuan menggerogoti Partai dari dalam; sesudah itu mereka diblejeti sebagai musuh rakyat.
Dalam tahun 1906, sesudah Kongres ke IV (“Persatuan”), Bund masuk lagi menjadi anggota PBSDR. Kaum Bundis senantiasa mendukung kaum Menshevik dan melakukan perjuangan yang terus-menerus menentang kaum Bolshevik. Walaupun secara formal tergabung dalam PBSDR, namun Bund merupakan suatu organisasi yang bersifat nasionalis-borjuis. Bertentangan dengan tuntutan program kaum Bolshevik akan hak bangsa menentukan nasib sendiri, Bund mengajukan tuntutan otonomi kebudayaan-nasional. Selama Perang Dunia I 1914-1918 kaum Bundis berdiri di pihak sosial-sovinisme; pada tahun 1917 Bund mendukung Pemerintah Sementara kontra-revolusioner, berjuang di pihak musuh-musuh Revolusi Sosialis Oktober.selama Perang Dalam Negeri kaum Bundis yang terkemuka menyatukan diri dengan kekuatan kontra-revolusi. Bersamaan dengan itu di kalangan anggota biasa Bund mulai terjadi perubahan yang menuntungkan kerjasama dengan kekuasaan Soviet. Baru ketika kemenangan diktatur proletariat atas kontra-revolusi dalam negeri dan kaum intervensionis asing nampak jelas, Bund menyatakan bahwa ia melepaskan perjuangannya menentang kekuasaan Sovyet. Pada bulan Maret 1921 Bund membubarkan diri, sebagian anggotanya masuk PKR (B) dengan cara biasa. Di antara orang-orang Bundis yang masuk Partai terdapat orang-orang bermuka dua yang masuk Partai dengan tujuan menggerogoti Partai dari dalam; sesudah itu mereka diblejeti sebagai musuh rakyat.
[*4] Kata-kata asli dalam brosur Dua Kongres, halm 31,32, 23, dan 30.
[*5] Dua Kongres, hal 32
[63] Tuan dan Nyonya Webb—yang dimaksud ialah Demokrasi Industri dari Sidney Webb dan Beatrice Webb.
[*6] Raboceye Dyelo No.10 hal 60. Ini
adalah variasi Martinov untuk penerapan pada keadaan gerakan kita yang
kacau-balau sekarang ini tesis: “Setiap langkah gerakan yang nyata
lebih penting daripada selusin program”, yang sudah kita karakterisasi
diatas. Sebenarnya ini hanyalah suatu terjemahan ke dalam bahasa Rusia
dari kata-kata Bernsteinis yang terkenal busuk itu ialah: “Gerakan
adalah segala-galanya, tujuan terakhir bukanlah apa-apa”.
[*7] Hal. 43: “sudah barang tentu, jika kami menganjurkan agara kaum buruh mengajukan tuntutan-tuntutan ekonomi
tertentu kepada pemerintah, hal itu kami lakukan karena di bidang
ekonomi pemerintah otokrasi bersedia, karena perlu, memberi
konsesi-konsesi tertentu”
[*8] Semua yang serupa!—Red
[*9] Lihat Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 5, hlm. 231-251--Red
[*10] Rabocaya Misl, Lampiran Khusus, hlm. 14.
[64] V. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Moskow, 1946, Jilid 4, hlm. 388-393
[*11] Tuntutan untuk "memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri" dengan sangat menyolok menyatakan pemujaan kepada spontanitas di bidang aktivitas politik. Sering sekali perjuangan ekonomi secara spontan
memperoleh watak politik, yaitu tanpa campur tangan "baksil-baksil
revolusioner--intelijensia", tanpa campur tangan kaum sosial-demokrat
yang berkesadaran. Misalnya, perjuangan ekonomi kaum buruh Inggris juga
memperoleh watak politik tanpa campur tangan apapun dari kaum
sosialis. Tetapi tugas-tugas kaum sosial-demokrat tidak selesai dengan
agitasi politik atas dasar ekonomi; tugas mereka ialah mengubah politik trade-unionis menjadi perjuangan politik sosial-demokratis, menggunakan percikan-percikan kesadaran politik, yang ditimbulkan oleh perjuangan ekonomi di kalangan kaum buruh , untuk meningkatkan
kaum buruh ke taraf kesadaran politik sosial-demokratis. Tetapi
orang-orang sebangsa Martinov itu bukannya meningkatkan dan mendorong
kesadaran politik yang bangkit secara spontan, tetapi menyembah spontanitas
dan mengulang-ulangi, sering mengulang-ulangi sampai mual, bahwa
perjuangan ekonomi "menyadarkan" kaum buruh akan keadaan mereka yang
tanpa hak-hak politik. Celaka, tuan-tuan, kesadaran politik
trade-unionis yang bangkit secara spontan tidak "menyedarkan" tuan-tuan
akan tugas-tugas sosial-demokratis tuan-tuan!
[*12] Untuk membuktikan bahwa seluruh pembicaraan
buruh kepada orang-orang ekonomis ini bukan isapan jempol, kami
sebutkan dua saksi yang tidak diragukan lagi langsung mengetahui
gerakan buruh dan yang sedikit pun tidak cenderung memihak kami kaum
"dogmatis", karena saksi yang satu adalah seorang ekonomis (yang bahkan
menganggap Raboceye Dyelo sebagai organ politik!) dan yang
lainnya seorang teroris. Saksi pertama adalah seorang penulis suatu
artikel yang sangat jujur dan hidup berjudul "Gerakan buruh Petersburg
Dan Tugas-Tugas Praktis Sosial-Demokrasi", dimuat dalam Raboceye Dyelo
No. 6 . Dia membagi kaum buruh menjadi 10 kaum buruh yang berkesedaran;
2) lapisan tengah dan 3) massa selebihnya. Nah, lapisan tengah ini
"sering lebih menaruh minat pada soal-soal kehidupan politik daripada
kepentingan-kepentingan ekonomi terdekat mereka sendiri, yang
hubungannya dengan syarat-syarat sosial yang umum telah lama
dimengerti"……Rabocaya Misl "dikritik dengan pedas": "ia terus
mengulang-ulangi yan gitu-itu juga, hal-hal lama yang sudah kita
ketahui, yang sudah lama kita baca". "Lagi-lagi tak ada apa-apa dalam
tinjauan politik!" (Hlm. 30-31). Tetapi lapisan yang ketiga pun, "massa
buruh yang lebih muda dan lebih peka, yang kurang dibejatkan oleh
kedai minuman dan gereja, yang hampoir tidak mempunyai kesempatan untuk
mendapat literatur politik, memperbincangkan gejala-gejala kehidupan
politik secara melantur-lantur dan merenungkan berita-berita yang
sepotong-potong tentang kerusuhan mahasiswa", dsb. Si teroris itu
menulis sebagai berikut: "….Mereka membaca sekali atau dua kali tentang
tetek-bengek kehidupan pabrik di kota-kota lain, bukan di kota-kota
mereka sendiri, dan kemudian mereka tidak akan membaca lagi…..
Membosankan…..Tidak berbicara apa-apa dalam surat kabar kaum buruh
tentang negara…..berarti menganggap buruh sebagai anak kecil….Buruh
bukanlah bayi" (Swoboda, diterbitkan oleh group Sosialis Revolusioner, hlm. 69 dan 70).
[*13] Martinov "membayangkan dilema lain yang lebih realistis (?)" (Sosial-Demokrasi Dan Klas Buruh,
hlm. 19): "Sosial-demokrasi mengambil alih pimpinan langsung atas
perjuangan ekonomi proletariat dan dengan itu (!) mengubahnya menjadi
perjuangan klas revolusioner"…. "dengan itu", yaitu rupanya dengan
pimpinan langsung atas perjuangan ekonomi. Dapatkah Martinov menyebutkan
satu contoh dimana pimpinan atas perjuangan keindustrian saja telah
berhasil dalam mengubah gerakan trade-unionis menjadi gerakan klas
revolusioner? Apakah dia tidak dapat mengerti bahwa untuk melaksanakan
"pengubahan" ini kita harus aktif memegang "pimpinan langsung" atas
agitasi politik yang meliputi segala segi?…."Atau perspektif
lain: sosial-demokrasi tidak memegang pimpinan atas perjuangan ekonomi
kaum buruh dan dengan begitu ….menggunting sayapnya sendiri"…..Menurut
pendapat Raboceye Dyelo, yang dikutip di atas, Iskralah yang "tidak memegang pimpinan itu". Akan tetapi telah kita lihat bahwa Iskra berbuat jauh lebih banyak untuk memimpin perjuangan ekonomi daripada "Raboceye Dyelo", dan lagi ia tidak membatasi diri pada ini saja dan tidak mempersempit tugas-tugas politiknya untuk kepentingan ini.
[*14] Yang dimaksud ialah demonstrasi-demonstrasi
besar di jalan-jalan yang dimulai dalam musim semi tahun 1901.
(Catatan penulis pada edisi tahun 1907.--Red.)
[*15]Misalnya selama Perang Prancis-Prusia (Jerman), Liebnecht mendiktekan program aksi untuk seluruh demokrasi --dan lebih-lebih lagi dilakukan oleh Marx dan Engels dalam tahun 1848.
[*16] Pada hakekatnya, sebenarnya. --Red.
[65] Yaitu Kongres Perseriaktan Kaum Sosial-Demokrat Rusia Di Luar Negeri.
[66] Keadaan Zemstwo-- yang dimaksud
aktivitas-aktivitas Zemstwo, badan pemerintahan setempat di Rusia
sebelum revolusi, yang semata-mata mengurus soal-soal setempat mengenai
penduduk desa (membuat jalan, membangun rumah sakit dan sekolah,
dsb.). Peranan yang berdominasi dalam Zemstwo dimainkan oleh tuan
tanah.
[*17] Betapa sederhana dan naifnya--Red.
[67] W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 5, hlm. 9-10.
[68] Iskra No. 7 (Agustus 1901), dalam
rubrik "Kronik Gerakan Buruh dan Surat Dari Pabrik Dan Kilang" memuat
sepucuk surat dari seorang buruh tenun yang menunjukkan maha besarnya
pengaruh Iskra Lenin atas kaum buruh yang maju. Penulis surat tersebut
mengatakan:
"….Saya tunjukkan Iskra kepada banyak kawan sekerja dan seluruh nomor Iskra itu dibaca sampai koyak-koyak; tetapi kami sangat menghargainya…. Iskra menulis tentang usaha kita sendiri, tentang usaha seluruh Rusia yang tak dapat dinilai dengan kopek atau diukur dengan jam kerja; bila kita membaca surat kabar itu menjadi mengertilah kita mengapa gendarme-gendarme dan polisi takut kepada kita kaum buruh dan kepada kaum intelektual yang kita ikuti. Mereka, sungguh-sungguh, tidak hanya membuat gemetar majikan-majikan demi pundi-pundi mereka, tetapi juga menggentarkan tsat, para majikan dan lain-lainya….. Sekarang tak akan sulit untuk membakar rakyat rakyat pekerja. Yang dibutuhkan ialah percikan api untuk mengobarkan api yang sudah membra di kalangan rakyat. Wah, betapa tepatnya kata-kata 'percikan api akan mengobarkan nyala api'….Dulu setiap pemogokan merupakan peristiwa, tetapi kini setiap orang melihat bahwa pemogokan-pemogokan saja tidaklah cukup, bahwa sekarang kita harus berjuang untuk kemerdekaan, merebutnya dengan sekuat tenaga. Kini, semua orang, tua dan muda, ingin membaca, tetapi sedihnya buku-buku tidak ada. Hari minggu yang lalu saya mengumpulkan sebelas orang dan membacakan kepada mereka 'Dari Mana Mulai?', dan kami mendiskusikannya sampai malam. Betapa tepatnya ia menyatakan segala sesuatunya, betapa ia mengenal betul inti sesuatunya….. Dan kami ingin menulis sepucuk surat kepada Iskra saudara untuk minta kepada saudara supaya mengajar kami tidak hanya bagaimana mulai, tetapi juga bagaimana hidup dan bagaimana mati".
"….Saya tunjukkan Iskra kepada banyak kawan sekerja dan seluruh nomor Iskra itu dibaca sampai koyak-koyak; tetapi kami sangat menghargainya…. Iskra menulis tentang usaha kita sendiri, tentang usaha seluruh Rusia yang tak dapat dinilai dengan kopek atau diukur dengan jam kerja; bila kita membaca surat kabar itu menjadi mengertilah kita mengapa gendarme-gendarme dan polisi takut kepada kita kaum buruh dan kepada kaum intelektual yang kita ikuti. Mereka, sungguh-sungguh, tidak hanya membuat gemetar majikan-majikan demi pundi-pundi mereka, tetapi juga menggentarkan tsat, para majikan dan lain-lainya….. Sekarang tak akan sulit untuk membakar rakyat rakyat pekerja. Yang dibutuhkan ialah percikan api untuk mengobarkan api yang sudah membra di kalangan rakyat. Wah, betapa tepatnya kata-kata 'percikan api akan mengobarkan nyala api'….Dulu setiap pemogokan merupakan peristiwa, tetapi kini setiap orang melihat bahwa pemogokan-pemogokan saja tidaklah cukup, bahwa sekarang kita harus berjuang untuk kemerdekaan, merebutnya dengan sekuat tenaga. Kini, semua orang, tua dan muda, ingin membaca, tetapi sedihnya buku-buku tidak ada. Hari minggu yang lalu saya mengumpulkan sebelas orang dan membacakan kepada mereka 'Dari Mana Mulai?', dan kami mendiskusikannya sampai malam. Betapa tepatnya ia menyatakan segala sesuatunya, betapa ia mengenal betul inti sesuatunya….. Dan kami ingin menulis sepucuk surat kepada Iskra saudara untuk minta kepada saudara supaya mengajar kami tidak hanya bagaimana mulai, tetapi juga bagaimana hidup dan bagaimana mati".
[*18] Dan dalam jarak waktu di antara
artikel-artikel ini Iskra (No. 3) memuat sebuah artikel yang khusus
membicarakan antagonisme-antagonisme klas di desa kita. (W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 394-401.--Red).
[*19] W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 388-393--Red.
[69] W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 4, hlm. 394-401.
[70] Ibid, Jilid 5, hlm. 78-83.
[71] Ibid, hlm. 84-85.
[72] Rossiya (Rusia)--surat kabar liberal modera; terbit di Petersburg dari tahun 1899 sampai tahun 1902.
[73] W. I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Moslow, 1946, Jilid 5, hlm. 71-72.
[*20] Di sini juga terdapat penunjukan kepada
“keadaan Rusia yang konkrit yang secara fatal mendorong gerakan buruh ke
jalan revolusioner”. Tetapi orang-orang ini tidak mau mengerti bahwa
jalan revolusioner gerakan buruh bisa juga bukan jalan
sosial-demokratis! Ketika absolutisme berkuasa, seluruh borjuasi Eropa
Barat ‘mendorong”, dengan sengaja mendorong, kaum buruh ke jalan
revolusi. Akan tetapi kita kaum sosial-demokrat tak dapat puas dengan
ini. Dan jika kita, dengan jalan apapun juga, memerosotkan politik
sosial-demokratis ke tingkat trade-unionis yang spontan, maka kita
dengan demikian menguntungkan demokrasi borjuis.
[74] S. Petersburgskiye Wyedomosti (Berita Petersburg)—surat
kabar yang mulai terbit di Petersburg pada tahun 1728 sebagai
kelanjutan surat kabar Rusia yang pertama Wyedomosti, yang didirikan
pada tahun 1703. dari tahun 1728 sampai tahun 1874 S. Petersburgskiye Wyedomosti
diterbitkan oleh Akademi Ilmu dan dari tahun 1875 dan seterusnya oleh
Kementerian Pendidikan. Surat kabar itu terus terbit sampai akhir tahun
1917.
[75] L. Brentano—seorang ahli ekonomi
borjuis Jerman, menganjurkan apa yang dinamakan “sosialisme negara”,
yang mencoba membuktikan kemungkinan mencapai persamaan sosial di dalam
rangka kapitalisme dengan megnadakan reform-reform dan mendamaikan
kepentingan-kepentingan kaum kapitalis dengan kepentingan-kepentingan
kaum buruh. Dengan menggunakan kata-kata Marxis sebagai selimut,
Brentano beserta pengikut-pengikutnya berusaha mengebawahkan gerakan
klas buruh kepada kepentingan-kepentingan borjuasi.
IV
Kerajinan-Tanganisme (Keprimitifan) Kaum Ekonomis dan Organisasi Kaum Revolusioner
Pernyataan-pernyataan Raboceye Dyelo—yang telah kita
analisa di atas—bahwa perjuangan ekonomi merupakan cara agitasi politik
yang paling luas dapat digunakan dan bahwa tugas kita sekarang ialah
memberi watak politik kepada perjuangan ekonomi itu sendiri, dsb,
mengungkapkan pandangan picik tidak hanya mengenai tugas-tugas politik
kita, tetapi juga mengenai tugas-tugas keorganisasian kita.
“Perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan pemerintah” sekali-kali
tidaklah memerlukan—dan karenanya perjuangan demikian itu tidak akan
bisa melahirkan—suatu organisasi se-Rusia yang terpusat yang akan
mengkombinasikan dalam satu serangan umum semua dan setiap manifestasi
oposisi politik, protes dan kemarahan, suatu organisasi yang akan
terdiri dari kaum revolusioner professional yang dipimpin oleh
pemimpin-pemimpin politik sejati seluruh rakyat. Ini jelas. Watak
organisasi apa saja sewajarnya dan tak dapat tidak ditentukan oleh isi
aktivitasnya. Karena itu Raboceye Dyelo, dengan
pernyataan-pernyataannya seperti dianalisa di atas, menguduskan dan
mensahkan bukan hanya kepicikan aktivitas politik, melainkan juga
kepicikan pekerjaan keorganisasian. Dalam hal ini pun, seperti
biasanya, Raboceye Dyelo merupakan organ yang kesedarannya
menyerah kepada spontanitas. Namun pemujaan kepada bentuk-bentuk
organisasi yang berkembang secara spontan, tidak adanya kesedaran betapa
sempit dan primitifnya pekerjaan keorganisasian kita, betapa kita
masih merupakan “tukang kerajinan-tangan” di bidang yang penting ini,
tidak adanya kesadaran ini, saya katakan, merupakan penyakit yang
sungguh-sungguh menghinggapi gerakan kita. Ini bukanlah penyakit yang
terdapat dalam proses kemerosotan, tetapi tentu saja penyakit yang
terdapat dalam proses pertumbuhan. Tetapi justru sekaranglah, pada
waktu gelombang kemarahan spontan, boleh dikatakan, melanda kita, para
pemimpin dan organisator gerakan, bahwa teristimewa perlu dilakukan
perjuangan yang paling tak terdamaikan terhadap segala pembelaan atas
keterbelakangan, terhadap segala legalitas kepicikan dalam soal ini, dan
terisitimewa pula perlu menimbulkan pada setiap orang yang ambil
bagian dalam pekerjaan praktis atau yang sedang bersiap-siap memulai
pekerjaan itu, rasa tidak puas dengan kerajinan-tanganisme yang berdominasi di kalangan kita dan tekad yang teguh untuk membebaskan diri dari kerajinan-tanganisme itu.
A. APAKAH KERAJINAN-TANGANISME (KEPRIMIFAN) ITU?
Akan kita coba menjawab pertanyaan ini dengan memberikan gambaran
singkat tentang aktivitas suatu lingkaran sosial-demokrat yang khas
pada tahun-tahun 1894-1901. Sudah kita sebutkan tentang kegairahan pada
Marxisme yang melanda pemuda pelajar pada periode itu. Tentu saja
kegairahan ini tidak hanya menyangkut atau bahkan tidak begitu banyak
menyangkut Marxisme sebagai suatu teori, tetapi sebagai suatu jawaban
kepada pertanyaan; “apa yang harus dikerjakan?”; sebagai suatu seruan
untuk memulai pertempuran melawan musuh. Dan pejuang-pejuang baru ini
pergi ke pertempuran dengan perlengkapan dan latihan yang luar biasa
primitifnya. Dalam banyak hal, mereka bahakan hampir tidak mempunyai
perlengkapan apapun dan tak ada latihan sama sekali. Mereka pergi
berperang seperti petani-petani dari membajak, hanya bersenjatakan
pentung. Suatu lingkaran mahasiswa yang tidak mempunyai hubungan apapun
dengan aktivis-aktivis lama gerakan, tak mempunyai hubungan apapun
dengan lingkaran di distrik-distrik lain, atau bahkan di bagian-bagian
lain kota yang sama (atau dengan perguruan-perguruan lain), tanpa
pengorganissian berbagai pekerjaan revolusioner apapun, tidak mempunyai
rencana aktivitas yang sistematisyang meliputi sesuatu jangka waktu,
mengadakan hubungan-hubungan dengan kaum buruh dan mulai bekerja.
Lingakran itu berangsur-angsur meluaskan propaganda dan agitasinya;
dengan aktivitas-aktivitasnya ia memperoleh simpati dari
lapisan-lapisan buurh yang agak besar dan dari segolongan tertentu
masyarakat terpelajar, yang memberikan kepadanya uang dan dari kalangan
mana “komite” mendapatkan grup-grup pemuda baru. Daya tarik komite
(atau Liga Perjuangan) tumbuh, ruang lingkup aktivitasnya menjadi
semakin luas dan ia memperluas aktivitas ini secara spontan sepenuhnya;
orang-orang itu juga yang setahun atau beberapa bulan yang lalu
berbicara dalam pertemuan-pertemuan lingkaran mahasiswa itu dan
memecahkan soal: “Ke Mana?”, yang mengadakan dan memelihara hubungan
dengan kaum buruh, menulis dan mengeluarkan surat-surat sebaran,
sekarang mengadakan hubungan dengan grup-grup lain dari kaum
revolusioner, memperoleh literatur, mulai bekerja untuk untuk
menerbitkan surat-surat kabar lokal, mulai berbicara tentang tentang
mengorganisir demonstrasi, dan akhirnya memulai aksi permusuhan terbuka
(aksi permusuhan terbuka ini, menurut keadaan bisa mengambil bentuk
penerbitan surat sebaran agitasi yang mula pertama, atau nomor pertama
surat kabar, atau penyelenggaraan demonstrasi yang pertama kali).
Dan biasanya aksi-aksi yang mula pertama itu segera berkhir dengan
kegagalan total. Segera dan total justru karena aksi-aksi permusuhan
terbuka ini bukan merupakan hasil rencana yang sistematis dan
dipikirkan masak-masak sebelumnya serta dipersiapkan secara
berangsur-angsur untuk perjuangan jangka panjang dan gigih, tetapi
semata-mata hasil pertumbuhan spontan dari pekerjaan lingakran yang
tradisional; karena polisi, sudah sewajarnya, hampir selalu tahu
pemimpin utama gerakan setempat, karena mereka sudah “mendapat nama
baik” untuk dirinya sendiri pada masa sekolahnya, dan polisi hanya
menantikan saat yang paling baik baginya untuk melakukan penggrebekan,
dengan sengaja memeberikan waktu yang cukup kepada lingkaran itu untuk
tumbuh dan berkembang sehingga polisi mendapatkan suatu corpus delicti [*21]
yang nyata dan selalu dengan sengaja membiarkan beberapa orang yang
mereka kenal tetap bebas untuk berlaku sebagai “pembiak-pembiak” (yang,
setahu saya, adalah istilah teknik yang dipakai baik oleh orang-orang
kita maupun oleh gendarme). Orang tidak bisa tidak membandingkan perang
macam ini dengan perang yang dilakukan oleh segerombolan petani, yang
bersenjatakan pentungan, melawan pasukan-pasukan tentara modern. Dan
orang hanya dapat mengagumi daya hidup gerakan yang berkembang, tumbuh
dan memperoleh kemenangan-kemenangan meskipun tanpa latihan sama sekali
di kalangan para pejuangnya. Benar bahwa dilihat dari sudut sejarah,
keprimitifan perlengkapan itu bukan hanya tidak terhindarkan mula-mula,
tetapi bahkan sah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
pejuang-pejuang secara luas. Tetapi begitu operasi-operasi perang yang
serius mulai (dan operasi-operasi ini sebenarnya sudah mulai dengan
pemogokan-pemogokan pada musim panas tahun 1896), maka
kekurangan-kekurangan dalam organisasi-organisasi tempur kita semakin
terasa. Walaupun mula-mula kebingungan dan membuat beberapa kesalahan
(misalnya, seruannya kepada masyarakat yang melukiskan
perbuatan-perbuatan jahat kaum sosialis, atau pembuangan kaum buruh
dari ibukota ke pusat-pusat industri daerah), tetapi pemerintah dengan
cepat sekali menyesuaikan diri dengan keadaan baru perjuangan dan
berhasil menyebarkan detasemen-detasemen agen provokator, mata-mata dan
gendarmenya yang dilengkapi dengan sempurna. Pogrom [76] menjadi begitu
sering, menimpa begitu banyak orang dan menyapu begitu habis-habisan
lingkaran-lingkaran setempat sehingga massa buruh betul-betul
kehilangan semua pemimpin mereka, gerakan menjadi bersifat luar biasa
sporadisnya dan mejadi sama-sekali tak mungkin untuk menegakkan
kontinuitas dan kesinambungan dalam pekerjaan. Sangat
terpencar-pencarnya para aktivis setempat, sifat kebetulan keanggotaan
lingkaran, ketiadaan pendidikan dalam soal-soal teori, politik dan
organisasi dan pandangan-pandangan yang picik mengenai soal-soal
tersebut, kesemuanya ini adalah akibat yang tak terelakkan dari
keadaan-keadaan seperti yang dilukiskan di atas. Keadaan telah sampai
begitu rupa sehingga di beberapa tempat kaum buruh, karena pada kita
kurang daya tahan dan kekonspiratifan, mulai kehilangan kepercayaan
kepada intelijensia dan menjauhi mereka; kaum intelektual, kata mereka,
terlalu sembrono sehingga memberi kesempatan kepada polisi untuk
melakukan penggrebekan!
Siapapun yang sedikit saja mengenal gerakan, mengetahui bahwa semua
orang sosial-demokrat yang berpikir akhirnya mulai memandang
kerajinan-tanganisme ini sebagai suatu penyakit. Tetapi supaya pembaca
yang tak mengenal gerakan tidak akan berpikir bahwa kami
“mengarang-ngarang” suatu tingkat khusus atau suatu penyakit khusus
gerakn itu, maka kami akan ajukan sekali lagi saksi yang sudah kami
sebut. Kami mengharap hendaknya dimaafkan atas panjangnya kutipan ini.
“Kalau peralihan berangsur-angsur ke aktivitas praktis yan lebih luas”, tulis B—v dalam Raboceye Dyelo
No. 6, “suatu peralihan yang langsung bergantung pada masa peralihan
umum yang sekarang sedang dilalui gerakan buruh Rusia, adalah sautu ciri
khas…maka ada ciri lain lagi yang tidak kurang menariknya dalam
mekanisme umum revolusi kaum buruh Rusia. Yang kita maksudkan ialah kekurangan secara umum akan kekuatan-kekuatan revolusioner yang cocok untuk aksi [*22]
yang terasa tidak hanya di Petersburg, tetapi juga di seluruh Rusia.
Dengan kehidupan kembali secara umum gerakan, perkembangan umum massa
buruh, semakin sseringnya pemogokan-pemogokan, dan dengan perjuangan
massa buruh yang kian lama kian menjadi terbuka, yang memperhebat
penguberan, penangkapan, pengasingan dan pembuangan oleh pemerintah, maka
kekurangan akan kekuatan revolusioner yang sangat trampil ini menjadi
semakin menyolok dan tiada ragu lagi, tidak bisa tidak mempengaruhi
kedalaman serta sifat umum gerakan. Banyak penogokan terjadi tanpa
pengaruh yang kuat dan langsung dari organsasi-organisasi
revolusioner…… Kekurangan akan surat sebaran agitasi dan literatur
ilegal terasa… Lingkaran-lingkaran buruh dibiarkan tanpa agitator….. Di
samping itu, terus-menerus mengalami kekurangan dana keuangan. Pendek
kata, pertumbuhan gerakan buruh melampaui pertumbuhan dan perkembangan organisasi-organisasi revolusioner.
Dalam jumlah kekuatan kaum revolusioner yang aktif terlalu kecil untuk
memusatkan dalam tangan mereka sendiri pengaruh atas seluruh massa
buruh yang resah, atau untuk memberikan kepada keresahan ini walau
sedikit saja keterkoordinasian dan keterorganisasian…..
Lingkaran-lingkaran yang terpisah-pisah dan kaum revolusioner
orang-seorang tidak dihimpun dan dipersatukan, dan tidak merupakan satu
organisasi yang kuat dan berdisiplin dengan pengembangan
bagian-bagiannya secara berencana”… Dan setelah mengakui bahwa
pemunculan segera lingakran-lingkaran baru menggantikan
lingkaran-lingkaran yang sudah dibubarkan itu ‘hanyalah membuktikan
daya hidup gerakan… tetapi tidak membuktikan adanya cukup jumlah
aktivis revolusioner yang sepenuhnya cocok”, penulis menyimpulkan
demikian; “Tidak adanya latihan praktis di kalangan kaum revolusioner
Petersburg terlihat dalam hasil-hasil pekerjaan mereka.
Pemeriksaan-pemeriksaan pengadilan baru-baru ini, terutama pemeriksaan
atas grup Pembebasan Diri dan grup Perjuangan Kerja Melawan Kapital
[77], dengan jelas menunjukkan bahwa agitator muda, yang tidak mengenal
secara mendetail syarat-syarat kerja dan karenanya juga tidak mengenal
syarat-syarat dimana agitasi dapat dilakukan di sebuah pabrik
tertentu, tidak tahu prinsip-prinsip konspirasi dan hanya mengerti
pandangan-pandangan umum ssosial-demokrasi” (apakah dia mengerti?),
“dapat melakukan pekerjaannya mungkin selama empat, lima atau enam
bulan. Kemudian datanglah penangkapan-penangkapan, yang seringkali
mengakibatkan kehancuran seluruh organisasi atau setidak-tidaknya
sebagian dari organisasi itu. Karena itu timbullah pertanyaan, dapatkah
grup itu melakukan aktivitas yang berhasil baik dan produktif jika
usianya dihitung dengan bulanan?….. Jelaslah, kekurangan-kekurangan
dari organisasi-organsasi yang ada itu tak dapat dikatakan sepenuhnya
disebabkan oleh periode peralihan… Jelaslah, segi kwantitas dan
terutama segi kwalitas organisasi-organisasi yang aktif di sini
memainkan peranan yang tidak kecil, dan tugas pertama kaum
sosial-demokrat kita…… haruslah secara nyata menggabungkan organisasi-organisasi itu dan menseleksi anggota-anggotanya secara ketat”.
B. KERAJINAN-TANGANISME DAN EKONOMISME
Kita sekarang harus membicarakan suatu soal yang pasti sudah timbul
dalam pikiran setiap pembaca. Dapatkah diadakan hubungan antara
kerajinan-tanganisme, suatu penyakit pertumbuhan yang menghinggapi seluruh gerakan, dengan ekonomisme, yang merupakan salah satu
aliran dalam sosial-demokrasi Rusia? Kita rasa dapat. Ketiadaan
latihan praktis, ketiadaan kecakapan untuk melakukan semua pekerjaan
keorganisasian memang umum bagi kita semua, termasuk mereka
yang sejak semula telah mempertahankan Marxisme revolusioner dengan
teguh. Dan tentu saja seandainya hanya ketiadaan latihan praktis saja,
maka tak seorangpun bisa menyalahkan pekerja praktis. Tetapi kecuali
ketiadaan sesuatu yang lain: ia berarti ruang lingkup yang sempit dari
semua pekerjaan revolusioner pada umumnya, ketidakmengertian bahwa
suatu organisasi yang baik dari kaum revolusioner tak dapat dibangun
atas dasar aktivitas yang sempit itu, dan akhirnya –dan yang paling
penting – ia berarti percobaan-percobaan untuk membenarkan kesempaitan
ini dan untuk mengangkatnya ke suatu “teori” khusus, yaitu pemujaan
kepada spontanitas dalam soal ini juga. Sekali percobaan-percobaan
demikian itu menampakkan diri, niscayalah kerajinan-tanganisme itu
berhubungan dengan ekonomisme dan kita tak akan melenyapkan kesempitan
aktivitas organisasi kita ini sebelum kita melenyapkan ekonomisme pada
umumnya (yaitu, pengerrtian picik tentang teori Marxis, tentang peranan
sosial demokrasi dan tentang tugas-tugas politiknya). Dan
percobaan-percobaan ini nempak dalam dua jurusan. Ada yang mulai
berkata: massa buruh sendiri belum mengajukan tugas-tugas politik yang
luas dan militan yang sedang dicoba “dipaksakan” kepada mereka oleh
kaum revolusioner; mereka masih harus berjuang untuk tuntutan-tuntutan
politik yang terdekat, melakukan “perjuangan ekonomi melawan
majikan dan pemerintah" [*23](dan sudah sewajarnya, sesuai dengan
perjuangan ini yang “mudah dimengerti” oleh gerakan massa mestilah ada
organisasi yang akan “mudah dimengerti” bahkan ada pemuda yang paling
tidak terlatih). Lainnya lagi, jauh dari segala macam
“beberangsur-angsuran”, mulai berkata: adalah mungkin dan perlu
“melakukan revolusi politik”, tetapi untuk itu tidak diperlukan
pembangunan suatu organisasi kuat kaum revolusioner guna mendidik
proletariat dalam perjuangan yang tabah dan gigih. Untuk itu cukuplah
kalau kita semua mememgang pentung kayu yang sudah kita kenal dan “mudah
dipakai”. Berbicara tanpa kiasan ini berarti –kita harus
mengorganisasi pemogokan [*24] umum, atau kita harus mendorong kemajuan
yang “kersang” dari gerakan buruh dengan jalan “teror yang merangsang"
[25]. Kedua aliran ini, kaum oportunis dan kaum “revolusionis”,
menyerah kepada kerajinan –tanganisme yang sedang berdominasi:
kedua-duanya tidak percaya bahwa ia dapat dilenyapkan, kedua-duanya
tidak mengerti akan tugas praktis kita yang utama dan paling mendesak,
yaitu mendirikan suatu organisasi kaum revolusioner yang sanggup memelihara energi, kestabilan dan kontinuitas perjuangan politik.
Kita baru saha mengutip kata-kata B-v: pertumbuhan gerakan buruh
melampaui pertumbuhan dan perkembangan organisasi-organisasi
revolusioner”. “Ucapan yang berharga dari seorang pengamat dekat” ini
(komentar Rabocahaya Dyelomengenai artikel B-v) mempunyai
nilai yang rangkap bagi kita. Ia menunjukkanbahwa pendapat kita benar
yaitu bahwa sebab pokok krisis dalam sosial-demokrasi Rusia dewasa ini
ialah bahwa para pemimpin (para “ideologis”, kaum revolusioner, kaum sosial demokrat) terbelakang dari kebangkitan massa yang spontan. Ia menunjukkan bahwa semua argumen yang dikemukakan oleh para penulis surat ekonomis (dalam Iskra
No.12), oleh B. Kricevski dan oleh Martinov, mengenai bahwa meremehkan
arti unsur spontan, mengenai perjuangan sehari-hari yang boyak,
mengenai taktik-sebagai-proses, dsb., adalah justru pengagung-agungan
dan pembelaan terhadap kerajinan-tanganisme. Orang-orang ini yang tak
dapat mengucapkan kata “teoritikus” tanpa seringai yang menghina, yang
menamakan tekuk lutut mereka kepada tidak adanya secara umum pendidikan
dan keterbelakangan mereka sebagai suatu “perasaan akan kehidupan”,
dalam praktek menyingkapkan ketidakmengertian akan tugas-tugas praktis kita
yang paling mendesak. Kepada orang-orang yang ketinggalan mereka
berteriak: Berjalan serempak! Jangan lari mendahului! Kepada
orang-orang yang kurang energi dan inisiatif dalam pekerjaan
keorganisasian, tidak cukup mempunyai “rencana” untuk aktivitas yang
luas dan berani, mereka meneriakkan “taktitk sebagai proses”! Dosa
pokok kita ialah bahwa kita memerosotkan tugas-tugas politik dan keorganisasian
kita ke tingkat kepentingan-kepentingan “kongkrit”, langsung, yang
“nyata berwujud” dari perjuangan ekonomi sehari-hari; namun demikian
mereka terus menyanyikan kepada kita lagu lama: berikan watak politik
kepada perjuangan ekonomi itu sendiri. Kita katakan lagi: ini persis
sama dengan “perasaan akan kehidupan” yang diperlihatkan oleh pahlawan
dalam dongeng rakyat yang berteriak kepada suatu iring-iringan pemakan:
selama hari lahir!
Ingatlah keangkuhan yang tiada bangingnya, yang benar-benar seperti
“Narcissus" [78] dengan keangkuhan ma aorang-orang yang sok tahu ini
memberi kuliah kepada Plekhanov tentang “lingkaran-lingkaran kaum buruh pada umumnya” (sic!) “tak mampu menanggulangi tugas-tugas politik dalam arti kata yang sesungguhnya dan praktis, yaitu dalam arti perjuangan praktis yang efektif dan berhasil baik untuk tuntutan-tuntutan politik” (jawaban Rabocheye Dyelo,
hlm.24). Ada macam-macam lingkaran, tuan-tuan! Lingkaran-lingkaran
“tukang kerajinan tangan” tentu saja tak sanggup menanggulangi
tugas-tugas politik selama tukang-tukang kerajinan tangan itu belum
menyadari karajianan-tanganisme mereka dan membuangnya. Jika selain
itu, tukang-tukang kerajian tangan itu jatuh cinta pada
kerajinan-tanganisme mereka, jika mereka menulis kata “praktis” pasti
dalam kursif, dan membayangkan bahwa kepraktisan menuntut supaya
tugas-tugas mereka diturunkan ke taraf pengertian lapisan-lapisan massa
yang paling terbelakang, maka tentu saja tukang-tukang kerajinan
tangan itu tiada berpengharapan, dan memang tak dapat menanggulangi tugas-tugas politik apapun pada umumnya.
Tetapi lingkaran dari jago-jago seperti Alekseyev dan Mssykin,
Khalturin dan Zyelyabov sanggup menanggulanginya justru karena dan
sejauh pengkhotbahan mereka yang gairah mendapat sambutan di kalangan
massa yang bangkit secara spontan, dan energi mereka yang bergolak
disahut dan didukung oleh energi klas revolusioner. Plekhanov seribu
kali benar kerika ia tidak hanya menunjukkan bahwa tak terelakkannya
dan tak terhindarkannya kebangkitan yang sponta, tetapi juga ketika ia
meletakkkan di hadapan “lingkaran-lingkaran kaum buruh” pun tuga
politik besar dan luhur. Tetapi kalian menunjukkepada gerakan massa
yang telah timbul sejak waktu itu untuk memerosotkan tugas ini, untuk mempersempit energi dan ruang lingkup aktivitas “lingkaran-lingkran kaum buruh”.
Jika kalian bukan tukang-tukang kerajinan tangan yang jatuh cinta pada
kerajian-tanganisme kalian, lalu kalian itu apa? Kalian menyombongkan
diri dengan kepraktisan kalian tetapi kalian tidak melihat fakta yang
diketahui oleh setiap pekerja praktis Rusia, yaitu keajaiban-keajaiban
yang dapat dilaksanakan oleh energi tidak hanya dari
lingkaran-lingkaran tetapi juga dari orang-orang sendiri-sendiri dalam
usaha revolusi. Atau kalian berpendapat bahwa gerakan kita tak dapat
menghasilkan jago-jago seperti jago-jago pada tahun-tahun 70-an? Tetapi
mengapa? Karena kita kurang latihan? Tetatpi kita sedang melatih diri,
akan terus berlatih dan terlatih! Celakanya, betul lumut telah tumbuh
diatas permukaan air mandek “perjuangan ekonomi melawan majikan dan
pemerintah”: di kalangan kita telah muncul orang-orang yang sujud
menyembah spontanitas, memandang dengan takzimnya (sebagaimana
dinyatakan oleh plekhanov ) kepada “bokong” proletariat Rusia. Tetapi
kita akan dapat membebaskan diri dari lumut ini. Justru sekaranglah
kaum revolusioner Rusia, yang dibimbing oleh teori revolusioner sejati,
dengan menyandarkan diri pada klas revolusioner sejati dan yang
bangkit spontan, akhirnya –akhirnya!—dapat tegak lurus dan membentangkan
segenap kekuatan raksasanya. Untuk itu yang dibutuhkan hanyalah bahwa
massa pekerja praktis kita, dan massa orang yang lebih banyak lagi
yang merindukan pekerjaan praktis sejak masih duduk di bangku sekolah,
harus menyambut dengan cemooh dan ejekan setiap percobaan memerosotkan
tugas-tugas politik kita dan membatasi ruang lingkup pekerjaan
keorganisasian kita. Dan kita akan mencapai itu percayalah, tuan-tuan!
Dalam artikel “Dari Mana Kita Mulai?” saya menulis bertentangan dengan Rabocheye Dyelo:
“taktik agitasi dalam hubungan dengan sesuatu soal khusus, atau taktik
mengenai sesuatu detail dari organisasi partai bisa berubah dalam 24
jam, atau 24 bu7lan sekalipun, pandangan-pandangan mereka mengenai
apakah pada umumnya, selamanya dan mutlak, perlu mempunyai organisasi
militan dan melakukan agitasi politik di kalangan massa" [79]. Rabochaya Dyelo menjawab: “Ini, satu-satunyadari tuduhan-tuduhan Iskra yang katanya berdasarkan fakta-fakta, sama sekali tanpa alasan. Para pembaca Rabochaya Dyelo tahu
betul bahwa sejak semula kami tidak hanya menuntut agitasi politik,
dengan tidak menantikan terbitnya Iskra” … (dan bersamaan itu
mengatakan bahwa bukan hanya lingkaran-lingkaran kaum buruh “melainkan
juga gerakan massa buruh tak dapat memandang penggulingan absolutisme
sebagai tugas politiknya yang utama”, tetapi hanya perjuangan untuk
tuntutan-tuntutan politik yang terdekat, dan bahwa “massa mulai
mengerti akan tuntutan-tuntutan politik yang terdekat sesuadah satu
atau setidak-tidaknya sesudah beberapa pemogokan)… “tetapi
penerbitan-penerbitan yang kita peroleh dari luar negeri untuk
kawan-kawan yang bekerja di Rusia, memberikan satu-satunya
bahan politik dan agitasi sosial demokratis” … (dan dalam satu-satunya
bahan ini, kalian tidak hanya mendasarkan agitasi politik yang
seluas-luasnya semata-mata pada perjuangan ekonomi, tetapi kalian
bahkan sampai menyatakan bahwa agitasi yang dipersempit ini adalah yang
“paling luas dapat digunakan”. Dan tidakkah kalian melihat, utan-tuan,
bahwa argumen-argumen kalian sendiri justru membuktikan perlunya
–karena bahan macam itu satu-satunya bahan yang diberikan –penerbitan Iskra dan perjuangannya menentang Raboceye Dyelo?)….”
Di pihak lain, aktivitas penerbitan kita sebebanranya mempersiapkan
dasar bagi kesatuan taktik partai”… (kesatuan dalam pendapat bahwa
taktik adalah suatu proses pertumbuhan tugas-tugas Partai, yang tumbuh
bersama-sama dengan Partai? Suatu kesatuan yang sungguh-sungguh
berharga!)… “dan dengan itu memberikan kemungkinan untuk penciptaan
suatu ‘organisasi miltan’ yang untuk penciptaannya itu perserikatan
telah melakukan segala-galanya yang dapat dilakukan oleh suatu
organisasi di luar negeri” (Raboceye Dyleo No.10 hl,.15).
Suatu usaha pengekangan yang sia-sia! Saya sekali-kakli tak ada niat
untuk menyangkal bahwa kalian melakukan segala sesuatu yang dapat
kalian lakukan. Saya telah menyatakan dan sekarang pun menyatakan bahwa
batas-batas dari apa yang “mungkin” bagi kalian untuk
melakukannya dipersempit oleh kepicikan pandangan kalian. Bahkan
mengglkikan berbicara tentang “organisasi militan” guna memperjuangkan
“tuntutan-tuntutan politik yang terdekat”, atau melakukan “perjuangan
ekonomi melawan kaum majikan dan pemerintah”.
Tetapi jika pembaca ingin melihat contoh cemerlang dari kecintaan
“ekonomis” pada kerajianan-tanganisme, sudah barang tentu dia harus
berpaling dari Rabceye Dyelo yang eklektis dan bimbang-bimbang kepada raboceye Misl
yang konsekwen dan tegas. Dalam lampiran khususnya, hlm.13, R.M
menulis: “Sekarang dua patah kata tentang apa yang dinamakan
inteligensia revolusioner yang sebenarnya. Benar bahwa lebih dari
sekali mereka telah membuktikan bahwa mereka sepenuhnya siap siap untuk
‘memasuki pertempuran yang gigih melawan tsarisme’! Akan tetapi
celakanya ialah bahwa intelegensi revolusioner kita yang secara kejam
diuber-uber oleh polisi politik, menganggap perjuangan melawan polisi
politik, menganggap perjuangan politik melawan otokrasi. Itulah sebabnya
maka, sampai hari inipun, mereka tak dapat mengerti ‘dimana dapat
diperoleh kekuatan untuk perjuangan melawan otokrasi’”.
Betapa tiada tara dan bagusnya penghinaan itu terhadap perjuangan
melawan polisi dari pemuja (pemuja dalam arti yang paling jelek)
gerakan spontan ini, bukan? Dia bersedia membenarkan ketidaktrampilan
kita di bidang kospirasi dengan argumen di bawah syarat gerakan massa
yang spontan, yang pada hakekatnya tidaklah penting bagi kita untuk
berjuang melawan polisi politik!! Memang sedikit sekali yang akan
menyetujui kesimpulan yang ajaib ini; kekurangan-kekurangan organisasi
revolusioner kita telah menjadi soal yang begitu mendesak untuk
mengijinkan mereka menyetujui ini. Tetapi jika martinov, misalnya, tidak
mau menyetujuinya, itu hanyalah karea dia tak sanggup atau tidak
mempunyai keberanian untuk memikirkan ide-idenya sampai pada kesimpulan
logis. Sesungguhnya, apakah “tugas” mendorong massa supaya mengajukan
tuntutan-tuntutan kongkrit yang menjanjikan hasil-hasil yang nyata
berwujud itu memerlukan usaha-usaha khsusus guna menciptakan suatu
organisasi kaum revolusioner yang kokoh, terpusat, militan? Apakah massa
yang sama sekali tidak “berjuang melawan polisi politik” itupun tak
dapat melakukan “tugas” demikian? Lagi: dapatkah tugas ini dilaksanakan
jika, disamping pemimpin-pemimpin yang sedikit itu, ia tidak dipikul
oleh kaum buruh (mayoritas mutlak), yang sama sekali tak mampu
“berjuang melawan polisi politik”? Kaum buruh demikian itu, orang
rata-rata dari kalangan massa, sanggup memperlihatkan enerzi yang maha
besar dan pengorbanan diri dalam pemogokan-pemogokan dan pertempuran di
jalan-jalan melawan polisi dan pasukan-pasukan tentara, dan sanggup
(sebenarnya mereka saja yang sanggup) menentukan kesudahan seluruh gerakan kita –tetapi perjuanganmelawan polisi politik
justru membutuhkan sifat-sifat khsusus, membutuhkan kaum revolusioner
profesional. Dan kita tidak boleh hanya mengusahakan supaya massa
“mengajukan” tuntutan-tuntutan yang kongkrit, tetapi juga supaya massa
buruh “menampilkan” semakin banyak orang revolusioner profesional
demikian itu. Dengan demikian kita telah sampai pada soal hubungan
antara organisasi kaum revolusioner profesional dengan gerakan buruh
semata-mata. Meskipun soal ini mendapatkan sidikit pencerminan dalam
literatur, namun ia telah bnayak menyibukkan kita “politikus-politikus”
dalam pembicaraan-pembicaraan dan perdebatan-perdebatan dengan
kawan-kawan yang sedikit atau banyak condong kepada ekonomisme. Soal ini
patut dibahas secara khusus. Tetapi terlebih dulu baiklah kita petik
pertalian antara kerajian-tanganisme dengan ekonomisme.
Dalam Jawabannya, Tuan N. N. [80] menulis:
“Grup Pembebasan Kerja menuntut perjuangan langsung melawan pemerintah
tanpa lebih dulu mempertimbangkan di mana kekuatan-kekuatan materiil
untuk perjuangan ini bisa didapat, dan tanpa menunjukkan jalan perjuangan itu”.
Dan menggarisbawahi kata-kata yang terakhir, penulis menambahkan pada
kata “jalan” catatan bawah halaman berikut: “Hal ini tidak dapat
diterangkan oleh maksud-maksud konspirasi, karena program tidak
menyebutkan suatu komplotan tetapi gerakan massa.
Dan massa tak dapat berjalan lewat jalan-jalan rahasia. Mana mungkin
ada pemogokan rahasia? Masa mungkin ada demonstrasi dan petisi
rahasia?” (Vademacum, hlm. 59). Penulis
sangat mendekati baik soal “kekuatan-kekuatan materiil” (para
organisator pemogokan dan demonstrasi) maupun “jalan-jalan” perjuangan,
tetapi walaupun demikian, masih dalam keadaan kebingungan, karena dia
“memuja” gerakan massa, yaitu dia memandangnya sebagai sesuatu yang membebaskan kita dari keharusan melakukan aktivitas revolusioner dan bukan sebagai sesuatu yang seharusnya memberanikan kita dan mendorong
aktivitas revolusioner kita. Suatu pemogokan rahasia tidaklah
mungkin—bagi orang-orang yang mengambil bagian di dalamnya dan bagi
orang-orang yang langsung berhubungan dengannya. Tapi suatu pemogokan
bisa tetap (dan sebagian besar tetap) merupakan suatu “rahasia” bagi
massa buruh Rusia, karena pemerintah berusaha memutuskan segala
hubungan antara para pemogok, berusaha mencegah segala berita tentang
pemogokan-pemogokan itu jangan sampai tersiar luas. Di sinilah
sesungguhnya dimana dibutuhkan suatu “perjuangan khusus” “melawan
polisi politik”, suatu perjuangan yang sekali-kali tidak akan dapat
dilakukan secara aktif oleh massa yang sebegitu banyak seperti yang
ambil bagian dalam pemogokan-pemogokan. Perjuangan ini harus
diorganisasi, menurut “segala aturan seni”, oleh orang-orang yang
secara professional melakukan aktivitas revolusioner. Kenyataan bahwa
massa secara spontan tertarik ke dalam gerakan tidaklah membuat
pengorganisasian perjuangan ini menjadi kurang perlu. Sebaliknya, hal ini membuatnya menjadi lebih perlu
lagi, karena kita kaum sosialis akan tidak melaksanakan kewajiban kita
yang langsung terhadap massa jika kita tidak mampu mencegah polisi
membuat setiap pemogokan dan setiap demonstrasi menjadi suatu rahasia
(dan jika kita sendiri kadang-kadang tidak mempersiapkannya secara
rahasia). Dan kita akan berhasil dalam melakukan ini, justru karena kebangkitan masssa yang secara spontan itu akan menampilkan juga dari kalangan mereka sendiri
semakin banyak orang “revolusioner professional” (yaitu, jika kita
tidak berniat menasehati kaum buruh supaya tetap berjalan di tempat).
C. ORGANISASI KAUM BURUH DAN ORGANISASI KAUM REVOLUSIONER
Jika konsepsi perjuangan politik bagi kaum sosial-demokrat adalah
identik dengan konsepsi “perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan
pemerintah”, maka sewajarnyalah dapat diharapkan bahwa konsepsi
“organisasi kaum revolusioner” baginya sedikit atau banyak identik
dengan konsepsi “organisasi kaum buruh”. Dan ini sebenarnya adalah apa
yang sungguh-sungguh terjadi; sehingga apabila kita berbicara tentang
organsasi, kita benar-benar bicara dalam bahasa yang berlainan.
Sebagaimana sekarang saya ingat, misalnya, pada suatu percakapan antara
saya dengan seorang ekonomis yang agak konsekwen, yang tidak saya
kenal sebelumnya. Kami membicarakan brosur Siapa Yang Akan Melaksanakan Revolusi Politik?
Dan kami segera sependapat bahwa kekurangannya yang utama ialah bahwa
ia mengabaikan soal organisasi. Kami mulai merasa bahwa kami sepenuhnya
akur satu sama lain—tetapi…serentak pembicaraan berjalan terus,
ternyatalah bahwa kami membicarakan hal yang berlainan. Lawan bicara
saya menuduh si penulis mengabaikan dana pemogokan, perkumpulan
gotong-royong, dll, sedang yang saya maksudkan suatu organisasi kaum
revolusioner yang diperlukan untuk “melaksakan” revolusi politik. Begitu
perbedaan pendapat itu menjadi jelas, saya sudah tidak ingat lagi akan
soal prinsipil satupun yang saya sependapat dengan kaum ekonomis itu!
Apa yang menjadi sumber perbedaan pendapat kami itu? Sumbernya ialah kenyataan bahwa baik mengenai soal organisasi maupun soal politik kaum ekonomis selamanya tergelincir dari sosial-demokratisme ke dalam trade-unionisme. Perjuangan politik sosial-demokrasi jauh lebih luas dan rumit daripada perjuangan ekonomi kaum buruh melawan kaum majikan dan pemerintah. Begitu juga (dan memang karena itu) organisasi suatu partai sosial-demokrat revolusioner tak dapat tidak pasti suatu organisasi macam lain daripada organisasi kaum buruh yang diperuntukkan perjuangan ini. Sebuah organisasi kaum buruh haruslah pertama-tama sebuah organisasi sekerja; kedua, ia harus seluas mungkin; dan ketiga, ia harus sesedikit mungkin bersifat konspirasi (di sini dan selanjutnya, sudah tentu, yang saya maksudkan hanyalah Rusia otokratis). Sebaliknya, organisasi kaum revolusioner haruslah terdiri pertama-tama dan terutama dari orang-orang yang membuat aktivitas revolusioner sebagai professinya (itulah ssebabnya saya akan berbicara tentang organisasi kaum revolusioner, maksudnya ialah kaum revolusioner sosial-demokrat). Mengingat ciri umum anggota-anggota organisasi demikian itu, maka segala perbedaan antara kaum buruh dengan kaum intelektual, dan tentu saja perbedaan-perbedaan di antara berbagai professi haruslah dihapuskan sama sekali. Organsasi yang demikian itu semestinya tidak boleh terlalu luas dan sedapat mungkin bersifat konspirasi. Baiklah kita bahas tiga macam perbedaan ini.
Apa yang menjadi sumber perbedaan pendapat kami itu? Sumbernya ialah kenyataan bahwa baik mengenai soal organisasi maupun soal politik kaum ekonomis selamanya tergelincir dari sosial-demokratisme ke dalam trade-unionisme. Perjuangan politik sosial-demokrasi jauh lebih luas dan rumit daripada perjuangan ekonomi kaum buruh melawan kaum majikan dan pemerintah. Begitu juga (dan memang karena itu) organisasi suatu partai sosial-demokrat revolusioner tak dapat tidak pasti suatu organisasi macam lain daripada organisasi kaum buruh yang diperuntukkan perjuangan ini. Sebuah organisasi kaum buruh haruslah pertama-tama sebuah organisasi sekerja; kedua, ia harus seluas mungkin; dan ketiga, ia harus sesedikit mungkin bersifat konspirasi (di sini dan selanjutnya, sudah tentu, yang saya maksudkan hanyalah Rusia otokratis). Sebaliknya, organisasi kaum revolusioner haruslah terdiri pertama-tama dan terutama dari orang-orang yang membuat aktivitas revolusioner sebagai professinya (itulah ssebabnya saya akan berbicara tentang organisasi kaum revolusioner, maksudnya ialah kaum revolusioner sosial-demokrat). Mengingat ciri umum anggota-anggota organisasi demikian itu, maka segala perbedaan antara kaum buruh dengan kaum intelektual, dan tentu saja perbedaan-perbedaan di antara berbagai professi haruslah dihapuskan sama sekali. Organsasi yang demikian itu semestinya tidak boleh terlalu luas dan sedapat mungkin bersifat konspirasi. Baiklah kita bahas tiga macam perbedaan ini.
Di negeri-negeri dimana ada kemerdekaan politik perbedaan antara
serikat buruh dengan organisasi politik cukup jelas, sebagaimana
perbedaan antara serikat buruh dengan sosial-demokrasi. Hubungan antara
yang tersebut belakangan dengan yang pertama pasti berbeda-beda di
berbagai negeri menurut syarat-syarat sejarah, syarat-syarat yuridis dan
syarat-syarat lainnya— bisa sedikit banyak rapat, rumit, dsb, (dari
sudut pandang kita hubungan itu seharusnya serapat dan sesederhana
mungkin); tetapi di negeri-negeri merdeka sama sekali tidak bisa
organisasi-organisasi serikat buruh identik dengan
organisasi-organisasi partai sosial-demokrat. Akan tetapi di Rusia
penindasan otokrasi sepintas lalu tampaknya menghapuskan segala
perbedaan antara organisasi sosial-demokrat dengan serikat buruh, karena
segala perserikatan kaum buruh dan segala
lingkaran dilarang, dan karena manifestasi serta senjata utama
perjuangan ekonomi kaum buruh—pemogokan—dipandang sebagai suatu
pelanggaran kriminal (dan bahkan kadang-kadang sebagai pelanggaran
politik). Karena itu keadaan-keadaan di negeri kita, di satu pihak,
sangat “mendorong” kaum buruh yang melakukan perjuangan ekonomi menaruh
perhatian pada soal-soal politik, dan di pihak lain, keadaan-keadaan
itu “mendorong” kaum sosial-demokrat mencampur-adukkan trade-unionisme
dengan sosial-demokratisme (dan orang-orang sebangsa Kricevski, sebangsa
Martinov kita serta konco-konconya, sementara dengan rajin
mendiskusikan “pendorongan” macam pertama, tidak melihat “pendorongan”
macam kedua). Memang, bayangkanlah sendiri orang-orang yang 99%
terbenam dalam “perjuangan ekonomi melawan kaum majikan dan
pemerintah”. Beberapa di antara mereka, tidak akan pernah, sepanjang masa
aktivitas mereka (empat sampai enam bulan), terdorong untuk memikirkan
soal perlunya suatu organisasi kaum revolusioner yang lebih rumit;
lainnya mungkin akan “bersua” dengan literatur Bernsteinis yang agak
luas, dan dari literatur itu mereka akan menjadi yakin akan istimewa
pentingnya “kemajuan perjuangan sehari-hari yang boyak”. Lainnya lagi
mungkin agak terpikat oleh ide yang menggoda yaitu menunjukkan kepada
dunia suatu contoh baru tentang “hubungan yang erat dan organis dengan
perjuangan proletar”—hubungan antara gerakan serikat buruh dengan
gerakan sosial-demokratis. Orang-orang demikian itu bisa berargumentasi
bahwa semakin terbelakang sebuah negeri memasuki gelanggang
kapitalisme dan, karenanya, juga gelanggang gerakan buruh, maka semakin
dapatlah kaum sosialis negeri itu mngambil bagian dalam gerakan
serikat buruh dan menyokong gerakan serikat buruh, dan dapat serta
seharusnya semakin berkurang alasan bagi adanya serikat buruh non
sosial-demokratis. Sampai sekarang argumen tersebut benar sekali; tetapi
celakanya ada yang sampai melewati itu dan mengangan-angankan fusi
sepenuhnya antara sosial-demokratisme dengan trade-unionisme. Kita akan
segera melihat, dari contoh Anggaran Dasar Liga Perjuangan Petersburg,
betapa merugikannya pengaruh angan-angan ini atas rencana-rencana
pengorganisasian kita.
Organisasi-organsasi kaum buruh untuk perjuangan ekonomi haruslah
organisasi-organisasi serikat buruh. Setiap buruh sosial-demokrat haru
sedapat mungkin membantu dan bekerja aktif dalam organisasi-organisasi
ini. Ini bbenar. Tetapi sekali-kali bukanlah kepentingan kita untuk
menuntut supaya hanya orang-orang sosial-demokratlah yang bisa menjadi
menjadi anggota serikat-serikat “sekerja”: ini hanya akan mempersempit
pengaruh kita atas massa. Biarlah setiap buruh yang mengerti akan
perlunya bersatu untuk perjuangan melawan kaum majikan dan pemerintah
masuk serikat sekerja. Tujuan-tujuan serikat sekerja itu sendiri tak
akan tercapai jika tidak mempersatukan semua orang yang
sekurang-kurangnya telah mencapai tingkat pengertian yang elementer ini,
dan jika serikat-serikat sekerja itu tidak merupakan
organisasi-organisasi yang sangat luas. Dan
semakin luas organisasi-organisasi ini, maka akan semakin luas pulalah
pengaruh kita atas organisasi-organisasi tersebut—suatu pengaruh yang
tidak hanya karena perkembangan “spontan” perjuangan ekonomi tetapi
juga karena usaha secara langsung dan sedar dari anggota-anggota
sosialis serikat buruh untuk mempengaruhi kawan-kawan mereka. Tetapi
organisasi yang luas tak dapat menerapkan konspirasi ketat (karena
konspirasi itu menuntut latihan yang jauh lebih banyak daripada yang
dibutuhkan untuk perjuangan ekonomi). Bagaimana kontradiksi antara
perlunya jumlah anggota yang besar dengan perlunya konspirasi ketat itu
dapat disesuaikan? Bagaimana kita dapat membuat organisasi serikat
sekerja itu sesedikit mungkin bersifat konspirasi? Secara umum, untuk
tujuan ini hanya bisa ada dua jalan: atau serikat-serikat sekerja itu
dilegalkan (dan di beberapa negeri hal ini mendahului legalisasi
peerkumpulan-perkumpulan sosialis dan politik), atau organisasi itu
tetap dijaga sebagai suatu organisasi rahasia, tetapi begitu “bebas”
dan tidak berbentuk, lose [81] seperti kata orang Jerman, sehingga kebutuhan akan konspirasi bagi massa anggota menjadi hampir dapat ditiadakan.
Legalisasi perkumpulan-perkumpulan buruh non sosialis dan
non-politik di Rusia sudah mulai dan tak ragu lagi bahwa setiap
kemajuan dari gerakan buruh sosial-demokratis kita yang tumbuh dengan
cepat akan melipatgandakan dan mendorong usaha-usaha
legalisasi—usaha-usaha yang untuk sebagian besar berasal dari
pendukung-pendukung sistem yang ada, tetapi sebagian juga dari kaum
buruh sendii dan dari kaum intelektual liberal. Panji legalitas sudah
dikibarkan oleh orang-orang sebangsa Wasilyev dan Zubatov. Tuan-tuan
sebangsa Tuan Ozerov dan Tuan Worms sudah menjanjikan dukungan mereka,
dan pengikut-pengikut aliran baru sudah terdapat di kalangan kaum
buruh. Mulai sekarang kita tidak bisa tidak memperhitungkan aliran ini.
Adapun bagaimana kita harus memperhitungkannya, tidak mungkin ada dua
pendapat di kalangan kaum sosial-demokrat. Kita harus dengan gigih
memblejeti setiap peranan yang dilakukan dalam gerakan ini oleh
orang-orang sebagnsa Zubatov dan Wasilyev, gendarme dan
pendeta-pendeta, dan menerangkan kepada kaum buruh apa maksud mereka
yang sesungguhnya. Kita harus pula memblejeti nada kedamaian,
“keharmonisan” yang tercetus dalam pidato-pidato para politikus liberal
dalam rapat-rapat legal kaum buruh, tak pandang apakah pidato-pidato
ini didorong keyakinan sungguh-sungguh akan dikehendakinya kerjasama
klas secara damai, oleh keinginan untuk mencari muka kepada pihak yang
berkuasa, atau semata-mata akibat kerikuhan. Akhirnya, kita harus
memperingatkan kaum buruh terhadap jebakan-jebakan yang sering
dipasang oleh polisi, yang dalam rapat-rapat terbuka itu dan
perkumpulan-perkumpulan mendapat ijin memata-matai orang-orang yang
“berkepala panas” dan berusaha melalui organisasi-organisasi legal untuk
memasukkan agen-agen provokator mereka ke dalam organisasi-organisasi
ilegal.
Tetapi sementara melakukan kesemuanya ini, kita tidak boleh lupa bahwa pada akhirnya legalisasi
gerakan buruh akan menguntungkan kita dan bukan menguntungkan
orang-orang sebangsa Zubatov. Sebaliknya, justru kampanye pemblejetan
kita yang akan membantu kita memisahkan rerumputan dari batang gandum.
Mengenai apa itu rerumputan, sudah kita tunjukkan. Dengan batang
gandum, kita maksudkan ialah bahwa perhatian lapisan-lapisan buruh yang
lebih besar lagi dan lebih terbelakang tertarik pada soal-soal sosial
dan politik; kita maksudkan membebaskan kita , kaum revolusioner, dari
fungsi-fungsi yang pada hakekatnya legal (penyebaran buku-buku legal,
gotong-royong, dll), dan yang pada perkembangannya pasti akan
memberikan kepada kita semakin banyak bahan untuk agitasi. Dalam arti
ini kita bisa dan dan harus berkata kepada orang-orang sebangsa Zubatov
dan Ozerov: terus berusahalah tuan-tuan, berusahalah! Karena kalian
memasang jebakan bagi kaum buruh (baik dengan jalan provokasi secara
langsung maupun dengan pembejatan kaum buruh secara “jujur” dengan
bantuan “Struwe-isme”), maka akan kita usahakan ssupaya kalian
diblejeti. Karena kalian mengambil langkah maju yang nyata, walaupun
dalam bentuk “liku-liku yang paling takut-takut”, kita kan berkata:
silakan terus! Dan satun-satunya langkah yang dapat merupakan langkah
maju yang nyata ialah perluasan yang nyata, meskipun kecil, dari
lapangan aksi kaum buruh. Dan setiap perluasan demikian itu akan
menguntungkan kita dan akan membantu mempercepat munculnya
perkumpulan-perkumpulan legal di mana bukan agen-agen provokator akan
mencium jejak kaum sosialis, tetapi dimana kaum sosialis akan mendapat
pengikut. Pendek kata, tugas kita ilah membersihkan tanah untuk
tumbuhnya benih gandum. Dan sementara orang-orang sebangsa Afanasi
Iwanowic dan sebangsa Pulkheria Iwanovna [82] memelihara tanaman
pot-potan mereka, kita harus menyediakan penyabit yang pandai membabat
rerumputan pada hari ini, dan juga menuai gandum pada hari esok [*26].
Jadi dengan legalisasi itu kita tak dapat memecahkan
masalah menciptakan suatu organisasi serikat buruh yang akan
sesedikit mungkin konspiratif dan yang akan seluas mungkin (tetapi kita
akan sangat gembira jika orang-orang sebangsa Zubatov dan Ozerov
memberikan kita kesempatan sekalipun sebagian untuk pemecahan itu—dan
untuk tujuan itu kita harus berjuang melawan mereka sekuat mungkin!).
Tinggal jalan organisasi serikat buruh rahasia; dan kita harus
memberi segala bantuan kepada kaum buruh yang (sebagaimana kita
ketahui dengan pasti) sudah menempuh jalan ini. Organisasi-organisasi
serikat buruh tidak hanya bisa mempunyai nilai yang sangat besar dalam
usaha mengembangkan dan mengkonsolidasi perjuangan ekonomi, tetapi bisa
pula menjadi pembantu yang sangat penting bagi agitasi politik dan
organisasi revolusioner. Untuk mencapai ini, dan untuk membimbing
gerakan serikat buruh yang mulai timbul menurut saluran-saluran yang
diingini kaum sosial-demokrat, kita pertama-tama harus menyadari dengan
jelas betapa nonsensnya rencana organisasi yang telah menyibukkan kaum
ekonomis Petersburg selama hampir lima tahun. Rencana ini dibentangkan
baik dalam “Anggaran Dasar Dana Buruh” pada bulan Juli 1897 (Listok Rabotnika No. 9-10, hlm. 46; diambil dari Rabocaya Misl
No. 1), maupun dalam “Anggaran Dasar Organisasi Serikat Buruh” pada
bulan Oktober 1900 (surat sebaran khusus yang dicetak di Petersburg
dan dikutip dalam Iskra No. 1). Kekurangan
fundamental dari kedua anggaran dasar ini ialah bahwa kedua
anggaran-anggaran dasar tersebut memberikan formulasi secara terperinci
mengenai organisasi luas kaum buruh dan memcampuradukkannya dengan
organisasi kaum revolusioner. Marilah kita ambil anggaran dasar yang
kedua, karena ia disusun secara lebih terperinci. Isinya terdiri dari
52 pasal. Dua puluh tifa pasal menguraikan struktur, cara pengelolaan
dan yurisdiksi “lingkaran-lingkaran kaum buruh”, yang harus
diorganisasi di setiap pabrik (“tidak lebih dari sepuluh orang”) dan
yang memilih “grup-grup pusat (pabrik)”, “Grup Pusat”, bunyi pasal 2,
“mengikuti semua yang terjadi di pabrik atau kilang dan membuat catatan
tentang kejadian-kejadian di pabrik atau di kilang itu”. “Grup Pusat
memberikan laporan keuangan setiap bulan kepada semua anggota” (pasal
17), dsb. Sepuluh pasal diperuntukkan bagi “organisasi distrik”, dan 19
pasal bagi soal saling hubungan yang sangat rumit antara “Komite
Organisasi Buruh” dengan “Komite Liga Perjuangan Petersburg”
(wakil-wakil yang dipilih dari setiap distrik dan dari “grup-grup
eksekutif”—“grup-grup propagandis, grup-grup untuk memelihara hubungan
dengan provinsi-provinsi dan dengan organisasi di luar negeri.
Grup-grup untuk mengurus perbekalan, penerbitan dan dana”.
Sosial-demokrasi= “grup-grup eksekutif” dalam hubungan dengan
perjuangan ekonomi kaum buruh! Akan sulitlah mendemonstrasikan dengan
lebih menyolok bagaimana ide-ide kaum ekonomis menyimpang dari
sosial-demokratisme ke trade-unionisme, dan bagaimana asingnya bagi
mereka setiap gagasan bahwa seorang sosial-demokrat harus menaruh
perhatian pertama-tama dan terutama pada organisasi kaum revolusioner
yang sanggup memimpin seluruh perjuangan
proletariat untuk pembebasan. Berbicara tentang “pembebasan politik
klas buruh” dan tentang perjuangan melawan “despotisme tsar”, tetapi
menyusun anggaran dasar semacam itu, berarti sama-sekali tidak
mempunyai pengertian tentang tugas-tugas politik yang sebenarnya dari
sosial-demokrasi itu. Tak satupun dari kurang lebih lima puluh pasal
itu yang menunjukkan sedikit saja pengertian bahwa perlu melakukan
agitas politik seluas mungkin di kalangan massa, agitasi yang membahas
setiap segi absolutisme Rusia dan semua ciri berbagai klas sosial di
Rusia. Anggaran dasar semacam ini tidak ada gunanya sekalipun untuk
mencapai tujuan-tujuan trade-unionis, apalagi tujuan-tujuan politik,
karena hal ini membutuhkan organisasi menurut lapangan pekerjaan, yang sama-sekali tidak disebut-sebut dalm Anggaran Dasar itu.
Tetapi yang paling khas dari semuanya ialah, mungkin, sifat terlalu
berat di atas yang mengagungkan dari seluruh “sistem” itu yang mencoba
mengikat setiap pabrik dengan “komite” dengan tali permanen yaitu
peraturan-peraturan yang seragam dan tetek bengek yang menggelikan dan
sistem pemilihan tiga tingkat. Terkungkung oleh pandangan ekonomisme
yang picik, maka pikiran tenggelamlah dalam detail-detail yang pasti
berbau formalisme dan birokrasi. Dalam praktek, sudah barang tentu,
tiga perempat dari pasal-pasal ini tidak pernah diterapkan; akan
tetapi, sebaliknya, suatu organisasi “konspiratif” macam ini, dengan
grup pusatnya di setiap pabrik, sangat memudahkan gendarme-gendarme
melakukan penggerebekan secara besar-besaran. Kawan-kawan Polandia
telah mengalami tahap yang demikian itu dalam gerakan mereka, pada kala
setiap orang antusias dengan pengorganisasian dana-dana buruh secara
luas; tetapi mereka cepat sekali melepaskan ide-ide ini ketika mereka
melihat bahwa organisasi-organisasi demikian itu hanyalah mendatangkan
panen yang kaya bagi gendarme-gendarme. Jika kita menghendaki
organisasi-organisasi kaum buruh yang luas dan bukan
penangkapan-penangkapan secara besar-besaran, jika kita tidak ingin
memberi kepuasan kepada gendarme-gendarme, maka kita harus berusaha
supaya organisasi-organisasi ini sama sekali tidak formal. Tetapi
apakah organisasi-organisasi itu akan dapat berfungsi jika demikian?
Baiklah, mari kita lihat apa fungsi-fungsinya itu: “……mengikuti
semua yang terjadi dalam pabrik dan membuat catatan tentang
kejadian-kejadian dalam pabrik itu” (Anggaran Dasar pasal 20. Apakah
kita betul-betul membutuhkan organisasi dengan bentuk tertentu untuk
ini? Apakah hal ini tidak dapat dicapai dengan lebih baik dengan
surat-menyurat kepada surat-surat kabar ilegal dan tanpa mendirikan
grup-grup khusus? “…….. Memimpin perjuangan kaum buruh untuk perbaikan
keadaan mereka dalam pabrik” (Anggaran Dasar pasal 3). Inipun tidak
membutuhkan grup formal. Sembarang agitator yang cerdas sedikit saja
dapat mengetahui dengan tepat tuntutan-tuntutan apa yang ingin
diajukan kaum buruh dari percakapan biasa dan menyampaikannya kepada
organisasi kaum revolusioner yang sempit—bukan yang luas—supaya dimuat
dalam surat sebaran. “……Mengorganisasi dana….. dengan iuran dua kopek
dari setiap rubel” (Pasal 9)……memberikan laporan keuangan setiap bulan
kepada para anggota (pasal 170….memecat anggota-anggota yang tidak
membayar iuran (pasal 10), dan seterusnya. Sungguh, inilah sorga
betul-betul bagi polisi; karena bagi mereka tidak ada yang lebih mudah
daripada menembus seluruh konspirasi “dana pabrik pusat” ini, ,menyita
uangnya dan menangkapi semua orang yang terbaik. Apakah tidak lebih
sederhana mengeluarkan kartu-kartu dari satu atau dua kopek dengan
memakai cap resmi dari suatu organisasi yang terkenal (yang sangat
sempit dan dan sangat konspiratif), atau megnadakan pemungutan tanpa
kartu macam apapun dan memuat laporan-laporan menurut kode tertentu
yang sudah disetujui dalam sebuah surat kabar ilegal? Dengan begitu
tujuan akan tercapi, tetapi akan seratus kali lebih sulit bagi
gendarme-gendarme untuk menemukan kuncinya.
Saya dapat meneruskan menganalisa Anggaran Dasar itu, tetapi saya
rasa cukuplah apa yang sudah dikatakan di atas. Suatu inti kecil yang
kompak terdiri dari buruh-buruh yang paling dapat dipercaya,
berpengalaman dan terbaja, yang mempunyai wakil-wakil yang bertanggung
jawab di distrik-distrik yang terpenting dan yang berhubungan melalui
semua peraturan konspirasi yang ketat dengan organisasi kaum
revolusioner, dapat, dengan bantuan yang seluas-luasnya dari massa dan
tanpa organisasi formal apapun melakukan semua
fungsi organisasi serikat buruh, dan tambahan pula, melakukannya
menurut cara yang dikehendaki sosial-demokrasi. Hanya dengan jalan
demikianlah kita dapat menjamin pengkonsolidasian dan pengembangan gerakan serikat buruh sosial-demokratis, kendatipun adanya segala gendarme.
Orang bisa mengajukan keberatan bahwa organisasi yang begitu los,
sehingga juga tidak mempunyai bentuk tertentu, dan yang bahakan tidak
mempunyai anggota yang tercatat dan terdaftar, sekali-kali tidaklah
bisa dinamakan suatu organisasi. Itu mungkin. Saya tidak mementingkan
nama. Tetapi “organisasi tanpa anggota” ini akan melakukan
segala-galanya yang diperlukan, dan sejak semula menjamin hubungan yang
serapat-rapatnya antara serikat-serikat buruh kita yang akan datang
dengan sosialisme. Hanyalah seorang utopis yang sudah tak dapat
diperbaiki lagi yang menginginkan suatu organisasi kaum buruh yang luas, dengan pemilihan, laporan, hak pilih umum, dsb, di bawah otokrasi.
Kias yang dapat diambil dari sini sederhana saja: jika kita mulai
dengan dasar yang kokoh dari suatu organisasi kaum revolusioner yang
kuat, maka kita dapat menjamin kestabilan gerakan dalam keseluruhannya
dan melaksanakan tujuan-tujuan sosial-demokrasi maupun tujuan-tujuan
serikat buruh sendiri. Akan tetapi jika kita mulai dengan organisasi
luas kaum buruh, yang dianggap paling “mudah dimasuki” massa (tetapi
sebenarnya paling mudah dimasuki gendarme dan membuat kaum revolusioner
paling mudah didatangi polisi), kita tak akan mencapai satu pun dari
kedua tujuan itu; kita tidak akan membebaskan diri dari
kerajinan-tanganisme, dan karena kita tetap berkeping-keping dan
kekuatan kita senantiasa diceraiberaikan oleh polisi, maka kita hanya
akan membuat serikat-serikat buruh tipe Zubatov dan Ozerov itu paling
mudah dimasuki massa.
Sebenarnya, apa seharusnya fungsi-fungsi organisasi kaum
revolusioner? Hal ini akan kita bicarakan secara terperinci. Tetapi
lebih dulu marilah kita tinjau satu argumen yang sangat khas yang
dikemukakan oleh teroris kita, yang dalam hal ini juga (nasib malang!)
adalah tetangga dekat ekonomis. Swoboda (No.
1), majalah yang diterbitkan untuk kaum buruh, memuat sebuah artikel
yang berjudul “Organisasi”, yang penulisnya mencoba membela
kawan-kawanya, kaum buruh ekonomis dari Iwanowo-Woznesensk. Dia
menulis:
“Adalah jelek apabila orang banyak bisu dan tak berkesadaran, dan
apabila gerakan tidak timbul dari lapisan bawah. Misalnya, para
mahasiswa dari suatu kota universitas pulang ke rumah masing-masing
selama musim panas dan liburan-liburan lainnya dan segera terhentilah
gerakan kaum buruh. Dapatkah suatu gerakan kaum buruh yang harus
didorong dari luar menjadi suatu kekuatan yang sesungguhnya? Tentu saja
tidak! …. Ia belum belajar berjalan, ia masih dituntun. Demikianlah
halnya dengan segala sesuatu. Para mahasiswa pergi dan segala sesuatu
berhenti. Yang paling cakap ditangkap, kepala susu dicedok—susu menjadi
asam. Jika ‘komite’nya ditangkap segala sesuatu macet sampai komite
baru dapat terbentuk. Dan siapa tahu komite macam apa yang akan
terbentuk kemudian—mungkin sama sekali tidak seperti yang terdahulu.
Yang pertama berkata begini, yang kedua mungkin berkata justru
kebalikannya. Kontinuitas antara kemarin dan besok terputus, pengalaman
masa lampau tidak menjadi pelajaran bagi masa depan. Dan kesemuanya
ini adalah karena di kalangan orang banyak belum tertancap akar-akar
yang dalam; pekerjaan dilakukan bukan oleh seratus orang yang tolol,
melainkan oleh selusin orang yang bijaksana. Selusin orang yang
bijaksana dapat disapu sekali pukul, tetapi apabila organisasi itu
meliputi orang banyak, maka tak seorang pun, bagaimanapun juga kerasnya
dia berdaya upaya, akan mampu memusnahkan usaha kita” (hlm. 63).
Fakta-fakta itu dapat dilukiskan dengan tepat. Fakta-fakta itu
memberikan gambaran yang agak baik tentang kerajinan-tanganisme kita.
Tetapi kesimpulan-kesimpulannya baik dalam hal kebodohannya maupun
kecerobohan politiknya adalah sepadan dengan Rabocaya Misl.
Kesimpulan-kesimpulan itu merupakan puncak kebodohan, karena si penuls
mencampuradukkan soal filsafat dan soal sosial-sejarah tentang
“kedalaman” “akar-akar” gerakan dengan soal teknik dan keorganisasian
cara terbaik melawan gendarme. Kesimpulan-kesinpulan itu merupakan
puncak kecerobohan politik, karena si penulis, bukannya berpaling dari
pemimpin-pemimpin yang jelek dan menghimbau kepada pemimpin-pemimpin
yang baik, melainkan berpaling dari pemimpin-pemimpin pada umumnya dan
emnghimbau kepada “orang banyak”. Ini sama dengan suatu percobaan untuk
menyeret kita mundur secara organisasi sebagaimana ide untuk mengganti
agitasi politik dengan terorisme yang merangsang menyeret kita mundur
secara politik. Memang, saya sedang benar-benar megnalami embras de
richesses [*27], dan tak tahu darimana saya mulai menguraikan kekusutan
yang ditimbulkan oleh Swoboda itu. Untuk
jelasnya, akan saya coba mulai dengan mengutip suatu contoh. Ambillah
orang-orang Jerman. Saya harap, kalian tidak akan menyangkal bahwa
organisasi mereka mencakup orang banyak, bahwa di Jerman semuanya
berasal dari orang banyak, bahwa gerakan buruh di sana sudah belajar
berjalan. Tetapi perhatikan bagaimana orang banyak yang berjuta-juta
itu menilai “selusin” pemimpin politiknya yang sudah teruji, bagaimana
mereka melekat erat-erat pada para pemimpinnya! Para anggota
partai-partai musuh dalam parlemen sering mengolok-olok kaum sosialis
dengan mengatakan: “Memang kalian orang-orang demokrat yang baik!
Gerakan kalian adalah gerakan klas buruh dalam nama saja, dalam
kenyataan sesungguhnya klik pemimpin-pemimpin itu juga yang selalu
tampil. Bebel yang itu juga, Liebknecht yang itu juga, dari tahun ke
tahun, dan itu terus berlangsung selama puluhan tahun. Wakil-wakil
buruh kalian yang katanya dipilih itu lebih permanen daripada
pejabat-pejabat yang diangkat oleh kaisar!” Tetapi orang-orang Jerman
itu membalasnya hanya dengan senyum menghina usaha-usaha demagogik ini
untuk mempertentangkan “orang banyak” dengan para “pemimpin”, untuk
mengobarkan insting buruk dan ambisius pada orang banyak, dan untuk
merampas gerakan dari kekohohan dan stabilitasnya dengan menggerogoti
kepercayaan massa kepada “selusin orang bijaksana” mereka. Pikiran
politik sudah cukup berkembang di kalangan orang-orang Jerman, dan
mereka telah mengumpulkan cukup pengalaman politik untuk mengerti bahwa
tanpa “selusin” pemimpin yang sudah teruji dan berbakat (dan
orang-orang yang berbakat tidak lahir ratusan), terlatih secara
professional, terdidik oleh pengalaman yang lama dan bekerja dalam
keserasian yang sempurna, tidak ada klas dalam masyarakat modern yang
dapat melakukan perjuangan dengan gigih. Orang-orang Jerman pun pernah
mempunyai demagog-demagog dalam barisan mereka yang telah menyanjung
“seratus orang tolol”, mengagungkan mereka di atas “selusin orang
bijak”, memuji-muji “tinju berotot besar” dari massa, dan (seperti Most
dan Hassellman) telah merangsang mereka melakukan aksi “revolusioner”
yang sembrono dan menyebarkan ketidakpercayaan kepada para pemimpin
yang teguh dan tabah. Hanya dengan berjuang terus menerus dan tak kenal
damai melawan segala macam elemen demagogik di dalam gerakan sosialis,
barulah sosialisme Jerman berhasil tumbuh dan menjadi kuat. Akan
tetapi orang-orang kita yang sok pintar itu pada waktu sosial-demokrasi
Rusia mengalami krisis yang seluruhnya disebabkan oleh tidak adanya
cukup banyak pemimpin yang terlatih, maju dan berpengalaman guna
memimpin massa yang bangkit secara spontan, berteriak dengan kedalaman
si pandir: “Sungguh jelek apabila gerakan tidak berasal dari
orang-orang lapisan bawah”!
“Suatu komite mahasiswa tidaklah berguna, ia tidak stabil!”. Benar
sekali. Tetapi kesimpulan yang harus ditarik dari sini ialah bahwa kita
harus mempunyai suatu komite kaum revolusioner
professional dan tidaklah menjadi soal apakah seorang mahasiswa atau
seorang buruh sanggup menjadi seorang revolusioner professional. Akan
tetapi kesimpulan yang kalian tarik ialah bahwa gerakan buruh tidak
boleh didorong dari luar! Dalam kenaifan politik kalian, kalian tidak
melihat bahwa kalian sedang membantu kaum ekonomis kita dan memupuk
kerajinan-tanganisme kita. Dengan jalan bagaimana, kalau saya boleh
bertanya, para mahasiswa kita itu “mendorong” kaum buruh kita? Semata-mata
dengan membawa kepada buruh keratan-keratan pengetahuan politik yang
dimilikinya sendiri, remah-remah dari ide-ide sosialis yang telah
berhasil diperolehnya (karena santapan rohani yang utama dari mahasiswa
masa kini, yaitu “Marxisme legal”, hany dapat memberikan abese, hanya
remah-remah pengetahuan). “Pendorongan dari luar” demikian itu
belum pernah terlalu banyak; sebaliknya, hingga kini masih terlalu
sedikit, keterlaluan sedikitnya dalam gerakan kita, karena kita terlalu
tekun bekerja dengan mengurung diri; kita telah memuja terlalu amat
membludak kepada “perjuangan ekonomi” elementer kaum “buruh melawan
majikan dan pemerintah”. kita kaum revolusioner professional harus dan
akan menjadikan pekerjaan kita melakukan “pendorongan” macam ini
seratus kali lebih hebat daripada kita lakukan selama ini. Tetapi
justru kenyataan bahwa kalian memilih kata-kata yang begitu hina
seperti “pendorongan dari luar”—kata-kata yang tidak bisa tidak
membangkitkan di kalangan kaum buruh (sekurang-kurangnya di kalangan
kaum buruh yang sama belum berkembangnya seperti kalian sendiri) rasa
tidak percaya kepada semua orang yang membawa
kepada mereka pengetahuan politik dan pengalaman revolusioner dari
luar, dan membangkitkan pada mereka nafsu naluriah untuk melawan semua orang itu—membuktikan bahwa kalian adalah demagog, dan demagog adalah musuh yang paling jahat klas buruh.
Ya, ya! Jangan cepat-cepat muali menjerit-jerit mengenai “cara-cara’
polemik saya yang “tidak secara sekawan”! Saya sesekali tidak
bermaksud menyangsikan kemurnian maksud-maksud kalian. Seperti sudah
saya katakan, orang dapat menjadi demagog semata-mata karena kenaifan
politik. Tetapi sudah saya tunujukkan bahwa kalian telah merosot ke
demagogi, dan saya tidak akan jemu-jemunya mengulangi bahwa
demagog-demagog adalah musuh yang paling jahat klas buruh. Musuh yang
paling jahat karena mereka mengobarkan insting-insting jelek pada orang
banyak, karena buruh yang belum maju tak dapat mengenal musuh pada
diri orang-orang yang menampilkan diri, dan kadang-kadang dengan
ketulusan hati, sebagai sahabat-sahabatnya. Musuh-musuh yang terjahat
karena dalam periode perpecahan dan kegoyangan, ketika gerakan kita baru
saja mulai mengambil bentuk, tidak ada yang lebih mudah daripada
menggunakan cara demagogik untuk menyesatkan orang banyak yang dapat
menyadari kesalahnnya baru kemudian sesudah megnalami pengalaman yang
paling pahit. Itulah sebabnya semboyan kini bagi sosial-demokrat Rusia
haruslah: berjuang dengan tegas melawan Swoboda dan Raboceye Dyelo,
yang kedua-duanya telah merosot ke tingkat demagogi (hal ini akan kita
bahas secara lebih terperinci lagi di tempat lain [*28]).
“Selusin orang bijaksana dapat diringkus lebih mudah daripada
seratus orang tolol!” Kebenaran yang cemerlang ini (untuk mana seratus
orang tolol akan selalu bertepuk tangan menyambut kalian) tampaknya
jelas hanya karena justru di tengah-tengah perdebatan kalian telah
melompat dari satu soal ke soal lain. Kalian mulai dengan bicara, dan
terus bicara tentang “komite”, “organisasi” yang diringkus, dan
sekarang kalian melompat ke soal “kedalaman” “akar-akar” gerakan. Tentu
saja, kenyataannya ialah bahwa gerakan kita tak dapat diringkus justru
karena ia mempeunyai ratusan dan ratusan ribu akar yang mendalam di
kalangan massa; tetapi soalnya kan sama sekali bukan itu. Mengenai
“akar-akar yang dalam” itu, kita tak dapat “diringkus” sekarang pun,
kendatipun segala kerajinan-tanganisme kita, namun kita semua,
mengeluh, dan tidak bisa tidak mengeluh, karena diringkusnya
“organisasi-organisasi”, dengan akibat musnahnya setiap kesinambungan
gerakan. Tetapi karena kalian mengemukakan soal peringkusan organisasi dan
tidak mau melepaskannya, maka saya tegaskan kepada kalian bahwa jauh
lebih sulit meringkus selusin orang bijaksana daripada seratus orang
tolol. Dan tesis ini akan saya pertahankan bagaimanapun juga kalian
menghasut orang banyak supaya menentang saya karena “anti-demokratisme
saya, dsb. Seperti sudah saya katakan berkali-kali bahwa dengan
“rang-orang bijaksana”, dalam hubungan dengan organisasi, saya
maksudkan orang-orang revolusioner professional,
tak peduli apakah mereka itu terlatih dari kalangan para mahasiswa
atau kaum buruh. Saya tegaskan: 1) bahwa tak ada gerakan revolusioner
yang dapat bertahan tanpa suatu organisasi yang stabil dari
pemimpin-pemimpin dan yang memelihara kesinambungan; 2) bahwa semakin
luas massa yang secara spontan tertarik ke dalam perjuangan, yang
merupakan dasar gerakan dan ikut serta di dalamnya, maka semakin
mendesaklah kebutuhan akan organisasi demikian itu, dan semakin kokoh
seharusnya organisasi ini (karena jauh lebih mudah bagi demagog-demagog
untuk menyesatkan lapisan-lapisanmassa yang lebih terbelakang); 3)
bahwa organisasi demikian itu harus terdiri terutama dari orang-orang
yang secara professional melakukan aktivitas revolusioner; 4) bahwa di
negara otokrasi, semakin kita membatasi
keanggotaan organisasi demikian itu pada orang-orang yang secara
professional melakukan aktivitas revolusioner dan yang secara
professsional telah terlatih dalam seni berjuang melawan polisi
politik, maka akan semakin sukarlah untuk “meringkus” organisasi
demikian itu, dan 5) akan semakin besarlah
jumlah orang baik dari klas buruh maupun dari klas-klas lainnya dalam
masyarakat yang akan bisa ikut serta dalam gerakan dan bekerja aktif di
dalamnya.
Saya persilakan kaum ekonomis, teroris dan “ekonomis-teroris" [*29]
kita membantah dalil-dalil ini. Pada saat ini saya hanya akan membahas
dua hal terakhir. Soal mengenai apakah lebih mudah untuk meringkus
“selusin orang bijaksana” atau “seratus orang tolol” pokoknya adalah
soal yang telah kita kupas di atas, yaitu apakah mungkin mempunyai organisasi
massal pada waktu diperluas konspirasi yang ketat. Kita tak akan dapat
memberikan kepada suatu organisasi yang luas derajat konspirasi, yang
tanpa itu mustahil ada stabilitas dan kesinambungan perjuangan melawan
pemerintah. tetapi memuaskan semua fungsi konspirasi dalam tangan
sesedikit mungkin orang revolusioner professional tidaklah berarti
bahwa orang-orang revolusioner professional itu akan “berpikir untuk
semuanya” dan bahwa orang banyak tidak akan ambil bagian aktif dalam gerakan.
Sebaliknya, orang banyak akan menampilkan dari barisannya semakin
banyak orang revolusioner professional; karena mereka akan tahu bahwa
tidaklah cukup beberapa mahasiswa dan beberapa orang buruh yang
melakukan perjuangan ekonomi itu saja, berkumpul bersatu dan membentuk
suatu “komite”, tetapi bahwa diperlukan waktu bertahun-tahun guna
melatih diri untuk menjadi seorang revolusioner professional; orang
banyak tidak akan “memikirkan” cara-cara kerajinan-tanganisme saja
tetapi juga latihan itu. Sentralisasi fungsi-fungsi konspirasi organisasi sama sekali tidaklah berarti sentralisasi semua fungsi gerakan.
Keikutsertaan aktif massa yang seluas-luasnya dalam pers ilegal
tidak akan berkurang karena “selusin” orang revolusioner professional
mensentralisasi fungsi-fungsi konspirasi yang berkaitan dengan
pekerjaan ini; sebaliknya, keikutsertaan itu akan meningkat
sepuluh kali lipat. Dengan demikianlah, dan hanya demikianlah, kita
akan menjamin bahwa pembacaan literatur ilegal, menulis untuk literatur
ilegal itu, dan sampai pada batas tertentu penyebarannya pun, hampir tidak lagi merupakan pekerjaan konspirasi,
karena polisi akan segera menyadari ketololan dan kemustahilan
menggerakkan seluruh aparat pengadilan, dan pemerintahan untuk
menyergap setiap eksemplar penerbitan yang disiarkan dalam jumlah
ribuan. Hal ini tidak hanya berlaku bagi pers, tetapi juga bagi semua
fungsi gerakan, bahkan bagi demonstrasi-demonstrasi. Keikutsertaan
secara aktif dan luas massa tak akan menderita kerugian; tetapi
sebaliknya, akan beruntung karena kenyataan bahwa “selusin” orang
revolusioner yang berpengalaman, yang secara professional tidak kurang
terlatihnya daripada polisi, akan mensentralisasi semua segi konspirasi
pekerjaaan itu—menyusun surat-surat sebaran, menyusun rencana-rencana
secara garis besar dan mengangkat badan-badan pemimpin untuk
masing-masing distrik kota, untuk masing-masing distrik pabrik dan
untuk masing-masing lembaga pendidikan, dsb. (saya tahu bahwa akan ada
orang yang membantah pandangan-pandangan saya yang “tidak demokratis”,
tetapi keberatan yang sama sekali tidak cerdik ini akan saya jawab
selengkapnya nanti). Sentralisasi fungsi-fungsi yang paling konspiratif
dalam sebuah organisasi kaum revolusioner taka akan mengurangi, tapi
malah menambah luas dan mempertinggi mutu aktivitas sejumlah besar
organisasi lainnya yang diperuntukkan bagi umum yang luas dan oleh
karena itu selonggar mungkin dan sedapat-dapatnya tidak konspiratif,
seperti serikat-serikat kaum buruh, lingkaran-lingkaran pendidikan
sendiri buruh dan lingkaran-lingkaran untuk pembacaan literatur ilegal,
lingkaran-lingkaran sosialis dan juga lingkaran-lingkaran demokratis
di kalangan semua lapisan penduduk lainnya,
dst, dst. Kita harus mempunyai lingkaran-lingkaran, serikat-serikat
buruh dan organisasi sedemikian itu dimana-mana dalam jumlah sebanyak mungkin dan dengan fungsi yang sangat beraneka warna; tetapi sunguh nonsen dan membahayakan jika mencampuradukkan lingkaran-lingkaran tersebut dengan organisasi kaum revolusioner,
jika menghapuskan garis pemisah di antara mereka, jika lebih
memburamkan lagi pengertian massa yang sudah luar biasa kaburnya itu
mengenai hal bahwa untuk “mengabdi” kepada gerakan massa kita harus
mempunyai orang-orang yang khusus membaktikan diri sepenuh hati pada
aktivitas-aktivitas sosial-demokratis, dan bahwa orang-orang itu harus melatih diri dengan sabar dan tekun menjadi orang-orang revolusioner professional.
Ya, pengertian ini telah menjadi luar biasa kaburnya. Dosa kita yang terbesar mengenai organisasi ialah bahwa dengan kerajinan-tanganisme kita, kita telah memerosotkan prestise kaum revolusioner di Rusia.
Seseorang yang lembek dan goyah dalam soal-soal teori, yang mempunyai
pandangan picik, yang mengemukakan spontanitas massa sebagai dalih bagi
kemlempemannya sendiri, yang lebih mirip seorang sekretaris buruh
daripada mimbar rakyat, yang tidak sanggup mengajukan suatu rencana
yang luas dan berani yang akan menimbulkan rasa hormat bahkan pada
lawan-lawan pun, dan yang tak berpengalaman dan kaku dalam seni
professionalnya sendiri—seni perjuangan melawan polisi politik—nah,
orang demikian itu bukanlah seorang revolusioner melainkan seorang
tukang kerajinan-tangan yang menyedihkan!
Hendaknya jangan ada seorang pekerja praktis yang merasa tersinggung
karena kata-kata yang terus terang ini, karena mengenai latihan yang
tak cukup, saya terapkan kata-kata itu pertama-tama dan terutama pada
diri saya sendiri. Saya pernah bekerja di sebuah lingkaran [83] yang
mengajukan untuk dirinya sendiri tugas-tugas yang sangat luas, yang
menyeluruh; dan kami semua, anggota-anggota lingkaran itu, merasa
pedih, perih, karena menyadari bahwa kami ternyata adalah tukang
kerajinan tangan pada saat sejarah tatkala kita semestinya dapat
mengatakan, dengan menubah kata-kata seloka yang terkenal: “Berilah kami
sebuah organisasi kaum revolusioner, maka Rusia akan kami
jungkir-balikkan!” Dan semakin sering saya teringat pada rasa malu yang
membakar yang saya alami pada waktu itu, maka semakin pahitlah
perasaan saya terhadap orang-orang sosial-demokrat gadungan yang
khotbah-khotbahnya “menodai martabat seorang revolusioner”, yang tidak
megnerti bahwa kita bukanlah membela pemerosotan seorang revolusioner ke
tingkat tukang kerajinan tangan, melainkan meningkatkan tukang-tukang kerajinan tangan itu ke taraf kaum revolusioner.
INCOMPLETE
Catatan:
[*21] Tanda bukti--Red
[76] Pogrom—pembantaian dan perampokan secara terorganisasi.
[*22] Semua kursif dari kami.
[77] Yang dimaksud ialah ‘Grup Buruh Untuk
Perjuangan Melawan Kapital”, suatu grup kecil yang
pandangan-pandangannya mendekati pandangan-pandangan kaum kaum
“ekonomis”; dibentuk di Petersburg dalam musim semi tahun 1899. grup
itu mengeluarkan surat sebaran yang distensil “Program kita” yang tidak
sempat disebarkan karena ditangkapnya grup itu.
[*23] Rabochaya Misl dan Rabocheye Dyelo, terutama Jawaban kepada Plekhanov.
[*24] Brosur “Siapa yang Akan Melakukan Revolusi Politik?” dalam kumpulan karangan yang diterbitkan di Rusia, berjudul Perjuangan Proletar. Diterbitkan oleh Comite Kiev.
[*25] Kehidupan kembali revolusionisme dan Swaboda.
[78] Narcissus adalah nama tokoh dalam
mitologi Yunani yang begitu bangga akan ketampanannya sehingga ia
menolak cinta semua dewi. Untuk menghukumnya, Aphrodite, yaitu Dewi
Cinta, menjadikan Narcissus jatuh cinta kepada bayang-bayangnya sendiri
dalam air, yang dia tatap sehingga merana dan mati. Disini Lenin
menggunakan kata itu dalam arti kesombongan.
[79] V.I. Lenin, Kumpulan Karya, edisi Rusia ke-4, Jilid 5, hlm.6.
[80] N. N. S. N. Prokopowic, seorang “ekonomis” yang aktif dan kemudian menjadi seorang Kadet.
[81] lose (Jerman)—bebas (lepas, longgar, kendor)
[82] Ajanasi Iwanowic dan Pulkheria Iwanovna—pemilik-pemilik tanah daerah kecil dalam buku Gogol Pemilik-Pemilik Tanah Dunia Lama.
[*26] Perjuangan Iskra melawan rerumputan itu membangkitkan ledakan amarah pada pihak Raboceye Dyelo sebagai berikut: “Bagi Iskra,
tanda-tanda zaman tidak terletak pada peristiwa-peristiwa besar
(peristiwa-peristiwa pada musim semi), tetapi terletak pada usaha
menyedihkan dari agen-agen Zubatov untuk ‘melegalkan’ gerakan buruh.
Ia tidak melihat bahwa fakta-fakta ini membantahnya; karena fakta-fakta
itu membuktikan bahwa gerakan buruh telah samapai pada skala yang
mengancam di mata pemerintah” (Dua Kongres, hlm. 27). Atas
kesemuanya ini kita harus menyalahkan “dogmatisme” dari orang-orang
ortodoks yang “tuli terhadap tuntutan-tuntutan hidup yang mendesak”.
Mereka dengan keras kepala tidak mau melihat gandum yang setinggi satu
yar dan membabat rerumputan yang setinggi satu inci! Tidakkah ini
memperlihatkan suatu “pengertian yang diputar-balik mengenai perspektif
gerakan buruh Rusia?” (Ibid, hlm. 27)
[*27] Kebingungan karena kelimpahan-- Red
[*28] Di sini kita hanya menyatakan bahwa semua
yang telah kita katakan tentang “pendorongan dari luar” dan
pembicaraan-pembicaraan Swoboda lainnya tentang organisasi seluruhnya berlaku bagi semua ekonomis, temasuk Raboceye Dyelo-is,
karena mereka sendiri dengan aktif telah mengkhotbahkan dan membela
pandangan-pandangan demikian mengenai organisasi, ataupun telah hanyut
ke dalam pandangan-pandangan itu.
[*29] Istilah yang terakhir ini mungkin lebih kena buat Swoboda
daripada istilah yang pertama, karena dalam sebuah artikel yang
berjudul “Kelahiran Kembali Revolusionisme” ia membela terorisme,
sedang dalam artikel yang sedang dikupas ini ia membela ekonomisme.
Orang pada umumnya bisa mengatakan tentang Swoboda bahwa “ia
mau jika bisa, tetapi ia tidak bisa”. Kemauan dan niatnya sangat
baik—tetapi hailnya serba kacau; kacau terutama karena kenyataan bahwa Swoboda
sementara membela kesinambungan organisasi, ia tidak mau tahu akan
kesinambungan pikiran revolusioner dan teori sosial-demokratis. Ia
hendak menghidupkan kembali orang revolusioner professional (“Kelahiran
Kembali Revolusionisme”) dan untuk tujuan itu mengusulkan, pertama,
terorisme yang merangsang, dan keuda, “suatu organisasi dari kaum buruh
rata-rata” (Swoboda No. 1, hlm. 66 dan berikutnya), yang
sesedikit mungkin “didorong dari luar”. Ini berarti, sesungguhnya,
untuk memanaskan rumah, maka rumah itu dirobohkan supaya kayu-kayunya
dapat dijadikan kayu bakar.
[83] Yang Lenin maksudkan ialah aktivitas revolusionernya di Petersburg dalam tahun 1893-1895.